Fiqih

Minhajul Muslim: Salat Eid (Idain/Hari Raya)

Pembaca rahimakumullah, kali ini kita akan meringkas fikih Minhajul Muslim tentang salat hari raya. Ini adalah materi ajar di Pesantren RQ Irmas Bani Saimo Suro Karyo Kec. Bulu Kab. Sukoharjo Jawa Tengah. Silakan daftarkan putra-putri Anda lulusan SMP di RQ Irmas Bani Saimo, karena setiap tahun hanya menerima 5 santri baru dengan skema gratis 100%.

حُكْمُهَا

HUKUM SALAT EID

Pembaca rahimakumullah, apa hukum salat eid atau salat hari raya? Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah berkata:

صَلَاةُ الْعِيْدَيْنِ: اَلْفِطْرِ وَالْأَضْحَى، سُنَّةُ مُؤَكَّدَةٌ كَالْوَاجِبِ

Salat Idain, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha, hukumnya Sunah Muakadah, seperti Wajib.

وَقْتُهَا

WAKTU SALAT EID

Pembaca rahimakumullah, kapan pelaksanaan waktu salat eid? Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah berkata:

مِنَ ارتِفَاعِ الشَّمْسِ قيدَ رُمْحِ إلَى الزَّوَالِ

Dari naiknya matahari ketika setinggi tombak, hingga tergelincirnya matahari (waktu zuhur).

وَالْأَفْضَلُ أَنْ تُصَلَّى الْأَضْحَى فِي أوَّلِ الْوَقْتِ، لِيَتَمَكَّنَ النَّاسُ مِنْ ذَبْحِ أَضَاحِيْهِمْ.

Yang afdal, seseorang melakukan salat Idul Adha di awal waktu, supaya mereka bisa menyembelih udhiyah mereka.

وَأَنْ تُؤَخَّرَ صَلَاةُ الْفِطْرِ، لِيَتَمَكَّنَ النَاسُ مِنْ إِخْرَاجِ صَدَقَاتِهِمْ

Untuk salat Idul Fitri, hendaknya diakhirkan, supaya manusia bisa mengeluarkan sedekah (zakat fitri) mereka.

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam At-Talkhis meriwayatkan dari Jundab yang berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِنَا يَوْمَ الْفِطْرِ ، وَالشَّمْسُ عَلَى قَيْدِ رُمْحَيْنِ وَالْأَضْحَى عَلَى قِيدِ رُمْحٍ

Dahulu Nabi ﷺ memimpin kami salat pada hari raya Idul Fitri, dan ketika itu matahari setinggi dua tombak, dan untuk salat Idul Adha, (matahari setinggi) satu tombak, (At-Talkhis Al-Habir li Ibni Hajar Al-Asqalani: 684).

TATA CARA SALAT EID

Bagaimana tata cara salat eid? Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berkata:

أَنْ يَخْرُجَ النَّاسُ إلَى الْمُصَلِّى يُكَبِّرُوْنَ

1 – Berangkat menuju tempat salat sambil mengumandangkan takbir

إذَا ِارْتَفَعَتِ الشَّمْسِ بَعْضَ أَمْتَارٍ، قَامَ الْإِمَامُ فَصَلَّى -بِلَا أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ- رَكْعَتَيْنِ

2 – Jika matahari telah naik beberapa meter, imam berdiri untuk memimpin salat dua rekaat (tanpa azan dan ikamah)

يُكَبِّرُ فِي الْأُوْلَى سَبْعًا، بِتَكْبِيْرَةِ الْإِحْرَامِ

3 – Imam bertakbir tujuh kali pada rekaat pertama, termasuk takbiratul ihram

وَالْنَّاسُ يُكَبِّرُوْنَ مَنْ خَلْفِهِ بِتَكْبِيْرِهِ

4 – Orang-orang di belakang imam juga bertakbir mengikuti takbrnya imam

وَيَقْرَأُ بِالْفَاتِحَةِ وَسُوْرَةِ الْأَعْلَى جَهْرًا

5 – Imam membaca Al-Fatihah dan Al-A’la dengan suara keras

وَيُكَبِّرُ فِي الثَّانِيَةِ سِتًّا بِتَكْبِيْرَةِ الْقِيَامِ

6 – Di rekaat kedua, imam bertakbir enam kali, termasuk takbir untuk berdiri

وَيَقْرَأُ بِالْفَاتِحَةِ، وَسُوْرَةِ الْغَاشِيَةِ، أَوِ الشَّمْسِ وَضُحَاهَا

7 – Imam membaca Al-Fatihah dan Al-Gasiyah atau Asy-Syams

فَإِذَا سَلَّمَ، قَامَ فَخَطَبَ فِي النَّاسِ خُطْبَةً، يَجْلِسُ أَثْنَاءِهَا جَلْسَةً خَفِيْفَةً

8 – Setelah salam, imam berkhutbah di depan manusia, dan duduk sebentar di tengah-tengah khutbah

فَيَعِظُ فِيْهَا وَيُذَكِّرُ، يُخَلِّلُهَا بِالتَّكْبِيْرِ

9 – Imam memberi nasihat, peringatan, dan menyelinginya dengan takbir

وَإنْ كَانَ فِي فِطْرٍ حَثَّ عَلَى صَدَقَةِ الْفِطْرِ، وَبَيَّنَ بَعْضَ أَحْكَامِهَا

10 – Ketka khutbah Idul Fitri, imam menganjurkan sedekah fitri dan hukum-hukumnya

وَإنْ كَانَ فِي أَضْحَى، حَثَّ عَلَى سُنَّةِ الْأُضْحِيَّةِ، وَبَيَّنَ السِّنَّ المُجَزَّئَةَ فِيْهَا

11 – Ketika Idul Adha, imam menganjurkan tentang sunahnya berkurban

BACA JUGA:  Adab Nongkrong di Pinggir Jalan

JIKA TERTINGGAL SALAT EID

Bagaimana jika seseorang masbuq atau tertinggal salat eid? Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berkata:

مَنْ فَاتَتْهُ صَلَاةُ الْعِيْدِ، فَإِنَّ لَهُ أَنْ يُصَلِّيْهَا أَرْبَعَ رَكْعَاتٍ

Jika ada yang tertinggal salat eid, dia salat empat rekaat. Hal ini berdasarkan perkataan Ibnu Mas’ud:

مَنْ فَاتَتْهُ صَلَاةُ الْعِيْدِ، فَلْيُصَلِّ أَرْبَعًا

Siapa saja yang tertinggal salat eid (datang ke lapangan pas salat eid sudah selesai atau tidak hadir salat eid), dia menggantinya dengan salat empaat rekaat.

وَأَمَّا مَنْ أَدْرَكَ مِنْهَا شَيْئًا مَعَ الْإِمَامِ وَلَوِ التَّشَهُّدَ، فَإِنَّهُ يَقُوْمُ بَعْدَ سَلَامِ الْإِمَامِ فَيُصَلِّيْهَا رَكْعَتَيْنِ، كَمَا فَاتَتْهُ سَوَاءً بِسِوَاءٍ

Siapa yang mendapati sebagian dari salat eid (terlambat), meskipun hanya tasyahud, dia berdiri kembali setelah imam salam untuk salat dua rekaat seperti salat yang dia tertinggal darinya.

Demikian ringkasan materi Minhajul Muslim tentang Salat Hari Raya, atau Salat Idain, atau salat idul fitri dan salat idul adha. Semoga bermanfaat.

Karangasem, 1 Mei 2024

Irfan Nugroho (Pengajar di Pesantren RQ Irmas Bani Saimo dan PPTQ At-Taqwa Sukoharjo)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button