Fiqih

Hadis Tidur Orang Puasa adalah Ibadah dan Penjelasannya

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=fJd6u7EIlnI]



Pertanyaan:

Saya mendengar seorang khatib menyebutkan sebuah hadis atau riwayat dari Rasulullah :

نوم الصائم عبادة

“Naumu shaaim ‘ibadah” atau yang artinya “Tidur orang puasa adalah ibadah.”

Apakah hadis ini hadis yang sahih?

Jawaban oleh Tim Fatwa Islam Sual wa Jawab, di bawah pengawasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid hafizahullah

Alhamdulillah.

Hadis ini tidak sahih. Tidak terbukti berasal dari Rasulullah .

Imam Al-Baihaqi meriwayatkan di dalam Syu’abul Iman (3/1437) dari Abdullah bin Abi Awfa Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah bersabda:

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَصَمْتُهُ تَسْبِيحٌ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ

“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya orang yang berpuasa adalah tasbih, doanya orang yang berpuasa diijabahi, sedang amalannya akan dilipatgandakan.”

Sanad hadis ini dikategorikan sebagai dhaif atau lemah oleh Imam Al-Baihaqi sendiri. Imam Al-Baihaqi berkata berkata,

“Ma’ruf bin Hasan (salah satu periwayat hadis tersebut) dikenal sebagai sosok yang daif atau lemah, sedangkan Sulaiman bin Amar An-Nakhai disebut lebih lemah daripada Ma’ruf bin Hasan.”

Al-Iraqi berkata di dalam Takhrij Ihya Ulumuddin (1/31): “Sulaiman An-Nakhai dikenal sebagai salah seorang pendusta.”

Imam Al-Munawi, penyusun Faidul Qadir (9293) juga menyatakan bahwa hadis itu hadis daif, sedang Al-Albani juga menyatakan serupa di dalam Silsilatul Ahaditsud Daifah (4696).

Yang seharusnya dilakukan oleh orang Islam secara umum, lebih-lebih pada khatib atau da’I, adalah melakukan verifikasi terhadap suatu riwayat sebelum menisbatkan suatu hadis kepada Nabi .

Tidak boleh menisbatkan sesuatu kepada Nabi dengan apa-apa yang tidak beliau katakan atau kerjakan. Beliau pernah bersabda:

إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Sungguh, suatu kedustaan atas namaku (Nabi ) tidaklah sama dengan kedustaan seseorang kepada selain Nabi. Siapa saja yang berdusta atas namaku (Nabi ) secara sengaja, hendaknya dia mempersiapkan tempat duduknya di Neraka,” (Sahih Bukhari: 1391 dan Sahih Muslim di dalam Mukadimahnya).

BACA JUGA:  Marah ketika Batasan-Batasan Allah Dilanggar

Wallahu’alam bish shawwab.

Fatwa No: 106528

Tanggal: 4 Oktober 2007

=============================================================================

السؤال

سمعت أحد الخطباء يقول حديثاً عن النبي صلى الله عليه وسلم : (نوم الصائم عبادة) . فهل هذا الحديث صحيح ؟

الجواب

الحمد لله.

هذا الحديث غير صحيح ، لم يثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم .
رواه البيهقي في “شعب الإيمان” (3/1437) عن عبد الله بن أبي أوفى رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : (نوم الصائم عبادة ، وصمته تسبيح ، ودعاؤه مستجاب ، وعمله مضاعف ) .
وضَعَّف إسناده البيهقي ، فقال : معروف بن حسان (أحد رجال الإسناد) : ضعيف ، وسليمان بن عمرو النخعي أضعف منه . وقال العراقي في “تخريج إحياء علوم الدين” (1/310) : سليمان النخعي أحد الكذابين . وضعفه المناوي في “فيض القدير” (9293) ، وذكره الألباني في “سلسلة الأحاديث الضعيفة” (4696) وقال : ضعيف .
والواجب على المسلمين عموماً – ويتأكد ذلك على الخطباء والوعاظ – أن يتثبتوا قبل نسبة الحديث إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فلا يجوز أن ينسب إليه ما لم يقل ، وقد قال صلى الله عليه وسلم : (إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ) رواه البخاري (1391) ورواه مسلم في مقدمة صحيحه (4) .
والله أعلم .

Question

I heard a khateeb (orator) mention a hadeeth (narration) from the Prophet (peace and blessings of Allah be upon him): “The sleep of the fasting person is worship.”
Is this hadeeth saheeh (authentic)?

Answer

Praise be to Allah.

This hadeeth is not saheeh, and it is not proven from the Prophet (peace and blessings of Allah be upon him). 

Al-Bayhaqi narrated in Shu’ab al-Eeman (3/1437) from ‘Abd-Allah ibn Abi Awfa (may Allah be pleased with him) that the Prophet (peace and blessings of Allah be upon him) said: “The sleep of the fasting person is worship, his silence is tasbeeh (glorification), his du’a (supplication) is answered and his good deeds will be multiplied.” Its isnad (chain of narration) was classed as weak by al-Bayhaqi who said: Ma’roof ibn Hassan (one of the men in the isnad) is da’eef (weak) and Sulayman ibn ‘Amr al-Nakha’i is weaker than him. Al-‘Iraqi said in Takhreej Ihya’ ‘Uloom al-Deen (1/310): Sulayman al-Nakha’i is one of the liars. It was classed as da’eef by al-Manawi in Fayd al-Qadeer (9293) and it was mentioned by al-Albani in Silsilat al-Ahadeeth al-Da’eefah (4696) who said: It is da’eef. 

What the Muslims should do in general – and this applies even more so to khateebs and da’iyahs (callers to Islam) – is to verify reports before attributing a hadeeth to the Messenger of Allah (peace and blessings of Allah be upon him). It is not permissible to attribute to him anything that he did not say. He (peace and blessings of Allah be upon him) said: “Telling a lie about me is not like telling a lie about anyone else. Whoever tells a lie about me deliberately, let him take his place in Hell.” Narrated by al-Bukhari (1391) and by Muslim in the introduction to his Saheeh (4). 

And Allah knows best.

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button