Khutbah

Sifat dan Sebab Orang Menjadi Lalai (Gaflah) di dalam Al-Quran

 

Sifat dan Sebab Orang Menjadi Lalai (Gaflah) di dalam Al-Quran
 
Oleh Irfan Nugroho
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
 
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Bersyukur kepada Allah dengan mengucap Alhamdulillah, mengakui nikmat tersebut di dalam hati, serta menggunakannya untuk kebaikan, bukan kejahatan. Selawat dan salam kepada Nabi Muhammad , kepada keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya hingga nanti di hari kiamat.
 
Mari senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah, sebagaimana yang diperintahkan olehNya:
 
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan jangan kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan muslim.”
 
Ma’asyiral muslimin, rakhimakumullah…
 
Satu dari sekian sifat tercela yang tidak disukai oleh Allah adalah gaflah, atau sering diartikan dengan “lalai.”
 
Gaflah artinya:
 
تركُ الشيءِ إهمالاً من غير نسيان
Meninggalkan sesuatu karena mengabaikannya, atau karena mengacuhkannya, bukan karena lupa.
 
Orang yang terbiasa memiliki sifat lalai, dia bisa saja tetap dalam keadaan Islam, tetapi jika sifat lalainya parah, dia bisa menjadi kafir. Allah mengancam orang yang lalai dengan neraka, sebagaimana firman-Nya:
 
مَّنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّٰهِ ۗوَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
 
tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan mereka akan mendapat azab yang besar, (QS An-Nahl: 106)
 
Melapangkan dadanya untuk kekafiran maksudnya ridha dengan menjadi kafir dan tenang dengan kekafirannya, (Tafir As-Sa’di). Di ayat ini, orang menjadi kafir karena terbiasa dengan sifat lalai yang berlama-lama.
 
Lalu apa aja sifat dan sebab orang-orang menjadi lalai atau gaflah? Karena dengan mengetahui sifatnya dan juga sebabnya, niscaya kita bisa menghindarinya, sehingga kita tidak termasuk ke dalam orang-orang yang lalai.
 
Sifat sekaligus sebab orang menjadi lalai adalah sombong.
 
Allah berfirman:
 
سَأَصۡرِفُ عَنۡ ءَايَٰتِيَ ٱلَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ
Akan Aku palingkan dari tanda-tanda (kekuasaan-Ku) orang-orang yang menyombongkan diri di bumi tanpa alasan yang benar.
وَإِن يَرَوۡاْ كُلَّ ءَايَةٖ لَّا يُؤۡمِنُواْ بِهَا
Kalaupun mereka melihat setiap tanda (kekuasaan-Ku) mereka tetap tidak akan beriman kepadanya.
وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلرُّشۡدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗا
Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak (akan) menempuhnya,
وَإِن يَرَوۡاْ سَبِيلَ ٱلۡغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلٗاۚ
tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka menempuhnya.
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ كَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِنَا وَكَانُواْ عَنۡهَا غَٰفِلِينَ
Yang demikian adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lengah terhadapnya (QS Al-A’raf: 146).
 
Orang menjadi lalai karena mereka sombong. Mereka diberi tahu mana jalan yang benar, tetapi mereka tidak mau mengikutinya. Mereka bukan tidak tahu kalau itu benar, tetapi mereka gengsi untuk ikut-ikutan dengan orang yang beriman, dengan orang yang saleh. Mereka terus menerus seperti itu, jadilah mereka di titik kekafiran.
 
Sebab kedua, yang menjadikan orang memiliki sifat lalai atau gaflah adalah cinta dunia, hubbud dunya, keblinger dengan keduniawian.
 
