Sunah Berkumur dan Istinsyaq dengan Air dari Satu Tangan
Pembaca
yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, satu dari sekian adab berwudhu
adalah berkumur dan istinsyaq dengan air dari satu tangan. Di dalam Sahihain
dari Abdillah bin Zaid bin ‘Ashim Al-Anshari Radhiyallahu Anhu tentang sifat
wudhu Rasulullah ﷺ:
ثُمَّ
أَدْخَلَ يَدَهُ فِي التَّوْرِ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلَاثَ
غَرَفَاتٍ
“Kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalam gayung
lalu berkumur-kumur, ber-istinsyaq, dan ber-istintsar sebanyak dengan tiga kali
cidukan.”
Takhrij Hadis
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam
Sahih Bukhari nomor 186, juga oleh Imam Muslim dalam Sahih Muslim nomor 235.
Judul Hadis
Imam Bukhari rahimahullah memasukkan hadis ini ke
dalam bab wudhu dengan judul “Membasuh kaki hingga mata kaki,” sedangkan Imam
Muslim memasukkannya ke dalam bab Taharah dengan judul “Wudhunya Nabi ﷺ.”
Syaikh Wahid Abdussalam Bali memasukkan hadis ini ke dalam “Adab Berwudhu,”
dengan sub-judul Anjuran Berkumur dan Istinsyaq dengan air dari satu tangan.”
Penjelasan dari Syarah An-Nawawi ala Muslim
Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan madhmadhmah adalah berkumur-kumur, dan ini adalah batas
maksimalnya. Batas minimalnya adalah memasukkan air ke mulut lalu membuangnya,
tanpa harus berkumur-kumur. Tetapi yang masyhur adalah pendapat pertama. Lalu
yang dimaksud “istinsyaq” adalah memasukkan air ke dalam hidung lalu
menghirupnya sampai ke pangkal hidung bagian dalam.
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa, “Dianjurkan
untuk berkumur-kumur serta istinsyaq secara maksimal saat berwudhu kecuali
dalam kondisi puasa. Hal ini berdasarkan hadis:
وَبَالِغْ
فِي الِاسْتِنْشَاقِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا
“Bersungguh-sungguhlah dalam istinsyaq kecuali jika
dalam kondisi berpuasa,” (Sunan At-Tirmizi: 788. Al-Albani: Sahih. Abu Thahir Zubair
Ali Zai: Sahih).
Baca juga: Pembatal Puasa
Penjelasan dari Sahih
Adab Islamiyah
Syaikh Wahid Abdussalam Bali ketika menjelaskan hadis
ini mengutip penjelasan Imam Asy-Syafii di dalam Al-Um yang berkata, “Yang
paling saya sukai adalah seseorang memulai wudhu, setelah dia mencuci
tangannya, dia berkumur dan istinsyaq sebanyak tiga kali. Dia mengambil (air)
dengan tangannya lalu (juga) memasukkan air itu ke dalam hidungnya (setelah
memakai separuhnya untuk berkumur).”
Al-Hafiz
Ibnul Qayyim di dalam Zadul Ma’ad (1/192) berkata, “Dulu Nabi ﷺ
berkumur dan istinsyaq kadang sebanyak satu kali, kadang dua kali, kadang tiga
kali. Beliau membagi antara (air yang digunakan untuk) berkumur dengan
istinsyaq, jadi beliau mengambil sebagian air dari tangannya untuk mulut dan
separuhnya lagi untuk hidung beliau. Petunjuk ini sebagaimana terdapat di dalam
Sahihain dari hadis Abdillah bin Zaid dari Rasulullah ﷺ
yang berkumur dan istinsyaq dari satu tangan dan beliau melakukannya sebanyak
tiga kali.”
Bagaimana
dengan hadis, “Saya melihat Nabi ﷺ
memisah (air) untuk berkumur dengan (air untuk) istinsyaq”? Syaikh Wahid Abdussalam Bali berkata, “Hadis ini daif,
riwayat Abu Dawud (139) karena dua alasan: 1) Laits bin Abi Salim adalah perawi
yang lemah, dan 2) Talhah bin Musrif adalah perawi yang majhul.”
Pelajaran dari Hadis
Syaikh Dr.
Khalid Al-Jauhani menyuguhkan tiga pelajaran yang bisa diambil dari hadis di
atas:
1. Istihbab
(disukainya atau disunahkannya) berkumur dan istinsyaq sebanyak tiga kali
2. Disukainya
menyatukan (air yang digunakan untuk) berkumur dan istinsyaq dengan memakai
satu cidukan tangan
3. Tabiat
seorang pelajar memiliki pengaruh terhadap tingkat kepahaman dan kemantaban
terhadap ilmu.
Sukoharjo,
10 Oktober 2021
Irfan
Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)