Mendudukkan Ikhtiar dan Tawakkal secara Proporsional
Oleh Ust Abu Hasan Alim
Syeikh Said Hawa mengatakan, “Bersandar kepada usaha (ikhtiar) dan lupa kepada Allah maka itu adalah kemaksiatan kepada Allah. Ada pun bersandar kepada ikhtiar, dan meyakini bahwa kita bisa berubah tanpa peran Allah di dalamnya, maka ini adalah kemusyrikan.”
Maka tawakkal kepada selain Allah adalah salah satu pembatal keislaman, dan tidak adanya pengakuan bahwa seluruh nikmat adalah berasal dari Allah, maka sikap tersebut juga merupakan pembatal keislaman.
Sikap seperti ini dapat dilihat pada Qorun yang meniadakan peran Allah dalam kesuksesannya. Ia mengklaim bahwa semua nikmat yg ia peroleh adalah berasal dari usahanya sendiri, tidak ada peran sedikit pun dari Allah. Nauzubillah min zaalik
قَالَ إِنَّمَآ أُوتِيتُهُۥ عَلٰى عِلْمٍ عِندِىٓ ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِۦ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْـَٔلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
“Qorun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” [QS Al-Qasas: 78]
Ada pelajaran tentang ikhtiar dan tawakkal yang sangat bagus dari Allah dalam Firman-Nya:
ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللَّهَ رَمٰى
ٌ
“….dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar….” [QS Al-Anfal: 17].
Kita manusia bahkan tidak bisa mengatur diri kita sendiri. Ilustrasi, bisakah kita menulis angka lima sebanyak tiga kali dengan bentuk, ketebalan, dan ukuran yang sama?
Dan satu lagi ilustrasi, coba kita tulis aktivitas-aktivitas kita hari ini, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Lalu, coba kita perintahkan diri kita untuk melakukan aktivitas yang sama, di jam-jam yang sama, pada keesokan harinya. Mampukah kita?
Maka sekali lagi perlu kita ingat bahwa manusia tidak bisa mengatur dirinya sendiri, karena ada peran Allah yang sangat dominan di dalamnya.
Sungguh tepat kalimat Nabi Sulaiman:
قَالَ الَّذِى عِندَهُۥ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّ كَرِيمٌ
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.” [QS An-Naml: 40]
Tanamkan keyakinan bahwa ikhtiar adalah perintah Allah. Berusahalah karena usaha adalah perintah Allah, tetapi jangan bergantung kepada usaha dengan meniadakan peran Allah di dalamnya. Berusahalah, berikhtiarlah, dan serahkan (tawakallah) hasilnya kepada Allah.
Mari kita renungi Firman Allah berikut:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِى مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْـًٔا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” [QS At-Taubah: 25].