Khutbah
Khutbah Jumat: Tiga Sumber Kemaksiatan
Oleh Irfan Nugroho
KHUTBAH PERTAMA:
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ
Segala puji bagi Allah
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
Hanya kepadanya kita memuji, meminta pertolong, serta bertaubat dari dosa-dosa kita
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا
Kita berlindung kepada Allah dari keburukan jiwa dan amalan buruk kita.
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
Barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah, niscaya tidak ada akan pernah sesat selamanya
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
Dan barang siapa yang dibuat sesat oleh Allah, niscaya tidak akan mendapat petunjuk selamanya
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang hak untuk diibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ١١٩
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar,” (QS At-Taubah: 119)
Ma’asyiral muslimin, rakhimakumullah….
Kekuatan setan dari golongan jin dalam menggoda manusia sebenarnya begitu kecil. Karena dia hanya mampu membisiki manusia, bukan menggerakkan setiap langkah dan perbuatan manusia dalam kemaksiatan.
Allah ﷻberfirman:
ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ ٥
“yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,” (QS An-Naas: 5).
Juga di dalam firmanNya yang lain, Allah nyata-nyata menjelaskan bahwa setan itu adalah makhluk yang lemah:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱلطَّٰغُوتِ فَقَٰتِلُوٓاْ أَوۡلِيَآءَ ٱلشَّيۡطَٰنِۖ إِنَّ كَيۡدَ ٱلشَّيۡطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا ٧٦
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah,” (QS An-Nisa: 76).
Ma’asyiral muslimin, rakhimakumullah…
ۖ إِنَّ كَيۡدَ ٱلشَّيۡطَٰنِ كَانَ ضَعِيفًا ٧٦
“Karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah,” (QS An-Nisa: 76).
Kalau setan disifatilemah, dan hanya bisa membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, mengapa dia bisa membuat kita para manusia untuk melakukan kemaksiatan yang bersifat fisik, seperti pembunuhan, perzinaan, dan lain sebagainya?
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, di dalam bunga rampainya yang berjudul Fawaidul Fawaid, mengatakan:
أُصُوْلُ الْمَعَاصِي كُلُّهَا كِبَارِهَا وَصِغَارِهَا ثَلَاثَةٌ:
Pokok atau pangkal dari segala macam kemaksiatan, baik yang besar maupun yang kecil, ada tiga. Yang pertama:
تَعَلُّقَ الْقَلْبِ بِغَيْرِ اللّه
“Terpautnya hati kepada selain Allah,”
Ketika seseorang hatinya terpaut kepada selain Allah, itu artinya dia lalai dari mengingat Allah. Apabila dia lalai dari mengingat Allah, di situlah setan masuk ke dalam hati manusia, kemudian membisikinya untuk berbuat kemaksiatan. Ibnu Abbas Radhiyallahuanhu berkata:
اَلشَّيْطَانُ جَاثِمَ عَلَى قَلْبُ اِبْنِ آدَمْ ، فَإِذَا سَهَا وَغَفَلَ وَسْوَسَ ، فَإِذَا ذَكَرَ اللَّه خَنَسَ
Setan bertengger di atas hati anak cucu Adam (manusia). Jika manusia itu lupa atau lalai (dari berzikir kepada Allah), maka setan akan membisikinya. Dan jika manusia berzikir kepada Allah, setan akan bersembunyi, (Tafsir Ibnu Katsir, QS An-Naas: 4).
Seseorang yang hatinya terpaut kepada selain Allah, berarti dia lebih condong kepada ciptaan Allah, baik itu berupa harta, jabatan, wanita, dan lain sebagainya. Dan puncak dari terpautnya hati seseorang kepada selain Allah adalah kesyirikan, baik berupa penyembahan kepada berhala, mengelilingi pohon yang dianggap keramat, atau lebih mengagungkan harta dunia dan perhiasannya daripada mengagungkan Allah ﷻ seperti yang disebutkan oleh seorang tabi’in Hasan Al-Bashri rahimahullah:
لِكُلِّ أُمَّةِ صَنَمٌ يَعْبُدُوْنَهُ وَصَنَمُ هَذِهِ الْأُمَّةِ اَلدِّيْنَارُ وَالدِّرْهَمُ
“Untuk setiap umat ada berhala yang disembah, dan berhala umat zaman ini adalah Dinar dan Dirham,” (Al-Adabu Asy-Syar’iah karya Imam Al-Maqdisi).
Ma’asyiral muslimin, rakhimakumullah…
Sumber dari segala macam kemaksiatan yang kedua adalah
طَاعَةَ الْقُوَّةِ الغَضَبِيَةِ
“Menuruti dorongan amarah.”
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi di dalam Mukhtasar Minhajul Qasidin berkata:
اِعْلَمْ: أَنَّ الْغَضَبَ شَعْلَةٌ مِنَ النَّارِ، وَأَنَّ الْإِنْسَانَ يَنْزِعُ فِيْهَ عِنْدَ الْغَضَبِ عَرَقَ إِلَى الشَّيْطَانِ
Ketahuilah bahwa amarah merupakan bara dari api neraka. Selagi manusia disusupi amarah, berarti dia sedang disusupi oleh setan,” (Mukhtashar Minhajul Qasidin: 178)
Marah adalah sumber kemaksiatan dan kejahatan, dengan puncaknya berupa pembunuhan. Marah adalah penyebab terjadinya kasus pembunuhan pertama di dunia, seperti yang belum lama ini kita dengar berita seorang suami menembak istrinya sebanyak enam kali sampai mati di tempat kerjanya. Nauzubillah..
