Fiqih

Fikih Dorar: Membayar Utang dan Menunaikan Wasiat Jenazah

Pembaca rahimakumullah, di antara sunah ketika ada orang yang meninggal adalah membayar utang dan menunaikan wasiatnya. Berikut adalah terjemahan dari Mausuatul Fiqhiyah Dorar Saniyah > Kitab Salat > Bab Janaiz > Bab Hukum Orang Sakit dan Sekarat > Hukum Orang Sekarat > Membayar Utang dan Menunaikan Wasiat Jenazah. Semoga bermanfaat!

قضاءُ دَيْنِه وإنفاذُ وَصِيَّتِه

Membayar Utang dan Menunaikan Wasiat Jenazah

المبادرةُ بقضاءِ دَيْنِه

SEGERA MEMBAYAR UTANG JENAZAH

Tertulis di dalam Mausuatul  Fiqhiyah Dorar Saniyah tentang membayar utang jenazah:

يُستحَبُّ أن يُبادَرَ بقضاءِ دَيْنِ الميِّتِ؛ نصَّ عليه الحَنفيَّة، والشَّافعيَّة

Sunah untuk bersegera membayar utang jenazah, dan ini adalah pendapat di kalangan Hanafiyah[1] dan Syafiiah.[2]

DALIL DARI SUNAH

1 – Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

نَفْسُ المؤمِنِ مُعلَّقةٌ بِدَيْنِه؛ حتى يُقْضَى عنه

Ruh seorang mukmin tergantung pada utangnya, sampai utang tersebut ditunaikan, (Sunan At-Tirmizi: 1079. Sunan Ibnu Majah: 2413. Musnad Ahmad: 10607).

2 – Dari Abu Qatadah Radhiyallahu Anhu bahwa beliau mendengar suatu hadis dari Rasullah ﷺ:

أنَّهُ قَامَ فِيهِمْ، فَذَكَرَ لَهُمْ أَنَّ الجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللهِ وَالإِيمَانَ بِاللهِ أَفْضَلُ الأَعْمَالِ

Bahwasanya Rasulullah ﷺ berdiri di tengah-tengah mereka, lalu menyampaikan kepada mereka bahwa jihad di jalan Allah dan beriman kepada Allah adalah amal yang paling utama.

فَقَامَ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ اللهِ، تُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ؟

Kemudian seorang laki-laki berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan dihapuskan?”

فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَعَمْ، إِنْ قُتِلْتَ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ، مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ

Rasulullah ﷺ menjawab: “Ya, jika engkau terbunuh di jalan Allah, dalam keadaan sabar, mengharap pahala, maju (dalam peperangan) dan tidak mundur (melarikan diri).”

ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَيْفَ قُلْتَ؟

Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya lagi: “Bagaimana tadi yang engkau tanyakan?”

قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قُتِلْتُ فِي سَبِيلِ اللهِ، أَتُكَفَّرُ عَنِّي خَطَايَايَ؟

Orang itu menjawab: “Bagaimana menurutmu jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah dosa-dosaku akan dihapuskan?”

فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَعَمْ، وَأَنْتَ صَابِرٌ مُحْتَسِبٌ، مُقْبِلٌ غَيْرُ مُدْبِرٍ، إِلَّا الدَّيْنَ؛ فَإِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ قَالَ لِي ذَلِكَ

Rasulullah ﷺ menjawab: “Ya, jika engkau sabar, mengharap pahala, maju dan tidak mundur, kecuali utang; karena Jibril عليه السلام telah menyampaikan hal itu kepadaku,” (Sahih Muslim: 1885).

BACA JUGA:  Ini Dia 25 Wanita yang Haram Dinikahi Selamanya

3 – Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang berkata:

أنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يُؤْتَى بِالرَّجُلِ المَيِّتِ عَلَيْهِ الدَّيْنُ، فَيَسْأَلُ: هَلْ تَرَكَ لِدَيْنِهِ مِنْ قَضَاءٍ؟ فَإِنْ حُدِّثَ أَنَّهُ تَرَكَ وَفَاءً صَلَّى عَلَيْهِ، وَإِلَّا قَالَ: صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ.

Bahwasanya Rasulullah ﷺ apabila didatangkan jenazah seorang laki-laki yang memiliki utang, beliau bertanya: “Apakah ia meninggalkan sesuatu untuk melunasi utangnya?” Jika diberitahukan bahwa ia meninggalkan harta untuk melunasi utangnya, maka beliau menyalatkannya. Namun, jika tidak, beliau berkata: “Salatkanlah jenazah sahabat kalian,” (Sahih Bukhari: 2298. Sahih Muslim: 1619).

ARGUMENTASI DALIL:

أَنَّ فِيهَا بَيَانَ خَطَرِ الدَّيْنِ وَمَا يَتَرَتَّبُ عَلَيْهِ؛ فَفِيهَا الحَثُّ لِلْوَرَثَةِ عَلَى قَضَاءِ دَيْنِ المَيِّتِ

Bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang bahaya utang dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Hadis ini juga berisi anjuran kepada para ahli waris untuk melunasi utang orang yang telah meninggal.

المُبَادَرَةُ بِإِنْفَاذِ وَصِيَّتِهِ

SEGERA MENUNAIKAN WASIAT JENAZAH

يُسْتَحَبُّ أَنْ يُبَادَرَ بِإِنْفَاذِ وَصِيَّةِ المَيِّتِ؛ نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيَّةُ وَالحَنَابِلَةُ؛ وَذَلِكَ مَسَارَعَةً لِوُصُولِ الثَّوَابِ إِلَيْهِ، وَالبِرِّ لِلْمُوصَى لَهُ

Disunahkan untuk segera melaksanakan wasiat orang yang telah meninggal. Hal ini dinyatakan oleh para ulama dari mazhab Syafi’i[3] dan Hanbali.[4] Anjuran ini bertujuan agar pahala segera sampai kepadanya dan sebagai bentuk kebaikan kepada pihak yang menerima wasiat tersebut.[5] Wallahua’lam

Karangasem, 1 Januari 2025

Irfan Nugroho (Semoga Allah mengampuni,  merahmati, dan memberkahi dirinya, keluarganya, dan orang tuanya. Amin).

CATATAN KAKI

[1] Jawahirah An-Nirah li Al-Hadadi: 1/102. Al-Lubab li Al-Maidani: 1/126

[2] Mughni Al-Muhtaj li Al-Khatib Asy-Syarbini: 1/357. Nihayah Al-Muhtaj li Ar-Ramli: 3/18. Para ulama Syafiiah berkata, “Wajib bersegera membayar utang jenazah jika orang yang berhak meminta haknya.”

[3] Mughni Al-Muhtaj li Al-Khatib Asy-Syarbini: 1/357 dan Nihayah Al-Muhtaj li Ar-Ramli: 3/18. Mazhab Syafi’i menyatakan bahwa melaksanakan wasiat menjadi wajib ketika diminta oleh penerima wasiat yang telah ditentukan, juga apabila ada kemampuan untuk melaksanakan wasiat bagi kaum fakir dan yang serupa dari kalangan orang-orang yang membutuhkan, atau jika pewasiat telah berpesan agar dilaksanakan dengan segera.

BACA JUGA:  Fikih Dorar: Air yg Bercampur dengan Benda Suci

[4] Kasyaf Al-Qina li Al-Bahuti: 2/84. Al-Mughni li Ibni Qudamah: 2/337.

[5] Mughni Al-Muhtaj li Al-Khatib Asy-Syarbini: 1/357.

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button