Tanya-Jawab Islam: Tentang Ucapan, “Kehendak Masyarakat Adalah Kehendak Tuhan”
Saya telah membaca di buku-buku para pemikir (liberal dan sekuler) tentang ungkapan yang menyatakan bahwa ‘”Kehendak masyarakat adalah Kehendak Tuhan (Allah)’, mohon dijelaskan pandangan Islam tentang ucapan seperti ini?
Jawaban oleh Syeikh Muhammad Shalih Al-Munajid
Alhamdulillah. Syaikh Abdurrahman Ad-Dusiri – Rahimahullah – pernah ditanya tentang ungkapan semacam itu.
Beliau menjawab:
“Ini jelas dusta besar, sikap nekat terhadap Allah yang dilakukan sebagian “ahli” filsafat pada sebagian madzhab serta mereka yang terpengaruh pemikiran tersebut.
“Sebuah sikap nekat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dalam segala bentuk kekafiran di sepanjang jaman karena paling banter yang diceritakan oleh Allah tentang kekafiran adalah ketergantungan kaum kafir dengan kehendak Allah, melalui ucapan mereka:
“Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apapun,” (Al-An’aam: 148).
Allah mendustakan mereka. Sekarang mereka menjadikan kehendak masyarakat sebagai pemutus perkara, untuk melegitiminasi program yang mereka terapkan. Kebohongan ini juga menunjukkan kerusakan program tersebut yang menjadi motivasi mereka melontarkan ucapan sedemikian rupa.
Menurut pendapat mereka, masyarakat berhak mengatakan dan berbuat apa saja dalam hidup mereka, dalam kondisi yang tidak terikat lagi oleh syariat dan Kitab Allah, namun dengan memeperturutkan hawa nafsu mereka, berdasarkan tuntutan materi dan syahwat serta kekuatan sendiri. Tak ubahnya dengan bangsa-bangsa kafir yang memang tidak memeluk agama Allah, mereka tidak memperdulikan etika moral dan sikap-sikap kemuliaan Islam.
Itulah kebohongan besar dari orang semacam Abu Jahal dan sejenisnya. Kebusukan ucapan tersebut secara aksiomatik dapat diterka oleh akal sehat, yakni perasaan dan tabiat dasar masyarakat sendiri itu berbeda-beda.
Kalau kehendak masyarakat itu dianggap sebagai kehendak Allah, maka segala kecenderungan Wihdatul Wujud, Komunisme, Nazisme, Zionisme, Kanibalisme dan lain-lain adalah kehendak Allah yang Allah perintahkan. Segala yang dikehendaki oleh hawa nafsu manusia yang jahat, kenistaan yang dirindukan oleh penyakit hati, kebebasan absolut, biusan minuman keras, gelitikan kehendaki hati, sekedar kehendak pemuas nafsu dengan mengorbankan orang lain, lantas menjadi perintah Allah juga.
Maka atas dasar apakah mereka berani mengkritik orang lain dan menggugatnya habis-habisan apabila kehendak rakyat dan keinginan mereka itu berasal dari kehendak Allah dalam keputusan yang pasti diridhai oleh Allah juga?
Untuk apa pula Allah mengutus para rasul, menurunkan kitab, mensyariatkan jihad, menyuruh amar ma’ruf nahi mungkar kepada umat manusia, kalau kehendak mereka toh kehendak Allah juga yang diridhai-Nya?
Itulah sebuah kemustahilan, puncak dari segala kefasikan dan kesesatan, kebohongan yang selalu mereka klaim tetapi tidak mereka terapkan pada diri mereka sendiri. Bahkan, demi kebohongan itu, mereka memerangi bangsa yang tidak tunduk kepada kekuasaan mereka dan tidak berjalan di atas tujuan-tujuan mereka.
Seolah-olah, bangsa yang mereka perintah dengan kekuatan senjata dan tangan besi adalah bangsa yang menjadi perwujudan atas semua kehendak Allah, merupakan Tuhan yang diibadahi dengan kehendak Allah sendiri.
Kebatilan itu pasti akan saling bertentangan dan meneriakan kebatilan bagi mereka sendiri. Mereka telah melakukan syirik yang besar sekali terhadap Allah karena mereka menjadikan masyarakat sebagai tandingan bagi Allah, menjadikan hawa nafsu sebagai tandingan bagi Allah dan syariat serta hukum-Nya, sebagai ganti dari pengambilan keputusan dari Allah, dari berpegangteguh pada hukum-hukum dan syariatnya dan pelaksanaan seluruh perintah-Nya. Wallahu’alam bish shawwab. (Islamqa/Mukminun)