Uncategorized

Asal Usul Ungkapan ‘Setan Bisu’ dan Penjelasannya

Pertanyaan:
Semoga Allah membalas atas setiap kebaikan yang Anda tuliskan, Syekh. Apa sumber pernyataan (Diamnya seseorang dari kebenaran ibarat syaithan yang bisu )?
Apakah dari Rasul صلى الله عليه و سلم ataukah dari para shahabat nabi yang berkaitan dengan hal ini?
Apakah sumbernya dari sumber yang Islami?
Jika hal itu adalah sesuatu yang benar secara garis besar/global, maka kebenaran yang bagaimana yang bisa menjadikan seseorang ibarat Setan karena telah mendiamkannya?
Semoga Allah senantiasa memberikan kita petunjuk kepada apa yang Dia cinta dan ridhai.
Jawaban oleh tim Fatwa Center IslamWeb, diketuai oleh Syekh Abdullah Faqih Asy-Syinqitti
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Saya bersaksi bahwa tiada Ilah yang hak untuk diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.
Sesungguhnya pernyataan itu tidak hanya disebutkan oleh seseorang, akan tetapi para ahli ilmu pun menyebutkan tentang tercelanya sikap diam atas kemungkaran yang terjadi tanpa ada sikap penolakan/ pengingkaran atasnya.
Di dalam kitab Majmu’ Al-Fatawa milik Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullaah Ta’aalaa tertulis:
Allah Ta’aalaa berfirman:

فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا.
“Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa yang kamu kerjakan,” [QS An-Nisa: 135]
Sekiranya lisannya berkata dusta, dan menolak atau berpaling (dari kebenaran) dengan sikap diam, maka orang yang diam itu ibarat Setan Bisu.
Ibnul Qayyim Rahimahullaah berkata:
Dien serta kebaikan yang mana, yang melihat larangan-larangan Allah dilanggar, batasan-batasanNya dihilangkan dan agamaNya ditinggalkan, Sunnah-sunnah Rasul صلى الله عليه وسلم dibenci, sedang hatinya dingin, lisannya pun terdiam. Dia tidak lain adalah Setan Bisu, sebagaimana orang yang menyampaikan kebatilan maka dia ibarat Setan yang berbicara.
‘Abdul Hayyi bin Muhammad Al-Imad al Hanbali di dalam kitabnya “Syidzrotudz Dzahab fii Akhbaari man Dzahab,” menyebutkan pula perkataannya Al-Hasan bin ‘Aly an-Naisabury:

من سكت عن الحق فهو شيطان أخرس
“Barangsiapa yang diam dari (menyampaikan) kebenaran maka dialah setan yang bisu.”
Sebagaimana yang disebutkan An-Nawawi dalam Syarah Muslim yang ia nukil dari Abul Qasim al Qusyairy ia berkata, “Saya mendengar Abu ‘Aly ad-Daqaaq berkata:

من سكت عن الحق فهو شيطان أخرس
Barangsiapa yang diam dari (menyampaikan) kebenaran maka dialah setan bisu.”
Atas dasar ini, semoga Abu ‘Aly Ad-Daqaaq yang wafat pada tahun 406 H adalah orang yang pertama kali mengatakan pernyataan ini.
Sedangkan kebenaran yang (kita) tidak boleh diam untuk menyampaikannya secara global adalah: Segala yang datang dari Kitabullah dan Sunnah RasulNya صلى الله عليه وسلم baik itu segala macam perintah, larangan ataupun adab-adabnya.
Wallahu’alam bish shawwab
Fatwa No: 58360
Tanggal: 16 Dzulhijjah 1425 (26 Januari 2005)
Sumber: IslamWeb.net
Penerjemah: Ummu Asykar (Staf Pengajar di MI Plus At-Taqwa Nguter, Sukoharjo)

BACA JUGA:  Syarat-syarat Diterimanya Doa

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button