AdabHadis

Adabul Mufrad 3: Ibumu, Ibumu, Ibumu, lalu Ayahmu

Pembaca rahimakumullah, artikel ini akan menjelaskan hadis nomor tiga (3) dari kitab adabul mufrad tentang ibumu, ibumu, ibumu, lalu ayahmu. Penjelasan kami terjemahkan dari Al-Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah dan Rasyul Barad Syarh Adabul Mufrad. Teruskan membaca!

JUDUL HADIS

Pembaca rahimakumullah, Imam Al-Bukhari di dalam kitabnya Adabul Mufrad menulis bab berjudul:

بَابُ بِرِّ الأُمِّ

Bab berbakti kepada ibu.

Di dalam bab ini, beliau menulis dua hadis, yaitu hadis nomor 3 dan 4, sedang di artikel ini, kita akan berfokus pada hadis nomor 3, tentang ibumu, ibumu, ibumu, lalu ayahmu.

MATAN HADIS

Imam Bukhari meriwayatkan dari Bahzin bin Hakim, dari kakeknya yang berkata kepada Rasulullah ﷺ:

يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ أَبَرُّ‏؟

Ya Rasulullah, kepada siapa saya berbakti?

Kemudian beliau ﷺ bersabda:

أُمَّكَ

Ibumu. Kemudian beliau bertanya lagi:

مَنْ أَبَرُّ‏؟

Kepada siapa saya berbakti?

Kemudian beliau ﷺ bersabda:

أُمَّكَ

Ibumu. Kemudian beliau bertanya lagi:

مَنْ أَبَرُّ‏؟‏

Kepada siapa saya berbakti?

Kemudian beliau ﷺ bersabda:

أُمَّكَ

Ibumu. Kemudian beliau bertanya lagi:

مَنْ أَبَرُّ‏؟‏

Kepada siapa saya berbakti?

Kemudian beliau bersabda:

أَبَاكَ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

Ayahmu, lalu yang terdekat dan yang dekat, (Adabul Mufrad: 3).

PENJELASAN HADIS

Perkataan sahabat (يا رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ، مَن أبَرُّ) yang artinya, “Ya Rasulullah ﷺ, kepada siapa saya berbakti?” maksudnya:

مَن أَوْلى النَّاسِ بالإحسانِ إليه والبِرِّ به في مُصاحبتِه له؟

Siapa manusia yang paling berhak mendapat kebaikan dan bakti dari saya?

Sabda Nabi (أُمَّك، ثمَّ، أُمَّك، ثمَّ أُمَّك), yang artinya, “Ibumu, ibumu, ibumu,” maksudnya:

هي أَوْلى النَّاسِ بحُسنِ المُعامَلةِ والبِرِّ وطِيبِ المُعاشَرةِ، هكذا أوصاهُ بالأُمِّ وأكَّدَ حقَّها في حُسنِ المُعامَلةِ ثلاثَ مرَّاتٍ؛ بَيانًا لِفَضْلِها على سائرِ الأقاربِ دونَ استثناءٍ

Beliau (ibu) adalah manusia yang paling berhak mendapat pergaulan dan bakti yang paling baik. Seperti inilah beliau berwasiat tentang ibu. Beliau menekankan besarnya hak ibu dalam mendapat pergaulan yang baik sebanyak tiga kali. Ini menunjukkan keutamaan ibu daripada saudara atau kerabat lain tanpa pengecualian.

BACA JUGA:  Hadis Jih4d dengan Harta, Jiwa, dan Lisan

Sabda Nabi (ثمَّ أباكَ) yang artinya, “Kemudian ayahmu,” maksudnya:

لعلَّ ذلك لكَثرةِ أفضالِها على ولَدِها، وكثرةِ ما تَحمَّلَتْه مِن المتاعبِ الجِسميةِ والنَّفسيَّةِ أثناءَ حمْلِها به، ووضْعِها وإرضاعِها له، وخِدْمتِها وشَفقتِها عليه

Mungkin ini karena besarnya keutamaan/hak seorang ibu dari anaknya, juga banyaknya beban fisik dan psikis dari seorang ibu ketika mengandung, melahirkan, menyusui, merawat dan menyayangi anaknya.

Sabda Nabi (ثمَّ الأقرَبَ فالأقرَبَ), yang artinya, “Kemudian yang terdekat dan yang dekat,” ini akan dijelaskan di hadis selanjutnya di dalam Adabul Mufrad nomor 47 tentang prioritas urutan silaturahim yang wajib disambung.

PELAJARAN DARI HADIS

Pelajaran atau hikmah yang bisa diambil dari hadis ini:

الأمُّ هي مَحلُّ البِرِّ والإكرامِ

Ibu adalah tempatnya berbakti dan sosok yang wajib dimuliakan.

وهي رمْزُ التَّضحيةِ والفِداءِ، والطُّهْرِ والنَّقاءِ

Ibu adalah simbol pengorbanan, sosok yang siap menebus nanyawanya demi anaknya, simbol kesucian dan kebersihan.

وهي الأصلُ الَّذي يَشرُفُ به الولَدُ، وأحَقُّ النَّاسِ بصُحبتِه

Intinya, ibu adalah sosok yang harus dimuliakan oleh anak, dan manusia yang paling berhak mendapat pendampingan dari anak.

ويَلِيها الأبُ في حقِّ البرِّ والصُّحبةِ

Setelah ibu, ada ayah sebagai sosok yang paling berhak mendapat bakti dan pendampingan dari anak, (Al-Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 113517).

الحديث فيه الحثٌّ على برِّ الأقارب والإحسان إليهم

Di dalam hadis ini terdapat anjuran untuk berbakti kepada kerabat dan berbuat baik kepada mereka.

بيان فضل الصحابة وحرصهم على تعلم أبواب الخير والبر

Penjelasan tentang keutamaan para sahabat serta bersemangatnya mereka dalam mempelajari berbagai pintu kebaikan dan al-bir.

أن الناس يختلفون بالأولوية, فكل ما كان أقرب إلى الإنسان فهو أحق ببره

Bahwa manusia itu berbeda-beda dalam hal prioritas. Jadi, siapa saja yang lebih dekat dengan kita (secara hubungan darah), dia lebih berhak untuk kita berbuat baik kepadanya.

Yang dimaksud berbakti kepada orang tua, menurut Syaikh Ibnu Utsaimin, al-ihsan ilaihima bil lisan wal badan wal mal, atau berbuat baik kepada keduanya dengan perkataan, perbuatan, serta harta. Wallahua’lam

BACA JUGA:  Hadits tentang Hutang, Penyebab tidak Masuk Surga

Demikian penjelasan hadis ibumu, ibumu, ibumu, lalu ayahmu. Semoga bermanfaat.

Karangasem, 12 Desember 2023

Irfan Nugroho (Semoga Allah merahmati, mengampuni, dan menempatkan ibunya di surga. Aamiin).

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button