Uncategorized

Khutbah Jumat 25 Oktober 2013: Haji Mabrur: Arti, Tanda, dan Doa

Ilustrasi: “Haji” Muhidin

Oleh Irfan Nugroho
إِنَّ الحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أنْفُسِنَا وَسَيِّئاَتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِياً مُرْشِدًا، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، بَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وَأدَّى الأمَانَةَ، وَنَصَحَ الأمَّة، وَجَاهَدَ فِى اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ حَتىَّ أتَاهُ اليَقِيْن. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسلم وَبَارك عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدَ، وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهمْ بِإحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّينِ،

أمَّا بَعْدُ، فَياَ عِباَدَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قال تعالى يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ (١٠٢)
Ma’asyiral Muslimiin, jamaah shalat jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala…

Alhamdulilahirabbil’alamiin… Segala pujian hanya tertuju kepada Allah, Rabb semesta alam. Tak ada yang lain yang lebih patut untuk kita puja-puji atas semua nikmat yang telah kita peroleh selain puja-puji kepada Allah.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam. Oleh karena perantara beliaulah Allah memberikan kita semua nikmat yang paling besar, yakni nikmat Islam dan iman, yang ada kalanya kita masih jarang mensyukurinya.

Doa kita hendaknya juga tak henti-hentinya mengalir kepada keluarga beliau, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabiin, ulama, mujahidin, dan seluruh umat Islam yang ada di seluruh penjuru dunia. Aamin yaa rabbal alamin.

Jama’ah shalat jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah…
Musim haji telah usai. Para tamu Allah Subhanahu Wa Ta’ala satu per satu mulai kembali ke tanah air mereka masing-masing. Alhamdulilah, beberapa dari mereka pun kini telah hadir bersama kita. Maka kami ucapkan, Ahlan wa sahlan… Barra amalu… Semoga Allah menjadikan amalan Anda mabrur.

Jamaah shalat Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah…

Tidak semua yang mampu menjalankan haji otomatis langsung dijamin masuk surga dan terhindar dari siksa api neraka. Kenapa? Karena hanya haji yang mabrur sajalah yang mendapat jaminan masuk surga berdasarkan sabda Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam,

Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada pahala bagi haji mabrur kecuali surga,” (Muttafaq Alaihi).

Maka apa yang dimaksud dengan haji yang mabrur? Apa saja tanda-tanda haji yang mabrur? Dan adakah doa agar diberi haji yang mabrur? Inilah yang akan kami nasihatkan kepada diri saya sendiri dan juga kepada seluruh jamaah shalat jumat yang semoga dirahmati Allah.

BACA JUGA:  Ketika Khutbah Jumat, Khotib Batal Wudhunya

Ma’asyiral Muslimiin, Rahimatulullah…
Kata “mabrur” berasal dari kata “Birr” yang berarti ketaatan. Pengarang kitab Riyadhus Shalihin, Al Imam An-Nawawi Rahimahullah menyatakan bahwa “haji yang mabrur adalah haji yang tidak ternodai oleh dosa.” Definisi haji yang mabrur tersebut juga didukung oleh Imam Al-Qurthubi yang menyatakan bahwa “haji yang mabrur adalah haji yang tidak dikotori oleh maksiat.

Lantas, dapatkah seseorang yang diberi kemampuan untuk melaksanakan ibadah haji di tanah suci kemudian terjerumus dalam dosa? Hal tersebut bisa saja. Sungguh, betapa banyak di antara umat ini yang menunaikan ibadah haji dengan harta haram, diperoleh dari hasil riba, diperoleh dari harta korupsi. Betapa banyak pula umat ini yang berhaji hanya karena riya, agar dipanggil Pak Haji, Bu Hajah, dan lain sebagainya. Rasulullah bersabda,

Jika seorang keluar untuk melakukan haji dengan harta haram, kemudian ia mengendarai tunggangan dan mengatakan,”Labbaik, Allahumma labbaik!” Maka, yang berada di langit menyeru,” Tidak labbaik! Dan kau tidak memperoleh kebahagiaan! Bekalmu haram, kendaraanmu haram dan hajimu mendatangan dosa dan tidak diterima,” (Riwayat At Thabrani).

Jamaah shalat Jumat rahimatulullah…
Itulah arti haji mabrur. Haji yang dilakukan dengan niat yang benar, tidak riya atau pamer, dan didanai dengan harta yang halal, bukan dari riba atau hasil korupsi, serta dilakukan dengan cara yang benar. Maka, mari kita coba tengok, seperti apa tanda-tanda haji mabrur itu?

Jamaah shalat Jumat rahimatulullah…
Imam An-Nawawi menyatakan bahwa tanda haji mabrur adalah adanya perubahan menuju yang lebih baik setelah pulang dari menunaikan haji. Maka, mari kita tinjau dalam hal apa minimal seorang haji harus melakukan perubahan dalam dirinya agar menjadi lebih baik dan agar menjadi haji yang mabrur.

Pertama, seorang haji yang mabrur adalah haji yang tidak lagi melakukan maksiat atau dosa seperti yang biasa dilakukan sebelum berhaji. Pendapat inilah yang diusung oleh Imam Al-Qurthubi yang mengatakan, “Haji mabrur adalah haji yang tidak lagi gemar bermaksiat setelah pulang haji.

Jika sebelum berhaji ia sering melakukan suatu maksiat, setelah berhaji ia tidak lagi melakukan maksiat yang sama. Jika sebelum berhaji ia senantiasa melakukan dosa, setelah berhaji ia tiada lagi mengulangi dosa yang sama. Maka ketahuilah, haji yang seperti itulah haji yang mabrur yang dijamin dengan surga.

