Sahihul Adab: Adab kepada Diri Sendiri
Pembaca rahimakumullah, apa saja adab kepada diri sendiri? Berikut adalah terjemahan dari Sahihul Adab Al-Islamiyah, karya Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah. Semoga bermanfaat. Teruskan membaca!
Adab dengan Diri Sendiri
INTROSPEKSI DIRI
Muhasbah atau introspeksi diri artinya:
Seseorang hendaknya meneliti perbuatan-perbuatannya pada malam hari, apa yang telah dilakukan pada siang harinya. Jika itu terpuji, ia lanjutkan dan ikuti dengan yang serupa. Jika itu tercela, ia perbaiki jika mungkin dan menjauhi yang serupa di masa depan, (Al-Mawardi).
1 – Allah ta’ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),[1] (QS Al-Hasyr: 18).
2 – Allah ta’ala berfirman:
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun, (QS Al-Kahfi: 49).
3 – Allah ta’ala berfirman:
Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang menyesal,[2] (QS Al-Qiyamah: 2).
PELAJARAN
Pelajaran yang bisa diambil dari adab pertama dalam adab kepada diri sendiri ini adalah:
1 – Wajib muhasabatun nafsi (introspeksi diri).
2 – Wajibnya takwa kepada Allah ta’ala.
3 – Peringatan supaya tidak melakukan kekufuran dan kemunafikan.
4 – Penegasan akidah hari kebangkitan dan pembalasan dengan menyampaikannya kepada telinga orang-orang yang mengingkarinya.
5 – Penegasan iman kepada takdir dan ketentuannya serta tingkatan-tingkatannya, termasuk di antaranya adalah Al-Kitabah (penulisan amal).
6 – Agungnya ilmu Allah, serta pengetahuanNya terhadap segala sesuatu.
7 – Penihilan sifat zalim dari Allah ta’ala.
8 – Penegasan tentang sempurnanya keadilan Allah ta’ala.
9 – Keutamaan jiwa yang menyesal,[3] sehingga Allah sampai bersumpah dengannya.
PUASA SENIN KAMIS
Adab kepada diri sendiri yang kedua adalah puasa Senin-Kamis. Apa dalilnya? Imam At-Tirmizi meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Amal perbuatan diperlihatkan pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka ketika amalanku diperlihatkan, aku dalam keadaan berpuasa, (Sunan At-Tirmizi: 747. Sunan Ibnu Majah: 1740. Musnad Ahmad: 8343).
PENJELASAN
1 – Sabda Nabi (تُعْرَضُ الْأَعْمَالُ) maksudnya:
Amal perbuatan Bani Adam, yang baik maupun yang buruk, yang berupa ketaatan maupun kemaksiatan; ditampilkan secara mingguan, (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 119275).
2 – Sabda Nabi (فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ) maksudnya:
Aku ingin dan berharap agar amalanku diangkat (diterima) saat aku sedang dalam keadaan taat, yaitu berpuasa, (Idem).
PELAJARAN
Pelajaran yang bisa diambil dari adab kedua dalam adab kepada diri sendiri adalah sebagai berikut:
1 – Disunahkan Puasa pada Hari Senin dan Kamis.
2 – Amal Perbuatan Diperlihatkan kepada Allah Ta’ala pada Hari Senin dan Kamis.
3 – Hikmah diperlihatkannya amal perbuatan adalah bahwa Allah Ta’ala akan membanggakan orang-orang yang taat di hadapan para malaikat, dan kalau bukan itu hikmahnya, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan adanya pelaporan amal perbuatan hambaNya karena Allah lebih mengetahui hamba-Nya daripada malaikat.
QIYAMUL LAIL (SALAT MALAM)
Adab kepada diri sendiri yang ketiga adalah qiyamul lail. Di dalam As-Sahihain dari Aisyah Radhiyallahu anha yang berkata:
Bahwa Nabi Allah ﷺ biasa melaksanakan salat malam hingga kakinya bengkak.
Kemudian Aisyah berkata:
Mengapa engkau melakukan ini, wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?
Beliau ﷺ menjawab:
Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur.
Kemudian Aisyah berkata:
Ketika tubuhnya menjadi berat, beliau salat sambil duduk, dan ketika hendak rukuk, beliau berdiri, membaca, lalu rukuk, (Sahih Bukhari: 4837).
PELAJARAN
Pelajaran yang bisa diambil dari adab ketiga terhadap diri sendiri ini di antaranya:
1 – Dahsyatnya ibadah Nabi ﷺ.
2 – Sunah melakukan Qiyamul Lail (salat malam).
3 – Keutamaan Nabi ﷺ.
4 – Besarnya derajat syukur (Nabi ﷺ).
