Uncategorized

Fiqih Islam: Sifat Shalat Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam #1

Oleh Sheikh Nashiruddin Al-Albani
A. Mengahadap Kiblat
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dalam melaksanakan sholat fardhu dan sunnah menghadap kiblat. Beliau pun memerintahakannya demikian dalam sabdanya kepada orang yang tidak benar sholatnya, ”Bila engkau berdiri untuk melakukan sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam perjalanannya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam biasanya melakukan sholat sunnah diatas kendarannya (unta). Beliau juga melakukan witir diatas kendaraannya dan mengadap kemana saja kendaraannya menghadap (timur maupun barat). Alloh berfirman dalam QS al-Baqarah ayat 115 (artinya) ”Maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Alloh”. Dalam riwayat Bukhari dan Ahmad disebutkan bahwa apabila hendak melakukan sholat fardhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam turun dari tunggangannya lalu menghadap kiblat.
B. Berdiri
Dalam sholat fardhu dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melakukannya sambil berdiri sesuai dengan perintah Alloh SWT dalam QS al-Baqarah ayat 238 (artinya)
”Berdirilah untuk Alloh (dalam sholatmu) dengan khusyu.”
Dalam sebuah riwayat Tirmidzi dan Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melakukan sholat menjelang datang ajalnya sambil duduk.
Dalam kesempatan lain Beliau melakukan sholat sambil duduk, yaitu ketika dalam keadaan sakit. Sedangkan orang-orang dibelakangnya mengikutinya sambil berdiri.
Lalu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan isyarat agar mereka duduk, maka mereka pun duduk. Setelah selesai sholat Beliau bersabda
”Kalian tadi hampir saja melakukan apa yang telah dilakukan oleh bangsa Romawi dan Persia, dimana mereka berdiri di depan rajanya sedangkan rajanya duduk. Maka janganlah kalian melakukannya. Sesungguhnya keberadaan imam adalah agar diikuti. Bila ia ruku, maka rukulah; bila berdiri maka berdirilah; dan jika sholat sambil duduk maka duduklah bersama-sama”. (HR Muslim).
Sholat orang sakit sambil duduk, seperti sabda Beliau ”Shalatlah sambil berdiri. Bila tidak bisa, sambil duduk. Bila tidak bisa sambil terlentang.” (HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad).
Juga Beliau bersabda ”Barangsiapa melakukannya dengan berdiri, maka itu lebih utama. Adapun bagi yang melakukannya sambil duduk maka baginya separoh pahala yang berdiri. Barangsiapa yang sholat sambil tidur (terlentang) baginya separuh pahala orang yang sholat sambil duduk. Yang dimaksud disini adalah orang yang sakit.” (HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad).
Suatu ketika Rasulullah  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengunjungi orang yang sakit lalu melihat orang itu melakukan sholat diatas bantal. Rasulullah  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengambil bantal itu dan melemparkannya. Orang itu lalu mengambil ’ud (papan kayu) untuk sholat diatasnya. Tetapi Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengambil dan membuangnya lalu bersabda
”Sholatlah diatas tanah bila engkau bisa. Bila tidak cukuplah dengan isyarat, dan hendaknya isyarat sujudnya lebih rendah dari rukumu.” (HR. Thabrani, Bazzar dan Baihaqi).
Dalam hadits riwayat Bukhari dan Ahmad, Rasulullah  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam berdiri di dekat pembatas. Jarak antara beliau dan pembatas sekitar 3 hasta. Menurut Bukhari dan Muslim, jarak antara tempat sujudnya dan tembok cukup untuk dilalui seekor kambing.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ”Janganlah engkau sholat kecuali dengan pembatas, dan janganlah engkau membiarkan seseorang lewat di depanmu dikala sholat. Jika dia memaksakan kehendaknya lewat di depanmu, bunuhlah dia karena sesungguhnya ia bersama dengan setan.” (HR. Ibnu Khuzimah); dan juga ”Jika seseorang dari kalian melakukkan sholat pada pembatas hendaknya mendekatkan pada batas itu sehingga setan tidak dapat memutus sholatnya.” (HR Abu Daud, Bazzar dan Hakim).