Seseorang mendatangi Rasulullah ﷺ untuk meminta nasihat, lalu beliau berulang kali hanya bersabda singkat:
لا تغضب
“Jangan marah, jangan marah, jangan marah,” (HR Bukhari, Tirmizi, Ahmad).
لا تَغْضَبْ، ولَك الجَنَّةُ
“Jangan marah, bagimu surga,” (HR Tabrani. Al-Albani: Sahih).
Ibunda Aisyah Radhiyallahuanha mengisahkan tentang perangai Rasulullah ﷺ:
مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ
“Rasulullah ﷺ sama sekali tidak pernah memukul apa pun dengan tangannya,”
وَلَا امْرَأَةً وَلَا خَادِمًا
“Juga tidak pernah memukul istri-istri beliau, dan juga tidak pernah memukul barang seorang pun dari pembantu beliau.”
إِلَّا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Kecuali ketika beliau sedang berjihad di jalan Allah, (maka beliau akan marah dan memukul).”
إِلَّا أَنْ يُنْتَهَكَ شَيْءٌ مِنْ مَحَارِمِ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Dan kecuali jika ada sesuatu yang telah diharamkan Allah tetapi kemudian dilanggar, maka beliau akan membalas dengan hukuman karena Allah ﷻ, (HR Muslim).
Dan sumber dari segala macam kemaksiatan yang terakhir adalah:
طَاعَةَ القُوَّةِ الشَهْوَانِيَةِ
“Menuruti dorongan syahwat,”
Syahwat adalah nafsu yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Jika nafsu itu disalurkan pada jalan yang benar sesuai koridor syar’i, maka ia akan berbuah pahala, tetapi jika disalurkan tidak pada tempatnya, maka ia akan berubah menjadi maksiat dan dosa.
أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ
“Bukankah jika kalian melampiaskan syahwat pada yang haram akan mendapat dosa?
فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
Pun demikian jika kalian melampiaskan syahwat pada halal, maka kalian akan mendapat pahala,” (HR Muslim).
Ma’asyiral muslimin, rakhimakumullah…
Menuruti dorongan syahwat ini banyak macamnya, mulai dari sekadar melihat, mendengar, sampai puncaknya adalah zina.
Rasulullah ﷺ bersabda:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا
“Sesungguhnya semua anak cucu Adam telah ditentukan bagiannya dari dosa zina,”
مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ
“yang pasti terjadi dan tidak mungkin dihindari,”
فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ
“Zinanya mata adalah dengan melihat,”
وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ
“Zinanya telinga adalah dengan mendengar,”
وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَام
“Zinanya lisan adalah dengan ucapan,”
وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ
”Zinanya tangan adalah dengan meraba,”
وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا
“Dan zinanya kaki adalah dengan melangkah,”
وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى
“Zina hati adalah berkeinginan dan berangan-angan,”
وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Dan semua itu dibuktikan atau tidaknya oleh kemaluannya,” (HR Muslim).
Ibnu Batthal Rahimahullah menjelaskan,
“Zina yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tersebut, selain kemaluan, adalah termasuk dosa kecil yang diampuni oleh Allah (baik dengan taubat atau tanpa taubat), selama tidak dibenarkan oleh kemaluan. Tetapi jika dibenarkan oleh kemaluan, maka sudah termasuk dosa besar (yang hanya diampuni oleh Allah dengan taubat dan meminta keridhaan dari si korban),” (Tathriz Riyadhus Shalihin, Hadis: 1622).
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا َوَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Ma’asyiral muslimiin, rakhimakumullah…
Sumber dari segala macam kemaksiatan ada tiga, yang pertama adalah terpautnya hati kepada selain Allah, dengan ujung akhirnya berupa kesyirikan. Yang kedua adalah menuruti dorongan amarah, dengan ujung akhirnya berupa pembunuhan, dan yang ketiga, menuruti dorongan hawa nafsu atau syahwat, dengan ujung akhirnya berupa perzinaan.
Tiga sumber kemaksiatan ini terangkum di dalam firman Allah ﷻ:
وَٱلَّذِينَ لَا يَدۡعُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقۡتُلُونَ ٱلنَّفۡسَ ٱلَّتِي حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلۡحَقِّ وَلَا يَزۡنُونَۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ يَلۡقَ أَثَامٗا ٦٨
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),”(QS Al-Furqan: 68).
Rasulullah ﷺ pernah ditanya:
أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ
“Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?” Beliau menjawab:
أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ
“Bila kamu menyekutukan Allah, padahal Allah yang menciptakanmu,”
وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قُلْتُ
“Apabila kami membunuh anakmu karena takut miskin,”
أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ
“Berzina dengan istri tetanggamu,” (HR Bukhari).
Oleh karena itu Ma’asyiral muslimin, rakhimakumullah…
Seorang ulama Ibnu Hazm Rahimahullah berkata:
لَا يَخْلُو مَخْلُوقٌ مِنْ عَيْبٍ, فَالسَّعِيدُ مَنْ قَلَّتِ عُيُوبُهُ وَدَقَّتْ
Tidak ada manusia yang terbebas dari aib atau cela, maka berbahagialah orang yang kurang dan sedikit aibnya,” (Akhlak was Siyar)
Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
“Setiap anak cucu Adam pasti pernah berbuat salah atau dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah atau dosa adalah mereka yang bertaubat,” (HR Ahmad, Tirmizi, Ibnu Majah. Al-Albani: Sahih).
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا اجْعَلْنَا مُقِيمَ الصَّلَاةَنَا وَمِنْ ذُرِّيَّتَنَا رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
رَبِّنا ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانا صَغِيرًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لنا وَلِوَالِديناَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.