TafsirAkhlak

Tafsir Al Maidah 8 – Janganlah Kebencianmu terhadap Suatu Kaum

Pembaca yang semoga dirahmati Allah, jangan sampai kebencian kita kepada suatu kelompok membuat kita berlaku zalim atau tidak adil kepada mereka. Misal, jangan sampai kebencian kita kepada mertua kita membuat kita berbuat tidak adil kepada mertua kita. Teruskan membaca!

Pembaca rahimakumullah, di dalam penggalan Surat Al Maidah 8 Allah ta’ala berfirman:

وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟

Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, (QS Al Maidah 8).

TAFSIR Al MAIDAH 8

Imam At-Tabari rahimahullah berkata:

ولا يحملنكم عداوةُ قوم على ألا تعدلوا في حكمكم فيهم وسيرتكم بينهم، فتجوروا عليهم من أجل ما بينكم وبينهم من العداوة

Jangan sampai permusuhan kalian terhadap suatu kelompok membuat kalian berlaku tidak adil dalam:
1 – menjatuhkan vonis dalam suatu peradilan
2 – sikap kalian terhadap mereka dalam kehidupan sehari-hari,

Sehingga permusuhan antara kalian dengan mereka membuat kalian berbuat jahat. Jangan sampai!

BACA JUGA:  QS Al Baqarah 49: Tafsir dan Hikmahnya

PELAJARAN DARI AL MAIDAH 8

Pelajaran yang bisa diambil dari potongan ayat ini:

1 – Perintah Adil kepada Teman dan Lawan

Imam Ibnu Katsir ketika menafsirkan penggalan ayat ini berkata:

لَا يَحْمِلْنَكُمْ بُغْض قَوْمٍ عَلَى تَرْكِ الْعَدْلِ فِيهِمْ، بَلِ اسْتَعْمِلُوا الْعَدْلَ فِي كُلِّ أَحَدٍ، صَدِيقًا كَانَ أَوْ عَدُوًّا

Amalkanlah keadilan terhadap setiap orang, baik terhadap teman ataupun musuh. Karena itulah disebutkan dalam firman selan­jutnya:

اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى

Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa, (QS Al Maidah 8).

2 – Perintah Adil dalam Suka dan Benci

Tertulis di dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawarah tentang penggalan ayat ini:

Bersikap adil dalam keadaan suka dan benci adalah pondasi kebenaran dan jalan untuk mewujudkan takwa.

3 – Larangan Menyembunyikan Kesaksian yg Menguntungkan Orang yg Kita Benci

Menafsirkannya penggalan Al Maidah 8 ini, Syaikh Sulaiman Asyqar berkata:

Jangan sampai rasa benci dari diri kalian kepada suatu kelompok membuat kalian berbuat tidak adil kepada mereka dan menyembunyikan kesaksian yang menguntungkan bagi (tidak mengakui kebaikan yang ada pada) mereka.

Syaikh Wahbah Zuhaili juga berpendapat demikian dalam menafsirkan penggalan ayat ini.

BACA JUGA:  QS Al-Baqarah 261 - Ayat yang Menyuruh Kita untuk Menafkahkan Harta

4 – Perintah Adil Meskipun kepada Orang Kafir atau Pelaku Bid’ah

Syaikh Abdurrahman bin Nasir As-Sa’di ketika menafsirkan penggalan ayat ini berkata:

كما تشهدون لوليكم، فاشهدوا عليه

Sebagaimana kamu bersaksi untuk membela temanmu, kamu pun harus mau bersaksi untuk melawannya (jika dia salah).

وكما تشهدون على عدوكم فاشهدوا له، ولو كان كافرا أو مبتدعا

Sebagaimana kamu bersaksi melawan musuhmu, kamu pun harus bersaksi membelanya walaupun dia adalah orang kafir atau pelaku bid’ah.

Pendapat serupa juga terdapat di dalam Tafsir Jalalain dan Tafsir Ringkas Kementerian Agama Republik Indonesia.

5 – Perintah Menerima Kebenaran, Meski dari Orang yang Kita Benci

Masih dari Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di tentang Al Maidah 8 ini, beliau berkata:

فإنه يجب العدل فيه، وقبول ما يأتي به من الحق، لأنه حق لا لأنه قاله

Wajib berlaku adil dan menerima kebenaran yang dibawanya (karena ia adalah kebenaran), siapa pun yang mengucapkannya.

ولا يرد الحق لأجل قوله، فإن هذا ظلم للحق

Kebenaran tidak boleh ditolak hanya karena yang mengucapkannya adalah orang yang kita benci (fasik, kafir, atau pelaku bid’ah), karena menolak kebenaran adalah kezaliman terhadap kebenaran.

