Uncategorized

Ketika Istri “Salafy” Menuduh Suami Hizbiyun, Qutubiyun, Ahli Bidah

Pertanyaan:
Saya baru saja menikah sekitar tiga bulan yang lalu. Tetapi beberapa hari setelah menikah, konflik itu dimulai. Istri saya termasuk kelompok yang menamakan dirinya Salafiyin (Saya pikir mereka bukan salafi sejati karena mereka menilai orang lain yang berbeda sedikit saja dari mereka sebagai sesat dan ahli bidah). 
Masalahnya adalah bahwa istri saya itu sangat tertarik dengan bantah-membantah, serta meninggalkan orang lain karena perbedaan dalam perkara agama dan kepribadian. Dia juga taklid buta kepada beberapa ulama seperti Rabi Madkhali dan Ubaid Jabri, dan lainnya. 
Setelah menikah, dia mulai mengirimi saya email tentang Sayyid Qutub, Maududi, Hasal Al-Bana, dan lainnya; yang mereka anggap sebagai ahli bidah. Dia juga memberi saya sederet situs dan ulama yang mereka ikuti. 
Tentang Sayyid Qutub, yang menurut saya, istri saya itu lebih benci kepada beliau daripada orang kafir, suatu saat saya berkata, “Baik, saya akui beliau punya beberapa kesalahan, tetapi ada ulama Ahli Sunah yang membela Sayyid Qutub dan Hasan Al-Bana. Jadi tidak perlu rasanya semua orang harus memiliki pemikiran yang sama tentang mereka seperti yang kamu pikirkan.” 
Setelah itu, dia mulai membantah saya, menuduh saya telah membela Ahli Bidah, dan menyebut saya sebagai Qutubiyun dan Hizbiyun, dll. Dia bilang bahwa ulamanya, khususnya Rabi Madkhali, adalah ulama besar, dan beliau telah membantah Sayyid Qutub dan Hasan Al-Bana dengan bukti-bukti. 
Saya ingin menghindari perdebatan seperti itu di rumah saya, tetapi dia ngotot dengan membahas itu melulu. Dia ingin saya juga taklid buta kepada ulama dan situs-situsnya, seperti ketika dia menyebutkan saya dengan Hizbiyun dan Qutubiyun. 
Sekarang setelah argumen terakhir saya dalam masalah ini, saya bilang kepadanya bahwa saya tidak ingin membahas itu lagi, tetapi gagal juga karenanya. Sekarang dia tidak ingin hidup bersama saya dan membenci saya karena dia pikir akidah dan manhaj saya ini menyimpang. 
Ketika saya berusaha untuk diam saja dalam menanggapi masalah itu, dia tidak terima. Dia terus saja memakan daging para ulama tersebut. 
Ibunya meminta saya untuk menerima pendapatnya dan mengatakan bahwa istri saya benar. Ibunya mengatakan bahwa dia masih terlalu mudah dan akan berubah seiring waktu. Dia baru berusia 21 tahun. Apakah boleh saya menyembunyikan perasaan saya yang sebenarnya terhadap saudara sesama Muslim untuk melindungi pernikahan ini? Jika tidak boleh, apa yang harus saya lakukan?
Jawaban oleh Tim Fatwa IslamWeb, diketuai oleh Syekh Abdullah Faqih Asy-Syinqiti
Segala puji hanya bagi Allah, Raab semesta alam. Saya bersaksi bahwa tiada Illah yang hak untuk diibadahi kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.
Jika apa yang Anda katakan tentang istri Anda adalah benar, maka manhaj (metodologi) yang dia ikuti adalah perkara yang sangat serius, karena tidak boleh bagi seorang Muslim laki-laki atau perempuan, untuk menyebut dirinya sebagai hakim yang menyebut si A dan si B sebagai Ahli Bidah, atau si Fulan dan si Fulanah sebagai sesat, apalagi jika orang yang dia tuduh itu telah berjuang untuk Islam. 
Sebaliknya, adalah suatu kewajiban bagi kita untuk menghormati orang-orang seperti itu (yang telah berjuang untuk Islam – pentj) dan memuliakan mereka, berterima kasih kepada mereka, atas upaya mereka di dalam Dakwah, serta atas keikhlasan dan dedikasi mereka kepada negaranya. 
Meskipun mereka berbuat kesahalan saat membuat Ijtihad, mereka tetap akan diganjar satu kebaikan atas kesalahannya tersebut, karena mereka adalah manusia dan tidak ada manusia yang maksum (terbebas dari dosa kecuali Nabi Muhammad ﷺ). 
Sebaliknya, kesalahan mereka harus disikapi sesuai dengan etika dan ajaran Islam, yaitu tidak ekstrim dan tidak menyepelekan.  Sungguh, bagi orang-orang yang mengikuti manhaj seperti itu (seperti istri Anda itu), ulama besar di negara ini pun tidak akan ada yang selamat dari mereka (dari kritik-kritik mereka –pent), karena Allah ﷻ hanya menciptakan Nabi Muhammad ﷺ sebagai satu-satunya manusia yang tidak berdosa.
Oleh karena itu, kami menasihati Anda untuk bersabar dengan istri Anda dan bijaksana dalam bergaul dengannya. Sungguh, Anda boleh menyebutkan beberapa pernyataan ulama kontemporer dari kalangan Salafi yang terkenal atas ilmunya, ketaatannya, dan keadilannya (seperti Syekh Bin Baaz dan Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah) tentang Sayyid Qutub dan ulama-ulama lain yang dikritik habis-habisan oleh orang-orang yang diikuti oleh istri Anda tersebut.
=====================
Baca juga:
=====================
Selain itu, orang-orang yang diikuti oleh istri Anda tersebut juga telah diberi peringatan (oleh para ulama) terkait kesalahan manhaj yang mereka anut. 
Akhirnya, tidak boleh bagi istri Anda untuk meninggikan suaranya di hadapan Anda atau ngotot membicarakan hal tersebut dengan Anda. Sebaliknya, hal tersebut merupakan sebuah kedurhakaan. 
Wallahualam bish shawwab.
Fatwa: 133518
Tanggal: 5 Rabiul Akhir 1431 (21 Maret 2010).
Sumber: IslamWeb.Net
Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di PPTQ At-Taqwa Sukoharjo)

BACA JUGA:  Beberapa Manfaat Memberi ASI kepada Bayi

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button