Fiqih

Fikih Dorar: Air Mustakmal untuk Mengangkat Hadas

Pembaca rahimakumullah, apa itu air mustakmal? Bagaimana hukum pemakaian air mustakmal untuk mengangkat Hadas? Berikut adalah terjemahan Mausuatul Fiqhiyah Dorar Saniyah > Kitab Thaharah > Bab Jenis dan Hukum Air > Air Mustakmal > Air Mustakmal untuk Mengangkat Hadas.

الْمَاءُ الْمُسْتَعْمَلُ فِي رَفْعِ الْحَدَثِ

Air Mustakmal untuk Mengangkat Hadas

الْمَاءُ الْمُسْتَعْمَلُ فِي رَفْعِ الْحَدَثِ مِنَ الْوُضُوءِ وَالْغُسْلِ؛ طَاهِرٌ فِي نَفْسِهِ، مُطَهِّرٌ لِغَيْرِهِ، وَهَذَا مَذْهَبُ الْمَالِكِيَّةِ، وَالظَّاهِرِيَّةِ، وَقَوْلٌ عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ، وَقَوْلٌ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ، وَرِوَايَةٌ عَنْ أَحْمَدَ، وَهُوَ قَوْلُ طَائِفَةٍ مِنَ السَّلَفِ، وَاخْتِيَارُ ابْنِ الْمُنْذِرِ، وَابْنِ تَيْمِيَّةَ، وَابْنِ بَازٍ، وَالألْبَانِيِّ، وَابْنِ عُثَيْمِينَ

Air mustakmal untuk mengangkat hadas besar dan kecil dengan wudu dan mandi adalah suci secara zatnya, dan menyucikan bagi yang lainnya. Ini adalah pendapat mazhab Maliki (Mawahibul Jalil Li Al-Khattab: 1/92), Zahiri, dan salah satu pendapat dalam mazhab Hanafi (Hasiyah Ibnu Abidin: 1/181), Syafi’i (Al-Hawi Al-Kabir: 1/296), serta riwayat dari Ahmad (Al-Inshaf Li Al-Mawardi: 1/40). Ini juga merupakan pendapat sebagian ulama salaf dan pilihan Ibn al-Mundhir, Ibn Taimiyah, Ibn Baz, al-Albani, dan Ibn Utsaimin.

CATATAN:

الماءُ المُستَعمَلُ: هُوَ الماءُ المُتَقاطِرُ مِنَ الأَعضاءِ في وُضوءٍ أَو غُسلٍ. قالَ ابنُ عُثَيمينَ: (الاِستِعمالُ: أَن يَمُرَّ الماءُ عَلَى العُضوِ، وَيَتَساقَطَ مِنهُ، وَلَيسَ الماءُ المُستَعمَلُ هُوَ الَّذي يُغتَرَفُ مِنهُ، بَل هُوَ الَّذي يَتَساقَطُ بَعدَ الغَسلِ بِهِ).

Air mustakmal adalah air yang menetes/terpercik dari anggota badan ketika berwudu atau mandi wajib (lalu air itu masuk ke wadah yang airnya belum dipakai atau air itu ditampung untuk dipakai lagi). Ibnu Utsaimin berkata, “Air mustamal adalah air yang mengalir di atas anggota badan, lalu menetes darinya. Air mustakmal bukanlah air di wadah setelah diambil dengan tangan, melainkan air yang menetes/memercik (dari anggota wudu/mandi) setelah digunakan untuk mencuci (anggota tubuh),” (Asy-Syarh Al-Mumti: 1/36).

Dalil dari Al-Quran

1 – Allah ta’ala berfirman:

وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا

Dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih, (QS Al-Furqan: 48).

2 – Firman Allah ta’ala:

وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ

Dan Dia menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengannya, (QS Al-Anfal: 11).

Argumentasi:

أَنَّ قَوْلَهُ: طَهُورًا يَقْتَضِي جَوَازَ التَّطَهُّرِ بِهِ مَرَّةً بَعْدَ أُخْرَى، فَهُوَ عَلَى وَزْنِ (فَعُولٍ) لِمَا يَتَكَرَّرُ مِنْهُ الْفِعْلُ، مِثْلُ: شَكُورٍ، وَصَبُورٍ

Bahwa firman-Nya: “tahūran” menunjukkan boleh digunakan untuk bersuci berulang kali, karena kata “thuhur” berbentuk “fa’ul” yang menunjukkan kelanjutan dari suatu tindakan, seperti syakur (sangat bersyukur) dan sabur (sangat sabar).

BACA JUGA:  Fikih Dorar: Adab Menjenguk Orang Sakit

Dalil dari Sunah

1 – Dari Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Nabi ﷺ bersabda:

 الْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْء

Sesungguhnya air itu suci dan tidak dapat dinajiskan oleh apa pun, (Sunan Abu Dawud: 66. Sunan At-Tirmidzi: 66. Sunan An-Nasai: 326).

Argumentasi:

عُمُومُ الْحَدِيثِ، فَالْمَاءُ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ، وَلَا يُسْتَثْنَى مِنْ ذَلِكَ إِلَّا مَا تَغَيَّرَ لَوْنُهُ، أَوْ طَعْمُهُ، أَوْ رِيحُهُ

Keumunan hadis ini menunjukkan bahwa air itu suci dan tidak dapat dinajiskan oleh apa pun, kecuali jika berubah warna, rasa, atau baunya.

2 – Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الْمَاءَ لَا يَجْنُبُ

Sesungguhnya air tidak menjadi junub, (Sunan Abu Dawud: 68. Sunan At-Tirmidzi: 65).

Argumentasi:

أَنَّ الْمَاءَ لَا يَتَعَدَّى إِلَيْهِ حُكْمُ الْحَدَثِ

Bahwa air tidak dapat terkena hukum hadas.

ثَالِثًا: أَنَّهُ مَاءٌ طَاهِرٌ لَاقَى بَدَنًا طَاهِرًا، فَلَمْ يَسْلُبْهُ الطُّهُورِيَّةَ

Ketiga: Bahwa air yang suci bertemu dengan tubuh yang suci, maka tidak kehilangan sifat menyucikannya.

رَابِعًا: أَنَّهُ مَاءٌ مُسْتَعْمَلٌ فَجَازَتِ الطَّهَارَةُ بِهِ، كَالْمُسْتَعْمَلِ فِي تَجْدِيدِ الْوُضُوءِ، وَلَا فَرْقَ

Keempat: Bahwa air mustakmal boleh digunakan untuk bersuci, seperti yang digunakan untuk memperbarui wudu, dan tidak ada perbedaan. Wallahua’lam

Karangasem, 28 Desember 2024

Irfan Nugroho (Semoga Allah mengampuni, merahmati, dan memberkahi dirinya, keluarganya, dan orang tuanya. Aamiin).

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button