Allah berfirman:
يَعْلَمُوْنَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۖ وَهُمْ عَنِ الْاٰخِرَةِ هُمْ غٰفِلُوْنَ
Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai (QS Ar-Rum: 7)
 
Disebutkan di dalam Tafir Jalalain:
 
(Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia) maksudnya urusan penghidupan dunia seperti berdagang, bercocok tanam, membangun rumah, bertanam dan kesibukan-kesibukan duniawi lainnya. (Sedangkan mereka terhadap kehidupan akhirat adalah lalai)
اِنَّ الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ لِقَاۤءَنَا
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami,
وَرَضُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَاطْمَـَٔنُّوْا بِهَا وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنْ اٰيٰتِنَا غٰفِلُوْنَۙ
dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan (kehidupan) itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, (QS Yunus: 7)
 
Syekh Abdurrahman Nasir As-Sa’di menjelaskan:
 
ركنوا إليها، وجعلوها غاية مرامهم ونهاية قصدهم، فسعوا لها وأكبوا على لذاتها وشهواتها، بأي طريق حصلت حصلوها
 
Mereka menjadikan dunia sebagai cita-cita tertinggi mereka, oleh karenanya mereka berusaha mengejarnya, senang dengan kenikmatannya dengan apa pun caranya yang penting mereka dapat memperolehnya. (Tafir As-Sa’di)
 
Di ayat lain Allah berfirman:
ذٰلِكَ بِاَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا عَلَى الْاٰخِرَةِۙ وَاَنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
Yang demikian itu disebabkan karena mereka lebih mencintai kehidupan di dunia daripada akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir, (QS An-Nahl: 107)
 
Dari kebiasaan cinta dunia, sibuk dengan uruan dunia, jadilah kita sedikit berzikir. Sedikit berzikir adalah sebab timbulnya sifat lalai.
 
Allah berfirman:
وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْاٰصَالِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ
Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah (QS Al-A’raf: 205)
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ
Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya;
وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ
dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia;
وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا
dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas (QS Al-Kahfi: 28))
 
Inilah yang kemudian menjadi sebab keempat, yang menjadikan orang menjadi lalai, yaitu tidak menggunakan hati, mata, dan telinga dengan cara yang benar.
 
Allah berfirman:
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ طَبَعَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَاَبْصَارِهِمْۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
Mereka itulah orang yang hati, pendengaran, dan penglihatannya telah dikunci oleh Allah. Mereka itulah orang yang lalai (QS An-Nahl: 108)
 
Allah berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ
Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia.
لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ
Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami. Imam Al-Qurtubi Rahimahullah menjelaskan:
وَلَا يَعْقِلُونَ ثَوَابًا وَلَا يَخَافُونَ عِقَابًا
“Pahala tidak mau, hukuman dari Allah juga tidak takut.” Neraka tidak takut, surga tidak mau.
وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ
dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),
وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ
dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah).
اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah (QS Al-A’raf: 179)
 
Syekh As-Sa’di menafsirkan ayat ini: “Karena binatang ternak masih mau mencari hal yang memberinya manfaat dan menghindarkan dari bahaya, sedangkan mereka malah mendatangi bahaya, yaitu neraka padahal mereka memiliki hati, pendengaran dan penglihatan yang dapat digunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, namun mereka malah tidak mau menggunakannya.”
 
وَأَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Kurangi kecintaan kita terhadap dunia. Kita butuh bekerja, kita butuh nafkah, kita butuh rezeki, tetapi jangan sampai urusan dunia membuat kita lalai dari urusan akhirat. Cinta dunia adalah salah satu sebab yang menjadikan orang lalai. Dari sana muncul kebiasaan sedikit berzikir, dan darinya pula hati kita, mata kita, telinga kita, ditutup oleh Allah sehingga tidak bisa melihat dan mendengar nasihat, hati kita keras, surga tidak mau, neraka tidak takut. Semoga kita terhindari dari sifat gaflah, lalai.
 
 
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبِّنَا اجْعَلْنَا مُقِيمَ الصَّلَاةَنَا وَمِنْ ذُرِّيَّتَنَا رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
رَبِّنا ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانا صَغِيرًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لنا وَلِوَالِديناَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
 

BACA JUGA:  Renungan Syekh Wahid Abdussalam Bali tentang Corona dan "Terusirnya" Kaum Muslimin dari Masjid

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button