Doa, Syukur dan Men-Tahnik Bayi dengan Kurma
Oleh Syeikh Muhammad Suwaid
Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Mushili dalam Musnad-nya meriwayatkan hadist dari Anas Radhiyallahuanhu bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Tidaklah Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberi suatu nikmat kepada seorang hamba berupa keluarga atau anak, lalu ia mengicaupkan, ‘Masya Allah Laa Quwwata Illa Billah’ (Allah Maha berkehendak, tidak ada kekuatan kecuali karena Allah), melainkan ia tidak akan melihat adanya bencana padanya, kecuali takdir kematian.”
Salah satu bentuk perlakuan terhadap bayi baru lahir adalah melakukan imunisasi sesuai metode Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, yakni dengan menggosokkan buah kurma yang lembut pada langit-langit sang bayi. Istilah ini juga biasa disebut dengan tahnik.
Di dalam Shahih Bukhari dan Muslim disebutkan riwayat dari Abu Musa bahwa dia berkata, “Aku dikaruniai seorang anak, lalu aku bawa dia ke hadapan Rasulullah kemudian beliau menamainya Ibrahim dan mentahniknya dengan sebiji kurma.” Dalam riwayat Bukhari terdapat tambahan, “Dan beliau mendoakan keberkahan untuknya lalu mengembalikannya kepadaku.”
Dalam kedua kitab shahih tersebut juga disebutkan riwayat dari Hisyam bin Urwah dari Asma Radhiyallahuanha bahwa dia berkata,
“Aku mengandung Abdullah bin Zubair ketika masih di Mekkah. Lalu aku keluar (hijrah dari Mekkah) menuju Madinah, sedangkan aku saat itu masih mengalami hamil tua. Lalu aku singgah di Quba, dan akhirnya aku melahirkan di sana. Kemudian aku letakkan dia di pangkuan beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang lantas mendoakannya dengan sebiji kurna yang beliau kunyah terlebih dahulu lalu beliau mengeluarkannya lagi. Maka makanan pertama yang masuk ke dalam mulutnya adalah kurma yang tercampur dengan liur Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau mentahniknya dengan kurma tersebut, mendoakan kebaikan untuknya, serta memohonkan berkah bagi dirinya.
Abdullah adalah anak yang pertama-tama lahir di Madinah dari kalangan muhajirin. Orang-orang pun sangat berbahagia menyambut kelahiran Abdullah ini. Sebelumnya telah tersiar kabar di tengah-tengah mereka bahwa kaum Yahudi telah menyihir mereka agar tidak bisa melahirkan.”
Imam Muslim dalam Shahih-nya meriwayatkan hadist dari Aisyah Radhiyallahuanha bahwa ada sekian orang yang datang menghadap Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dengan membawa bayi-bayi mereka, kemudian beliau memohonkan berkah untuk mereka dan mentahnik mereka. Pernah juga beliau menggendong seorang bayi dan bayi tersebut mengompoli beliau Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau lantas memanggil seseorang untuk membawakan air lalu beliau memerciki bagian yang terkena kencing tersebut.
Dalam menjelaskan hadist di atas, Imam Nawawi Rahumahullah mengatakan:
“Yang dimaksud dengan memohonkan berkah adalah berdoa untuk mereka. Asal makna berkah adalah tetapnya kebaikan serta banyaknya kebaikan. Asal arti mentahnik adalah mengunyah kurma atau yang semisalnya. Maksudnya adalah mengunyahkannya untuk diberikan kepada bayi. Kesimpulan yang bisa dipetik dari hadist di atas adalah:
– Anjuran mentahnik anak yang baru lahir
– Anjuran untuk meminta dimohonkan berkah (tabaruk) kepada orang yang saleh dan yang mempunyai keutamaan
– Anjuran untuk membawa anak kepada orang yang mempunyai keutamaan untuk dimohonkan berkah. Ini berlaku bagi anak yang baru lahir maupun sesudah lahir
– Anjuran untuk bersikap baik, lemah lembut dan kasih sayang kepada anak-anak kecil.
Cara Nabi Mentahnik Anak yang Baru Lahir
Anas Radhiyallahuanhu menceritakan, “Ketika Ummu Sulaim melahirkan seorang anak laki-laki, dia membawa bayinya bersamaku ke hadapan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dengan membawa kurma. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam yang ketika itu mengenakan mantel dan sedang memberi makan unta milik beliau kemudian bertanya, “Apakah kamu membawa kurma?” Saya menjawab, “Iya.”
Beliau lalu mengambil kurma itu dan memasukkannya ke dalam mulut lalu beliau mengunyahnya hingga lembut kemudian mencampurnya dengan liur beliau dan menggelembungkan mulut dan sesudah itu memberikannya kepada sang bayi. Bayi pun kemudian mengecap-ngecapnya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian bersabda, “Kecintaan kaum Anshar adalah kurma.” Beliau kemudian mentahniknya dan memberinya nama Abdullah. Di kalangan kaum Anshar tidak ada pemuda yang lebih utama darinya di kemudian hari,” (HR Ahmad, 3: 88).