Keluarga
Mari Ajak Keluarga Kita untuk Mengerjakan Shalat
Oleh: Irfan Nugroho
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
Bersyukur kepada Allah dengan mengucap Alhamdulillah, mengakui nikmat tersebut di dalam hati, serta menggunakannya untuk kebaikan, bukan kejahatan. Selawat dan salam kepada Nabi Muhammad ﷺ, kepada keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya hingga nanti di hari kiamat.
Mari senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah, sebagaimana yang diperintahkan olehNya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan jangan kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan muslim.”
Ma’asyiral muslimin, rakhimakumullah…
Di pertemuan khutbah Jumat sebelumnya, telah kita bahas bahwa salat adalah wajib hukumnya. Nabi ﷺ dan para sahabatnya, ketika mereka sedang dalam kondisi peperangan, ketika masuk waktu salat, Allah tetap memerintahkan mereka untuk melakukan salat. Maka, bukankah kita yang tidak berada dalam kondisi perang adalah lebih wajib untuk melakukan salat lima waktu?
Maka setelah kita mewajibkan diri-diri kita untuk melakukan salat lima waktu, memenuhi panggilan azan untuk salat, menghentikan aktivitas kerja ketika azan dan lekas melakukan salat lima waktu, lalu apa tugas kita sebagai seorang ayah atau pemimpin keluarga?
Ustaz Sayyid Qutub mengatakan:
“Kewajiban seorang muslim yang pertama adalah menyulap rumahnya agar menjadi rumah yang islami, juga mengarahkan keluarganya agar melaksanakan kewajiban yang menghubungkan mereka dengan Allah, sehingga orientasi langit mereka di dalam kehidupan sama. Alangkah indahnya hidup dalam naungan rumah yang seluruh isi rumahnya menghadap Allah.”
Bagaimana caranya?
Allah ﷻ berfirman:
وَأۡمُرۡ أَهۡلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ لَا نَسَۡٔلُكَ رِزۡقٗاۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَۗ وَٱلۡعَٰقِبَةُ لِلتَّقۡوَىٰ
“Dan perintahkan kepada keluargamu untuk melakukan salat, dan bersabarlah di dalamnya. Kami tidak meminta rezeki darimu, justru kami yang memberimu rezeki. Sungguh, akibat yang baik hanya dikhususkan bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS Taha: 132).
Ayat ini adalah ayat yang agung, yang memberi bimbingan kepada kita, para ayah, para pemimpin atau imam keluarga, untuk mengajari keluarganya, mendidik, menyuruh, mengontrol keluarganya untuk melaksanakan salat. Ayat ini, adalah pengejawantahan dari perintah Allah:
يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا
“Wahai orang-orang yang beriman, selamatkan dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka,” (QS At-Tahrim: 6)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata:
اسْتَنْقِذْهُمْ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ بِإِقَامِ الصَّلَاةِ
“Selamatkanlah mereka dari azab Allah dengan (menyuruh mereka) mendirikan salat,”
Dalam hal ini, Rasulullah ﷺ telah memberi teladan kepada kita dalam sabdanya:
مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ،
“Suruhlah anak-anak kalian untuk melakukan salat ketika mereka berumur tujuh tahun!”
وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ
Dan pukullah mereka ketika berusia sepuluh tahun (jika mereka meninggalkan salat)! (Sunan Abu Dawud: 495).
Para ulama di Yayasan Dorar Saniyah menjelaskan hadis ini sebagai berikut:
إذا بَلَغَ الطِّفْلُ عَشْرَ سِنينَ أُلْزِمَ بالصَّلاةِ الَّتي ظَلَّ ثلاثَ سنَواتٍ يتَدرَّبُ عليها،
“Kalau anak sudah berusia 10 tahun, dia wajib untuk melakukan salat, kan dia sudah dilatih, dididik selama 3 tahun untuk melakukannya.
فإذا قَصَّر في الصَّلاةِ بَعْدَ هذه السِّنِّ ضُرِبَ وعُوقِبَ حتَّى يعتادَ على أدائِها،
Maka kalau dia tidak melakukan salat padahal sudah dilatih selama 3 tahun (5 kali sehari, selama 3 tahun), maka anak boleh dipukul dan diberi hukuman sampai dia terbiasa menjalankan salat.
فإذا ما دَخَل وقتُ التَّكليفِ يكونونَ قد اعْتادوا عليها دونَ أَدْنى تَفريطٍ مِنْهم في تِلْكَ العِبادةِ
Maka kalau sudah masuk waktu taklif, yakni ketika anak sudah berusia baligh, dia akan terbiasa melakukan salat, dan akan terbiasa untuk tidak melalaikannya.” (Akhir Kutipan)
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah…
Menyuruh anak salat, bukan hanya dilakukan ketika anak berusia maksimal 10 tahun. Itulah mengapa Allah berfirman di kelanjutan ayat tersebut:
وَٱصۡطَبِرۡ عَلَيۡهَاۖ
“Dan bersabarlah kamu dalam menjalankannya,” (QS Taha: 132).
