Uncategorized

Beratnya Istiqamah

Irfan Nugroho
Istiqamah – bukan nama teman kuliah saya yang pasti – menurut Umar Ibn Khattab seperti yang dikutip dari kitab Madarijus Salikhin karya Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah adalah “teguh hati pada menjalankan perintah dan menjauhi larangan dan tidak menyimpang seperti jalannya rubah.”

Masih dari buku yang sama pula, Sheikhul Islam Ibnu Taimiyah – guru Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah – mengungkapkan bahwa istiqamah adalah “teguh hati untuk mencintai dan beribadah kepada-Nya, tidak menoleh dari-Nya ke kiri atau ke kanan.”

Sedangkan makna istiqamah menurut Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah sendiri adalah “perkataan, perbuatan, keadaan dan niat untuk berdiri di hadapan Allah secara hakiki dan memenuhi janji.”

Dalam kaitannya dengan ini, saya terkejut ketika membaca sebuah tulisan berjudul “The Media Conflict” karya seorang Mujahid kelahiran Amerika keturunan Pakistan yang bernama Samir Khan.

Dalam artikel yang di muat dalam majalah Inspire edisi ketujuh tersebut, Samir Khan mengutip ungkapan pemimpin Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) Sheikh Abu Umar Basir yang menyatakan bahwa, “The media work is half of the Jihad” (Kerja media adalah sebagian dari Jihad).

Sungguh aneh memang, ketika lahan untuk berjihad (www.melodramaticmind.com) ini telah ada sekitar dua tahun yang lalu, namun ternyata ikhtiar saya untuk senantiasa berdakwah dan berjihad melaluinya masih kurang maksimal.

Harus saya akui memang bahwa usaha saya untuk istiqamah dalam “berjihad” melalui media masih labil, alias masih kadang naik dan kadang turun.

Hal yang sama pun juga kadang terjadi dengan keimanan seseorang, terutama diri saya sendiri karena memang fluktuasi iman dalam diri seorang mukmin adalah sebuah sunatullah.

Sekedar mengingatkan saja bahwa 1400 tahun yang lalu Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam pernah berkata, “Iman itu adalah ucapan dan perbuatan. Ia dapat bertambah dan dapat pula berkurang,” (HR Bukhari).

Astaghfirullah… Saya pun tak habis pikir apa yang menyebabkan rasa malas dan enggan untuk menulis senantiasa hadir kehadapan.

Satu bulan pun tak terasa hari terlewat tanpa menulis sama sekali (terakhir blog ini saya update tanggap 5 Syawal 1432 H dengan tulisan berjudul, “Anak Sapi.”

BACA JUGA:  Kenapa Setan Dinamai Iblis?

Padahal jika berkaca pada contoh umat terdahulu, saya temui banyak sekali ulama yang menghabiskan waktunya untuk berdakwah lewat tulisan, seperti Ibnu Aqil dengan kitab 500-jilidnya yang berjudul Al-Funun, atau seperti Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yang rela melajang demi cintanya kepada menulis.

Astaghfirullah wa atubu ilaihi…

Apakah diri ini telah larut dalam kesibukan duniawi?

Astaghfirullah wa atubu ilaihi…

Ya Allah yang Maha-Membolak-balikkan-hati, teguhkanlah diri kami dalam agamamu…

Ya muqallibal qulub, tsabbit qalbi ala diini…

“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)” (Al-Baqarah: 8) (06 Dzulqa’dah 1432 H)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button