Apabila Beliau sholat di tempat terbuka, tidak ada sesuatu sebagai pembatas (didepan tempat sholat), maka beliau menancapkan tombak di depannya. Lalu beliau melakukan sholat menghadap pembatas itu, sedangkan orang-orang bermakmum dibelakangnya. Hal ini sebagaimana dikatakan Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah. Beliau bersabda, ”Apabila seseorang diantara kalian meletakkan tiang sepanjang pelana di depannya, maka sholatlah menghadapnya dan hendaknya tidak menghiraukan orang yang lewat dibelakang tiang itu.” (HR Muslim dan Abu Daud).
Ibnu Khuzimah, Thabrani dan Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam tidak pernah membiarkan sesuatu yang melewati antara dirinya dan pembatasnya. Pernah Beliau  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sholat lalu lewat didepannya seekor kambing. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mendahuluinya maju kedepan sampai perutnya menempel di dinding (sehingga kambing itu melewati belakang Beliau).
Suatu ketika Rasulullah  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sholat wajib, Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menggenggam tangannya. Usai sholat mereka bertanya “Wahai Rasulullah, adakah sesuatu yang baru dalam sholat?” Beliau menjawab “Tidak, hanya saja setan hendak lewat di depanku. Lalu aku cekik sampai lidahnya terasa dingin di tanganku. Demi Alloh, seandainya saudaraku, Nabi Sulaiman tidak mendahuluiku, maka aku akan ikat setan itu pada sebuah tiang masjid sehingga dapat dilihat anak-anak kecil penduduk Madinah.” (HR Ahmad, Daruquthni dan Thabrani). 
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ”Apabila seseorang melakukkan sholat menghadap sesuatu sebagai pembatas dari orang lain, maka apabila seseorang melampaui batas di depannya itu maka hendaknya mendorong sekuatnya atau semampunya (dalam riwayat lain disebutkan : hendaknya menghalanginya dua kali).
Jika ia tetap menerobos maka bunuhlah ia. Sesungguhnya dia adalah setan.” (HR Bukhari dan Muslim);
Beliau bersabda ”Apabila orang yang lewat di depan orang yang sholat itu mengetahui dosanya, niscaya dia akan lebih baik berdiri 40 (empat puluh) tahun daripada berlalu didepan orang yang sholat.” (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ”Sholat seseorang menjadi putus apabila tidak dibatasi dengan semacam pelana didepannya lalu dilewati oleh wanita haid (balig), keledai dan anjing hitam”
Abu Dzar berkata ”Wahai Rasulullah, apakah bedanya anjing hitam dan anjing berwarna merah?” Beliau menjawab ”Anjing hitam adalah setan.” (HR Muslim, Abu Daud & Khuzaimah).
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melarang orang melakukan sholat menghadap kubur dengan sabdanya ”Janganlah kalian sholat menghadap kubur dan janganlah duduk diatasnya.” (HR Muslim, Abu Daud & Ibnu Khuzimah).
C. Niat-niat
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ”Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung dari niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya (HR Bukhari & Muslim)
D. Takbir
Dalam hadits riwayat Muslim dan Ibnu Majah, disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam membuka sholatnya dengan ucapan Allohu Akbar (Alloh Mahabesar).
Beliau pun memerintahkan demikian kepada orang yang tidak benar dalam sholatnya, sebagaimana sabda Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ”Tidaklah sholat seseorang itu menjadi sempurna sampai ia berwudhu dengan benar, lalu berkata Allohu Akbar”(HR Thabrani)
Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda ”Kunci sholat adalah suci, tahrimnya atau pengharamannya adalah takbir dan thalilnya atau penghalalannya adalah salam.” (HR Abu Daud, Tirmidzi & Hakim).