5 – Disyariatkannya salat sambil duduk bagi yang tidak mampu berdiri.
6 – Siapa saja yang tidak mampu berdiri dalam salah satu rukun salat, maka gugurlah baginya rukun tersebut tanpa menggugurkan rukun yang lain.
ZIKIR PAGI DAN PETANG
Termasuk bagian dari adab kepada diri sendiri adalah melazimi zikir pagi dan petang. Imam Bukhari meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:
Pemimpin dari segala macam istighfar adalah engkau mengucapkan:
Ya Allah, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan selain Engkau, Engkau menciptakanku dan aku adalah hamba-Mu, dan aku berada di atas janji-Mu dan sumpah-Mu semampuku, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang telah aku lakukan, aku mengakui nikmat-Mu kepadaku, dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku; karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau, (Sahih Bukhari: 6306).
PENJELASAN
1 – Yang dimaksud dengan sayyidul istighfar adalah:
Ungkapan istighfar yang paling utama dan paling banyak pahalanya, dan disebut sebagai ‘Sayyidul Istighfar’ karena mencakup semua makna taubat, (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 9077).
2 – Sabda Nabi (وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ) maksudnya:
Dan aku berada di atas apa yang telah aku janjikan kepada-Mu, dan aku berjanji kepada-Mu dengan iman kepada-Mu, dan ikhlas dalam ketaatan kepada-Mu, (Idem).
Dan janji itu adalah apa yang datang dalam dua kitab shahih dari lisan Nabi ﷺ:
Siapa saja yang mati tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, maka dia masuk surga, (Idem).
PELAJARAN
Pelajaran yang bisa diambil dari hadis tentang sayyidul istighfar ini di antaranya:
1 – Kalam Allah memiliki keutamaan yang berbeda-beda.
2 – Zikir ini adalah bentuk istighfar yang paling utama.
3 – Boleh bertawassul dengan perbuatan Allah.
4 – Boleh bertawassul kepada Allah dengan mengakui kekurangan dalam ketaatan dan kebutuhan kepada Allah.
5 – Penegasan konsep tauhid rububiyah.
6 – Penegasan konsep tauhid uluhiyah.
7 – Wajib mengakui bahwa Allah adalah Tuhan dan Pemilik segala sesuatu.
8 – Wajib mengesakan Allah Ta’ala dalam ibadah.
9 – Penegasan iman kepada hari akhir.
10 – Tidak ada yang mengampuni dosa selain Allah.
11 – Disunahkan memulai doa kepada Allah dengan bertawassul kepada-Nya.
12 – Syarat-syarat kalimat tauhid, di antaranya: ikhlas.
SALAT DUHA
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Sahihnya dari Abu Dzar Al-Gifari Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:
Setiap pagi, setiap sendi dari salah seorang di antara kalian harus bersedekah; setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah, dan dua rakaat yang dilakukan pada waktu Duha mencukupi dari semua itu, (Sahih Muslim: 720).
PENJELASAN
Sedekah di dalam hadis ini bersifat anjuran, bukan wajib. Tertulis di dalam Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah (23550):
Yang dimaksud adalah sedekah anjuran dan dorongan, bukan kewajiban dan paksaan; karena cukup dalam mensyukuri nikmat-nikmat ini dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi yang haram.
Lebih lanjut tentang salat dhuha bisa dibaca di sini.
PELAJARAN
Pelajaran yang bisa diambil dari hadis tentang salat dhuha sebagai bagian dari adab kepada diri sendiri adalah sebagai berikut:
1 – Wajib mensyukuri nikmat Allah yang ada pada diri manusia.
2 – Sedekah yang paling utama adalah yang manfaatnya meluas.
3 – Sedekah tidak terbatas pada harta.
4 – Keutamaan umat ini adalah mereka beramal sedikit tetapi mendapatkan banyak pahala.
5 – Keutamaan dua rakaat shalat Dhuha.
6 – Keutamaan amar makruf nahi mungkar.
7 – Keutamaan mengingat Allah Ta’ala.
MENYUCIKAN HATI DARI APA YANG MEMBUAT ALLAH MURKA
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Sahihnya dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian, (Sahih Muslim: 2564).
PENJELASAN
1 – Sabda Nabi (إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ) maksudnya:
Allah Yang Maha Mulia dan Maha Agung tidak menghukum hamba-hamba-Nya, dan tidak menghisab mereka atas hal-hal ini dan perbedaan mereka di dalamnya, (Mausuatul Haditsiyah Dorar Saniyah: 92320).
2 – Sabda Nabi (قُلُوبِكُمْ) maksudnya:
kepada apa yang ada di dalamnya berupa ketakwaan dan keyakinan, kejujuran dan keikhlasan, niat riya’ dan sum’ah, serta semua akhlak yang baik dan buruk, (Idem).