BACA JUGA:  Kata-Kata Bijak, Mutiara Hikmah Islam 24 Agustus 2015

Kedua, seorang haji yang mabrur adalah haji yang melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dalam hal keyakinan, atau iman, atau aqidah, atau tauhid. Seseorang yang melakukan ibadah haji pasti melakukan thawaf mengelilingi Ka’bah. Ia pasti juga melakukan shalat dengan menghadap langsung ke arah Ka’bah. Kita umat Islam tidak menyembah Ka’bah. Ka’bah adalah representasi dari Tuhan yang satu, siapa? Allah! Ilah yang satu, siapa? Allah! Dan Rabb yang satu… Allah Subhanahu Wa Ta’ala!

Maka, setelah melakukan perjalanan spiritual seperti itu hendaknya seorang haji semakin meningkat ketauhidannya kepada Allah, meningkat imannya, dan semakin mantap akidahnya. Bukanlah haji yang mabrur jika setelah berhaji ia masih melakukan syirik. Bukanlah haji yang mabrur jika setelah berhaji ia lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah. Dan bukanlah haji yang mabrur jika setelah berhaji ia masih menganggap ada syariat yang lebih utama selain syariat Islam.

Jamaah shalat Jumat Rahimatulullah…
Tanda haji mabrur yang ketiga adalah adanya perubahan ke arah yang lebih baik dalam hal ibadah. Seorang haji yang mabrur adalah haji semakin meningkat kuantitas dan kualitas ibadahnya setelah berhaji. Jika semula ia enggan mendirikan shalat berjamaah, maka setelah berhaji ia rutin menjalankan shalat secara berjamaah. Jika semula ia enggan tadarus Quran, maka setelah berhaji ia jadi rajin membaca Quran.

Namun sayang, betapa banyak jamaah haji kita yang lebih memilih menjalankan shalat wajib di pemondokan haji daripada berjamaah di Masjidil Haram. Dan sekali lagi sayang, betapa banyak jamaah haji yang lebih memilih berbelanja, foto-foto, dan jalan-jalan di waktu senggang daripda merenungi ayat-ayat Allah yang tertulis dalam Quran. Naudzubillahi min dzalik.

Keempat, tanda haji mabrur adalah terjadi perubahan dalam hal muamalah dan akhlak. Muamalah adalah hal-hal yang terkait dengan hubungan sesama manusia. Terkait dengan perubahan ke arah yang lebih baik dalam bidang muamalah, Rasulullah mengajarkan kita bahwa haji yang mabrur adalah haji yang, “Suka bersedekah dengan bentuk memberi makan dan memiliki tutur kata yang baik,” (HR Hakim, Hadist Hasan).

Terakhir, tanda haji mabrur adalah zuhud. Al Imam Hasan Al-Basri mengatakan bahwa, “Haji mabrur adalah pulang dalam keadaan zuhud terhadap dunia dan mencintai akhirat.” Subhanallah… Inilah tanda haji mabrur yang paling berat. Ketika umat Islam mengeluarkan uang yang banyak untuk beribadah haji, dan juga sering berdoa agar uang tersebut diganti oleh Allah dengan jumlah yang lebih besar, ternyata salah satu tanda diterimanya ibadah haji adalah zuhud.

BACA JUGA:  Akhlak Salaf: Zuhudnya Abu Ubaidah dan Muadz bin Jabal

Zuhud adalah sederhana. Zuhud terhadap dunia adalah biasa saja dalam mencari kekayaan duniawi. Zuhud adalah mencari harta sebatas apa yang kita perlukan, sebatas apa yang kita butuhkan, bukan sebanyak apa yang bisa kita kumpulkan, atau sebanyak apa yang bisa kita timbun.

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ

“Ketahuilah olehmu semua, bahwasanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda-gurau, perhiasan dan bermegah-megah antara sesamamu, berlomba banyak kekayaan dan anak-anak,” (Al-Hadid: 20).
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ   حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ

“Engkau semua dilalaikan oleh perlombaan mencari kekayaan, sehingga engkau semua mengunjungi kubur -yakni sampai mati,” (At-Takatsur: 1-2).

Khutbah Kedua
Innalhamdalilah, hadzanalihadza wa kunna linah tadziha laulaa an hadzaanallah…

Jamaah Jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah.
Itulah arti haji mabrur. Ia menjalankan ibadah haji dengan niat yang benar, tidak riya atau pamer, didanai dengan harta yang halal, bukan dari riba atau hasil korupsi, serta ia dilakukan dengan cara yang benar.

Itulah tanda haji mabrur. Ia mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dalam hal keyakinan atau aqidah atau iman, dalam hal ibadah, dalam hal muamalah dan akhlak, semakin zuhud terhadap dunia, sederhana dalam dunia, secukupnya dalam mencari dunia.

Maka, kini saatnya kami ketengahkan dua doa agar menjadi haji mabrur. Namun bukan lantas membaca doa ini sekali dua kali maka selamanya kita menjadi “haji yang mabrur.” Ada syarat agar doa terkabul, ada syarat dan tanda haji mabrur yang harus dipenuhi.

Adalah kebiasaan umat terdahulu untuk saling mendoakan, “Barra amalu…” (Semoga Allah menjadikan amalmu mabrur) kepada setiap orang yang baru selesai menunaikan ibadah haji. Barra Amalu berarti Semoga Allah menjadikan amalmu mabrur.

Juga, diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar bahwa umat Islam dianjurkan untuk membaca dengan penuh harap dan rasa takut doa haji mabrur:

“Allahumaj’al hajjan mabruron, wa sa’yan masykuron, wa dzanban maghfuran,” (Semoga Allah menganugerahkan haji yang mabrur, usaha yang disyukuri dan dosa yang diampuni). Wallahu’alam bish shawwab.

(Akhiri Khutbah dengan doa…)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button