FiqihTazkiyah

Fikih Dorar: Memperbanyak Ingat Mati dan Persiapannya

Pembaca rahimakumullah, artikel berikut adalah tentang memperbanyak ingat mati dan mempersiapkan kematian. Materi ini adalah lanjutan dari Kitab Salat, Bab Janaiz, dari Mausuatul Fiqhiyah Dorar Saniyah. Semoga bermanfaat.

الْإِكْثَارُ مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ، وَالِاسْتِعْدَادِ لَهُ

MEMPERBANYAK INGAT MATI DAN PERSIAPANNYA

اَلْفَرْعُ اَلْأَوَّلُ: الْإِكْثَارُ مِنْ ذِكْرِ اَلْمَوْتِ

A – MEMPERBANYAK INGAT MATI

يُسْتَحَبُّ الْإِكْثَارُ مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ؛ بِاتِّفَاقِ الْمَذَاهِبِ الْفِقْهِيَّةِ الْأَرْبَعَةِ: الْحَنَفِيَّةِ، وَالْمَالِكِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ، وَالْحَنَابِلَةِ

Sunah hukumnya memperbanyak ingat mati. Hal ini adalah kesepakatan empat mazhab fikiih: Hanafiah,[1] Malikiah,[2] Syafiiah,[3] dan Hanabilah.[4]

الْأَدِلَّةُ مِنْ السَّنَةِ

DALIL DARI SUNAH

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang berkata:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ: أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ

Rasulullah ﷺ sering mengatakan: ‘Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (kematian),’[5] (Sunan At-Tirmizi: 2307. Sunan An-Nasai: 1824. Sunan Ibnu Majah: 4258. Musnad Ahmad: 7912).

Kesimpulan dari Hadis:

ثَانِيًا: لِأَنَّ ذَلِكَ أَزْجَرُ عَنِ المَعْصِيَةِ، وَأَدْعَى إِلَى الطَّاعَةِ؛ فَالإِنسَانُ إِذَا تَفَكَّرَ فِي المَوْتِ قَصُرَ أَمَلُهُ، وَكَثُرَ عَمَلُهُ.

Mengingat kematian membuat seseorang tercegah dari maksiat dan lebih terdorong untuk melakukan ketaatan;[6] karena ketika seseorang memikirkan kematian, angan-angannya menjadi pendek dan amalnya semakin banyak.[7]

اَلْفَرْعُ اَلثَّانِي: الِاسْتِعْدَادُ لِلْمَوْتِ

B – MEMPERSIAPKAN KEMATIAN

يُسْتَحَبُّ الِاسْتِعْدَادُ لِلْمَوْتِ؛ بِأَنْ يُبَادِرَ بِالتَّوْبَةِ وَرَدِّ الْمَظَالِمِ إِلَى أَهْلِهَا، وَالْإِقْبَالِ عَلَى الطَّاعَاتِ.

Sunah untuk bersiap menghadapi kematian; yaitu dengan segera bertaubat, mengembalikan hak-hak kepada pemiliknya, dan memperbanyak amal ketaatan.

الْأَدِلَّةُ مِنْ الْكِتَابِ

DALIL DARI AL-QURAN

1 – Firman Allah ta’ala:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا

Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan amal saleh, (QS Al-Kahfi: 110).

2 – Firman Allah ta’ala:

وَتُوبُوا إلى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Dan bertaubatlah kalian semua, wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung, (QS An-Nur: 31).

الْأَدِلَّةُ مِنْ السَّنَةِ

DALIL DARI SUNAH

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ memegang pundak Ibnu Umar lalu beliau ﷺ bersabda:

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ

Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau orang yang lewat begitu saja, (Sahih Bukhari: 6416).

BACA JUGA:  Fikih Dorar: Hukum Merintih dan Berharap Mati

Mendengar sabda beliau ﷺ, Ibnu Umar berkata:

إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ اَلصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا تَنْتَظِرْ اَلْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Jika engkau berada di waktu sore, jangan menunggu pagi. Dan jika berada di waktu pagi, jangan menunggu sore. Manfaatkan sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu, (Sahih Bukhari: 6416).

Kesimpulan dari Dalil:

لَئْلَّا يَفْجَأُهُ الْمَوْتُ الْمُفَوِّتُ لِلتَّوْبَةِ، وَرَدِّ الْمَظَالِمِ، وَعَمَلِ الصَّالِحَاتِ

Supaya ketika hidup, kita tidak terhalang dari taubat, tidak terhalang dari mengembalikan hak-hak yang kita zalimi, dan tidak terhalang dari beramal saleh; karena kematian datang secara tiba-tiba.[8] Wallahua’lam

Karangasem, 12 November 2024

Irfan Nugroho (Semoga Allah mengampuni, merahmati, dan menempatkan ibunya di surga. Amin)

CATATAN KAKI

[1] (Hasyiyah At-Tahthawi) (hal. 365)

[2] (Hasyiyah Al-Adawi) (8/64). Lihat juga: (Ath-Thamar Ad-Dani) karya Al-Abi Al-Azhari (1/680).

[3] (Al-Majmu’) karya An-Nawawi (5/105), (Mughni Al-Muhtaj) karya Al-Khatib Asy-Syarbini (2/3).

[4] (Al-Furu’) karya Ibnu Muflih (3/251), (Kasyaf al-Qina’) karya Al-Buhuti (2/77).

[5] Pemutus kelezatan: Diucapkan dengan huruf dzal yang bersyakal (bertitik) dari kata hadhm yang berarti pemutus, yaitu pemutus kenikmatan, dan juga diucapkan dengan huruf dal yang tidak bersyakal (tidak bertitik) dari kata hadam yang berarti menghancurkan bangunan: apabila dia meruntuhkannya, dan keduanya benar dalam konteks kematian. Lihat juga: (At-Tanwir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir) karya As-San’ani (3/53).

[6] (Mughni Al-Muhtaj) karya Al-Khatib Asy-Syarbini (2/3).

[7] (Ath-Thamar Ad-Dani) karya Al-Abi Al-Azhari (1/680).

[8] (Mughni Al-Muhtaj) karya Al-Khatib Asy-Syarbini (1/329).

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button