Uncategorized
Fiqih Islam: Sunnah-sunnah Ghairu Muakkadah dalam Sholat #2
Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
….Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya, “Fiqih Islam: Sunnah-sunnah Ghairu Muakkadah dalam Sholat Bagian #1”…
9. Meletakkan kedua tangan di atas dada, dan posisi tangan kanan berada di atas tangan kiri.
Hal ini berdasarkan perkataan Sahal, “Orang-orang diperintahkan untuk menaruh tangan kanannya di atas lengan krinya dalam shalat.” Juga berdasarkan perkataan Jabir:
“Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam pernah melewati (menjumpai) seorang laki-laki yang sedang sholat dan dia meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanannya, lalu beliau merubah tangan orang tersebut dan meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya,” (Disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Majma’uzzawaid: 2/104, dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan isnad yang shahih).
10. Berdoa ketika sujud
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam:
“Ingatlah! Sesungguhnya aku dilarang membaca Quran ketika rukuk dan sujud, adapun dalam ruku, maka agungkanlah Rabb, dan adapun dalam sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, maka doa kalian layak untuk dikabulkan,” (HR Muslim: 1/738).
11. Berdoa ketika tasyahud akhir setelah bershalawat kepada Nabi Shalallahu’alaihi wasallam dengan lafadz ini:
“Allahumma inni a’udzubika min ‘adzabi jahannam, wa min ‘adzabil qubri, wa min fitnatil makhya wal mamaati, wa min syarri fitnatil masyikhid dajjali…”
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dan dari fitnah hidup dan mati, serta dari kejelekan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.”
Berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam:
“Apabila salah seorang dari kalian telah selesai membaca tasyahud akhir maka berlindunglah kepada Allah dari empat hal: Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dan dari fitnah hidup dan mati, serta dari kejelekan firnah Al-Masih Ad-Dajjal,” (HR Muslim: 1/412, 130, Kitab Al-Masajid).
12. Memulai salam dengan menoleh ke sebelah kanan
13. Salam yang kedua menoleh ke sebelah kiri.
Berdasarkan riwayat:
“Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam mengucapkan salam ke sebelah kanan dan kirinya sampai terlihat pipinya yang putih,” (HR Ibnu Majah: 1/296, Imam Ahmad: 8/483, Abu Daud: 74).
14. Berdzikir dan berdoa setelah salam
Hal ini berdasarkan hadist-hadist berikut:
Tsauban menuturkan, “Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam apabila beliau selesai dari shalatnya beliau beristighfar tiga kali (astaghfirullah) dan berdoa,
“Allahumman antassalaam, wa minkassalaam, tabarakta dzal jalaali wal ikraam…”
“Ya Allah! Engkau Maha selamat dan dari-Mu keselamatan, Mahasuci Engkau wahai Yang Maha memiliki kebesaran serta kemuliaan,” (HR Muslim: 414).
Mu’adz bin Jabal menuturkan, “Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam pernah pada suatu hari memegang tangannya, kemudian bersabda, “Wahai Mu’adz! Sungguh aku mencintaimu…, aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, Janganlah kamu lewatkan pada setiap selesai shalat untuk berdoa,”
“Allahumman a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa khusni ‘ibaadatika…”
“Ya Allah! Bentulah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepadaMu, dan bantulah aku untuk memperbagus ibadah kepadaMu,” (HR Abu Daud: 1522, dan Al-Hakim: 1/373, dan menshahihkannya).
Mughirah bin Syu’bah menuturkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam berdoa setiap kali selesai shalat fardhu:
“Laa ilaha illa Allah wakhdahu laa syarikalahu, wa lahul khamdu, wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir. Allahumma laa maa ni’a lima a’thaita, wa laa mu’tiya limaa mana’ta, wa laa yan fa’u dzal jaddi minkal jaddu…”
“Tidak ada Illah (yang berhak disembah) selain Allah, tiada satu pun sekutu bagiNya, kepunyaanNya lah segala kerajaan, segala puji bagiNya, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah! Tidak ada penghalang dari apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah, serta tidak akan memberikan manfaat bagi pemilik kemuliaan (kekayaan) karena dariMu lah kemuliaan itu berasal,” (HR Al-Bukhari: 2/8).
Abu Umamah menuturkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa membaca ayat Kursi setelah setiap kali selesai shalat, tidak ada yang dapat menghalanginya dari memasuki surga kecuali mati,” (Disebutkan oleh Imam Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Ausath: 8/92, 17/377, dan An-Nasai dalam As-Sunah Al-Kubra: 6/30).
Abu Hurairah menuturkan bahwa Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa bertasbih setiap kali selesai shalat sebanyak tiga puluh tiga kali, dan bertahmid sebanyak tiga puluh tiga kali, serta bertakbir tiga puluh tiga kali, maka itu semua berjumlah sembilan puluh sembilan, lalu menyempurnakannya menjadi seratus dengan mengucapkan: ‘Laa ilaha illa Allah wakhdahu laa syarikalahu, wa lahul khamdu, wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir,’ maka dosa-dosanya diampuni meskipun sebanyak buih di lautan,” (HR Muslim: 146, kitab Al-Masajid).
Sa’ad bin Abi Waqash menuturkan bahwa setiap kali Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam selesai shalat, beliau beristi’adzah (berlindung kepada Allah) dengan mengucapkan doa:
“Allahumman inni a’udzu bika minal bukhli, wa a’udzu bika minal jubni, wa a’udzu bika min an uradda ila ardalil umuri, wa a’udzu bika min fitnatid dunyaa, wa a’udzu bika min ‘adzabil qabri…”
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kebakilan, aku berlindung kepadaMu dari sikap pengecut, aku berlindung kepadaMu dari kepikunan, dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah dunia, sera aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur.” Sa’ad bin Abi Waqqash pun mengajarkan doa ini kepada anak-anaknya, (HR Al-Bukhari: 8/97, 98, 103). Wallahu’alam bish shawwab.