Uncategorized

Fiqih (Wanita) Islam: Hal-hal yang Dilarang dan yang Dibolehkan ketika Haid atau Nifas

Oleh Sheikh Abi Bakar Jabir Al-Jazairiy

A. Hal-hal yang dilarang ketika haid (menstruasi) atau nifas

Ada beberapa hal yang tidak boleh dikerjakan ketika haid (menstruasi) atau nifas. Hal-hal tersebut antara lain:

1. Berhubungan intim

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

…dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci…” (Al-Baqarah, 222).

2. Mengerjakan shalat dan puasa

Setelah bersuci, wajib untuk meng-qadha’ puasanya. Namun, shalat itu tidak perlu diganti. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallahu’Alaihi Wasallam:

Bukankah apabila seorang perempuan itu haid (menstruasi) dia tidak mengerjakan shalat dan tidak berpuasa,” (HR Al-Bukhari, 1/283, 3/45).

Sebagaimana penuturan Aisyah Radhiyallahuanha, “Kami pernah mengalami haid pada masa Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wasallam, lalu kami disuruh untuk mengganti puasa dan kami tidak disuruh untuk mengganti shalat,” (HR An-Nasa’i: 4/191).

3. Memasuki Masjid

Rasulullah Shalallahu’Alaihi Wasallam bersabda,

Aku tidak menghalalkan masjid (tidak mengizinkan masuk atau berdiam) bagi wanita yang sedang haid (menstruasi), dan tidak pula bagi orang yang mempunyai hadats besar (junub),” (HR Al-Bukhari dalam At-Tarikhul Kabir: 2/67).

4. Membaca Quran

Hal ini berdasarkan hadist,

“Janganlah wanita yang sedang haid (menstruasi) atau orang yang mempunyai hadast besar (junub) membaca sesuatu pun dari Al-Quran,” (HR Tirmidzi: 131 dan beliau memberikan cacat pada hadist tersebut, tapi terdapat hadist Ali yang shahih dan dapat dijadikan penguat dalil hukum).

*Catatan hadist:  Menurut penelitian Sheikh Nashiruddin Al-Albani, hadist tersebut Dha’if bahkan Munkar. Lihat Shahih wa Dha’if Sunan At-Tirmidzi, 1/131, Misykat Al-Mashabih, 1/100).

5. Mencerai istri

Wanita yang sedang haid (menstruasi) itu tidak boleh diceraikan, tapi harus ditunggu sampai dia suci dan belum berhubungan intim. Baru setelah itu, ia boleh dicerai.

Hal ini sebagaimana hadist yang menjelaskan bahwa Ibnu Umar Radhiyallahuanhu pernah menceraikan istrinya yang ketika itu sedang haid. Kemudian, Rasulullah Shallahu’Alaihi Wasallam menyuruhnya untuk meruju’-nya (kembali padanya) dan menahannya sampai dia suci,” (HR Muslim: 9, Kitab Ath-Thalaq).

B. Hal-hal yang boleh dikerjakan ketika haid (menstruasi) atau nifas

BACA JUGA:  Tidak Adil kepada Dua Istri dalam Urusan Jadwal Menginap

Ada beberapa hal yang boleh dikerjakan ketika haid (menstruasi) atau nifas. Hal-hal tersebut antara lain:

1. Berhubungan intim selain pada bagian kemaluannya

Rasulullah Shallahu’Alaihi Wasallam bersabda,

Lakukan oleh kalian apa saja selain an-Nikah (bersenggama atau berhubungan intim pada kemaluan),” (HR Muslim, Kitab Al-Haidh: 16, Ibnu Majah: 644, dan Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya: 3/132).

2. Berdzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Hal ini dikarenakan tidak ada larangan dalam syariat Islam untuk melakukan dzikir saat seseorang sedang haid (menstruasi) atau nifas.

3. Melaksanakan ibadah haji atau umrah, selain thawaf

Melakukan ihram, wuquf di Arafah, dan seluruh amalan haji atau umrah adalah diperbolehkan bagi mereka yang sedang haid (menstruasi) atau nifas. Namun, mereka yang sedang haid (menstruasi) atau nifas tidak boleh melakukan thawaf. Thawaf boleh dilakukan setelah orang yang haid (menstruasi) atau nifas kembali suci dan melakukan mandi wajib (mandi besar).

Berkenaan dengan hal ini, Rasulullah Shallahu’Alaihi Wasallam bersabda Aisyah Radhiyallahuanha,

Kerjakanlah apa yang dikerjakan orang yang sedang haji, hanya saja kamu jangan melakukan thawaf di dekat Ka’bah sebelum kamu suci,” (HR Al-Bukhari: 1/84, Muslim: 120, Kitab Al-Hajj, dan Ad-Darimi: 2/44).

4. Makan dan minum bersama-sama

Hal ini berdasarkan penuturan Aisyah Radhiyallahuanha, “Aku pernah minum ketika aku sedang haid (mensturasi), lalu aku berikan minuman itu kepada Nabi Muhammad Shalallahu’Alaihi Wasallam lalu beliau menaruh mulutnya pada tempat aku minum, lalu beliau minum,” (HR An-Nasa’i: 1/149, dan Imam Ahmad: 6/210).

Juga berdasarkan penuturan Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahuanha, “Aku pernah bertanya kepada Nabi Shalallahu’Alaihi Wasallam tentang makan bersama wanita yang sedang haid, lalu beliau menjawab, ‘Makanlah bersamanya,”’ (HR Imam Ahmad dan At-Tirmidzi: 1/240, hadist hasan). Wallahu’alam bish shawwab.

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button