BACA JUGA:  Dalil Berlapang-Lapang di Majelis dan Hikmahnya

6 – Ambil Hikmah dari Siapa Saja, Meskipun Orang Kafir

Syaikh Abdullah Al-Faqih pernah ditanya tentang kesahihan riwayat, (الحكمة ضالة المؤمن), atau hikmah adalah perbendaharaan kaum mukmin yang hilang.” Beliau menjawab sebagai berikut:

وهذا الحديث وإن لم يثبت مرفوعا إلى النبي صلى الله عليه وسلم فإن معناه صحيح،

Hadis ini, meskipun tidak pasti status ke-marfu-annya hingga Nabi ﷺ, tetapi maknanya sahih.

وذلك أن المؤمن لا يزال طالبا للحق حريصا عليه

Jadi, seorang mukmin tidak boleh berhenti mencari kebenaran, dan hendaknya seorang beriman senantiasa bersemangat terhadap kebenaran.

ولا يمنعه من الأخذ به حيث لاح وجهه شيء،

Seorang beriman tidak boleh terhalang dari mengambil kebenaran, dari mana pun kebenaran itu datang.

فكل من قال بالصواب أو تكلم بالحق قبل قوله وإن كان بعيدا بغيضا

Jadi, siapa saja yang mengatakan kebenaran, atau berbicara dengan sesuatu yang mengandung Al-Haq, ucapannya itu diterima, meskipun berasal dari Yahudi atau Nasrani, (Fatwa No: 162395).

7 – Boleh Memberi Hadiah kepada Orang Kafir, Jika…

Syaikh Abdullah Al-Faqih Asy-Syinqitti hafizahullah pernah ditanya bolehkah seorang muslim di Eropa memberi hadiah kepada guru yg kafir agar guru tersebut berbuat baik kepada anaknya yang muslim.

Menjawab pertanyaan itu, Syaikh Abdullah Al-Faqih berkata:

فتجوز الهدية إلى الكافر، وليس ذلك من الولاء للكفار

Boleh memberi hadiah kepada orang kafir, dan hal itu tidak termasuk ke dalam pasal bersikap loyal kepada orang kafir.

ولكن بما أن هذه الهدايا، إلى المعلمات، قد تؤدي إلى الاهتمام بأولادك ومحاباتهم على حساب باقي الطلاب فعلى هذا لا تجوز لكونها ظلماً للآخرين، والظلم محرم ولو كان لكافر

Tetapi karena hadiah kepada guru tersebut bisa membuat guru itu lebih condong kepada anak-anak Anda daripada anak-anak yang lainnya, ini hukumnya tidak boleh, karena itu termasuk kezaliman terhadap orang lain, dan kezaliman atau sikap tidak adil itu hukumnya haram, meskipun kepada orang-orang kafir. Kemudian beliau menyebutkan penggalan Al Maidah 8 ini, (Fatwa No: 26116).

BACA JUGA:  Ingin Menang dari Judi? Ini Jurus Saktinya

8 – Perintah Adil Meskipun Beda Manhaj

Ustadz Firanda Andirja ketika menafsirkan penggalan Al Maidah 8 ini berkata:

Jika konteks ayat ini terkait bersikap kepada orang kafir maka bagaimana jika yang dibenci adalah sesama muslim? Bisa jadi sesama muslim berbeda pendapat dalam masalah akidah dan manhaj, maka ia tetap diperintahkan untuk bersikap adil dan tidak mengatakan hal dusta yang tidak ada pada saudaranya tersebut.

9 – Adil yang tidak Terpengaruh Cinta, Kedekatan, dll

Mentadaburi penggalan Al Maidah 8 ini, Sayyid Qutub di dalam Fii Dzilalil Qur’an, berkata:

ومن الميثاق الذي واثق الله به الأمة المسلمة ، القوامة على البشرية بالعدل . . العدل المطلق الذي لا يميل ميزانه مع المودة والشنآن ؛ ولا يتأثر بالقرابة أو المصلحة أو الهوى في حال من الأحوال

Di antara perjanjian yang Allah buat dengan umat muslim adalah menegakkan keadilan kepada manusia. Adil di sini adalah keadilan yang mutlak (independen), keadilan yang neracanya tidak miring karena cinta dan benci, juga tidak terpengaruh dengan kedekatan, kepentingan, atau hawa nafsu, dalam kondisi apa pun.

10 – Kebencianmu jangan menyebabkan kamu memberi kesaksian dusta

Buya Hamka rahimahullah di dalam Tafsir Al Azhar berkata tentang Al Maidah 8 ini:

“Janganlah kebencianmu itu menyebabkan kamu memberikan kesaksian dusta untuk melepaskan sakit hatimu kepadanya, sehingga kamu tidak berlaku adil lagi. Kebenaran yang ada di pihak dia, jangan dikhianati karena rasa bencimu. Karena kebenaran akan kekal dan rasa benci adalah perasaan, bukan asli dalam jiwa. Itu adalah hawa nafsu yang satu waktu akan mereda teduh.”

Karangasem, 4 Juli 2023
Irfan Nugroho (Pengurus Masjid At-Taqwa Karangasem)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button