3 – Sabda Nabi (وَأَعْمَالِكُمْ) maksudnya:
Allah melihat amal perbuatan kalian dari segi kebaikan dan keburukannya (kualitas), (Idem).
PELAJARAN
Pelajaran dari hadis ini di antaranya:
1 – Seseorang harus menyucikan hatinya dari apa yang tidak diridhai Allah Ta’ala.
2 – Anjuran untuk ikhlas dalam beramal.
3 – Hati adalah tempat Tuhan melihat, maka sungguh aneh bagi seseorang yang memperhatikan wajahnya supaya dilihat oleh makhluk, mencucinya dan membersihkannya dari kotoran dan noda, serta mendandaninya semaksimal mungkin; agar tidak ada makhluk yang melihat aib di dalamnya, tetapi tidak memperhatikan hatinya yang merupakan tempat pandangan Sang Pencipta, sehingga dia tergerak untuk membersihkannya dan menghiasinya; agar Tuhannya tidak melihat kotoran atau lainnya di dalamnya.
MAKAN YANG HALAL
1 – Imam Muslim meriwayatkan di dalam Sahihnya dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang beriman dengan apa yang Dia perintahkan kepada para rasul; maka Allah berfirman:
Wahai para rasul, makanlah dari yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan, [QS Al-Mukminun: 51], dan Allah berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari yang baik-baik yang telah Kami rezekikan kepadamu, [QS Al-Baqarah: 172].
Kemudian beliau menyebutkan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu, dia mengangkat kedua tangannya ke langit; Ya Rabb, Ya Rabb, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia diberi makan dengan yang haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan? (Sahih Muslim: 1015).
2 – Di dalam As-Sahihain dari Nu’man bin Basyir Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
Yang halal itu jelas, dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat, yang tidak diketahui oleh banyak orang.
Maka barangsiapa yang menjaga diri dari perkara-perkara syubhat, ia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya, dan barangsiapa yang terjerumus dalam perkara-perkara syubhat, ia seperti penggembala yang menggembala di sekitar kawasan terlarang, hampir saja ia masuk ke dalamnya.
Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki kawasan terlarang, ketahuilah bahwa kawasan terlarang Allah di bumi-Nya adalah hal-hal yang diharamkan-Nya.
Ketahuilah bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh, ketahuilah bahwa itu adalah hati, (Sahih Bukhari: 57. Sahih Muslim: 1599). Wallahua’lam
Karangasem, 2 Januari 2025
Irfan Nugroho (Semoga Allah mengampuni, merahmati, dan memberkahi dirinya, keluarganya, dan orang tuanya. Amin).
CATATAN KAKI
[1] Tertulis di dalam Tafsir Muharar Dorar Saniyah tentang ayat ini:
وَلْيَتَأَمَّلْ كُلُّ أَحَدٍ فِيمَا قَدَّمَهُ مِنْ أَعْمَالٍ لِآخِرَتِهِ؛ فَيَزْدَادَ مِنَ الْحَسَنَاتِ، وَيَتُوبَ مِنَ السَّيِّئَاتِ، وَيَسْتَعِدَّ لِلِقَاءِ رَبِّهِ، وَيُحَاسِبَ نَفْسَهُ قَبْلَ أَنْ يُحَاسِبَهُ رَبُّهُ
Dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); maka hendaklah ia menambah amal kebaikan, bertaubat dari kesalahan, bersiap untuk bertemu dengan Tuhannya, dan menghisab dirinya sebelum dihisab oleh Tuhannya.
Tertulis pula di sana tentang pelajaran yang bisa diambil dari ayat ini:
في قَولِه تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وُجوبُ محاسَبةِ النَّفْسِ
Di dalam firman Allah ta’ala, “(QS Al-Hasyr: 18)” terdapat keterangan bahwa Muhasabatun Nafsi (Introspeksi Diri) hukumnya wajib, (Igasatu Al-Lahfan li Ibni Al-Qayyim: 1/84).
[2] Makna menyesal di dalam ayat ini, menurut Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, adalah:
أَيِ الَّتِي إِنْ أَحْسَنَتْ لَامَتْ عَنْ عَدَمِ الزِّيَادَةِ وَإِنْ أَسَاءَتْ لَامَتْ عَنْ عَدَمِ التَّقْصِيرِ. أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ: أَيِ الْكَافِرُ الْمُلْحِدُ
Yaitu jiwa yang jika berbuat baik, menyesal karena tidak menambah kebaikan, dan jika berbuat buruk, menyesal karena tidak mengurangi keburukan. Apakah manusia mengira: yaitu orang kafir yang ingkar.
[3] Lihat penjelasan tentang makna “menyesal.”