Dalam hadits riwayat Ahmad dan Hakim disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengangkat suaranya dalam takbir sehingga terdengar oleh orang-orang yang makmum dibelakangnya.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ”Apabila imam mengucapkan Allohu Akbar, maka katakanlah Allohu Akbar” (HR Ahmad dan Baihaqi).
E. Mengangkat Tangan
Terkadang Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengangkat kedua tangannya sambil mengucapkan takbir dan terkadang mengangkatnya setelah takbir, dan terkadang (mengangkat tangan) setelah ucapan takbir.
Beliau  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengangkat kedua tangannya dengan jari terbuka rapat (tidak renggang dan tidak menggenggam).
Dan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengangkatnya sampai sejajar dengan kedua bahunya dan terkadang sampai kedua telinganya.
F. Meletakkan Tangan Kanan Diatas Tangan Kiri (Bersedekap)
Rasulullah  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya.
Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ”Sesungguhnya para Nabi memerintahkan kepada kita agar mempercepat saat berbuka dan mengakhirkan waktu sahur dan agar meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri kita dalam sholat.” (HR Ibnu Hibban dan Dhiya).
G. Meletakkan Kedua Tangan (Bersedekap) di Dada
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam meletakkan tangan kanan di atas punggung tangan kirinya, pergelangan dan lengan dan memerintahkan demikain kepada sahabat-sahabatnya.
Terkadang Beliau  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengenggam lengan kirinya dengan jari-jari  tangan kanannya.
Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam meletakkan keduanya diatas dada.
H. Khusyu dan Memandang Tempat Sujud
Dalam hadits riwayat Baihaqi dan Muslim disebutkan bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sholat menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tanah.
Rasulullah melarang mengangkat pandangannya ke langit sebagaimana tercantum dalam hadits riwayat Bukhari dan Abu Daud. Larangan itu dipertegas dengan sabdanya ”Hendaknya orang-orang menghentikan mengarahkan pandangannnya ke langit pada waktu sholat atau tidak dapat kembali lagi kepada mereka (dalam riwayat lain disebutkan : atau mata-mata mereka tercolok)”. (HR Bukhari, Muslim & Siraj).
Dalam hadits lain disebutkan ”Apabila kalian melakukan sholat maka hendaknya janganlah menolah-noleh karena Alloh akan menghadapkan wajahNya kepada wajah hambanya ketika sholat selama ia tidak menolah-noleh.” (HR Tirmidzi dan Hakim).
Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Ya’la disebutkan bahwa Rasulullah  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melarang 3 perkara dalam sholat, yaitu sholat dengan cepat seperti ayam yang mematuk, duduk diatas tumit seperti duduknya anjing, dan menolah-noleh seperti musang.
Beliau  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda ”Sholatlah seperti halnya sholat orang yang akan meninggal, yaitu seakan-akan engkau melihat Alloh. Jika engkau tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Thabrani, Ibnu Majah & Ahmad).
Beliau telah sholat dengan baju yang terbuat dari wol yang bergambar, lalu Rasulullah  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melihat sepintas gambar-gambar itu. Usai sholat Beliau  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ”Bawalah bajuku ini kepada Abu Jahm dan bawalah kepadaku kain yang kasar Abu Jahm. Karena bajuku ini telah mengalihkan perhatian sholatku tadi. (dalam riwayat lain dikatakan : Sesungguhnnya aku telah melihat gambarnya saat sholat dan hampir saja aku tergoda).” (HR Bukhari, Muslim & Malik).
Aisyah mempunyai kain bergambar untuk tirai, Rasulullah  Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sholat menghadapnya. Lalu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ”Jauhkanlah kain itu, sesungguhnya gambarnya mengganggu sholatku.” (HR Bukhari & Muslim). 
Beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda ”Tidak sempurna sholatnya orang yang telah terhidang makannya, serta ketika menahan keluarnya angin dan buang air.” (HR Bukhari & Muslim).

BACA JUGA:  Ajaran Islam tentang Barang Temuan

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button