“-nya” di sini bisa bermakna dua:
1. Bersabar dalam menjalankan ibadah salat, hukum-hukumnya, rukun-rukun salat, adab-adab salat, juga kekhusyukan di dalam salat. Ini adalah penafsiran Syekh As-Sa’di Rahimahullah.
Dan penafsiran kedua, ini adalah penafsiran Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawaz:
2. Bersabar dalam menyuruh istri dan anak-anak kita untuk melakukan salat. Seorang pemimpin keluarga tidak boleh lalai dalam mengajak keluarganya untuk melakukan salat, karena menyuruh mereka salat adalah tanggung jawab para ayah, para imam atau pemimpin di keluarga.
Itulah mengapa, dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ, selama satu bulan penuh, beliau pernah membiasakan diri untuk mampir ke kamar Fatimah dan Ali bin Abi Thalib ketika masuk waktu salat subuh. Perhatikan, ibunda Fatimah saat itu sudah menikah. Dan sahabat Ali bin Abi Thalib adalah termasuk sahabat yang masuk Islam di awal-awal kenabian. Tetapi Rasulullah ﷺ tetap menyuruh mereka untuk melakukan salat. Hal itu beliau lakukan untuk mendidik putrinya Fatimah, juga menantunya Ali bin Abi Thalib, agar terbiasa menjaga salat, juga sebagai pengamalan dari perintah Allah:
“Dan suruhlah keluargamu untuk melakukan salat, dan bersabarlah di dalamnya.” (QS Taha: 132).
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah…
Melakukan salat 5 kali dalam sehari, setiap hari, hari minggu tidak libur salat, tanggal merah tidak libur salat, selama bertahun-tahun, hal ini membutuhkan kesabaran. Menyuruh istri dan anak, mengontrol salat mereka, 5 kali dalam sehari, setiap hari, tidak ada kata libur, bertahun-tahun, ini juga membutuhkan kesabaran.
Dua hal ini sangatlah berat, apalagi kita hidup di zaman yang sangat materialistis, di mana ekonomi, uang, harta benda menjadi prioritas di kehidupan kita. Allah tidak membutuhkan apa-apa dari salat kita, justru kita yang sangat berhajat dari salat-salat kita, karena sesungguhnya:
لَا نَسَۡٔلُكَ رِزۡقٗاۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكَۗ
“Allah tidak meminta rezeki darimu, justru Allah yang memberimu rezeki,” (QS Taha: 132).
Maka jangan khawatir takut miskin, apabila ketika kita sedang sibuk bekerja, lalu azan berkumandang, kemudian kita berhenti bekerja, kita wudu, lalu kita melakukan salat. Kita tidak akan berubah miskin hanya karena meninggalkan kerja sekitar 5 atau 10 menit untuk melakukan salat. Justru kita akan senantiasa miskin, atau kalau dia kaya maka hartanya tidak barokah, jika kita tidak mau melakukan salat di sela-sela kesibukan kita bekerja.
Dalam suatu hadis Qudsi, Allah ﷻ berfirman:
يا ابنَ آدمَ ،
Wahai anak-anak Adam
تفرَّغ لعبادتي
“Luangkan waktumu untuk beribadah kepadaKu.”
أَمْلَأْ صدرَكَ غنًى وأَسُدَّ فقرَكَ
“Maka akan Aku (Allah) penuhi dadamu dengan kekayaan, sedang kemiskinanmu, kemelaratanmu, akan Aku (Allah) tutupi.
وإن لم تفعَل مَلَأْتُ صدرَكَ شُغْلًا ،
“Tetapi kalau kamu tidak mau meluangkan waktumu untuk beribadah, maka akan Aku (Allah) penuhi dadamu dengan kesibukan (kesibukan dengan dunia bertambah, sibuk dengan urusan selain ibadah, mencukupkan diri dengan dunia saja, akhirat tidak tertarik, dan hati yang tidak pernah puas),
ولم أَسُدَّ فَقْرَكَ
“dan kemiskinanmu, tidak akan ditutupi oleh Allah,” (Sunan Tirmizi: 2466).
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبِّنَا اجْعَلْنَا مُقِيمَ الصَّلَاةَنَا وَمِنْ ذُرِّيَّتَنَا رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
رَبِّنا ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانا صَغِيرًا
رَبَّنَا اغْفِرْ لنا وَلِوَالِديناَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.