Siapa yang Diikuti Kalau Ulama Berbeda dalam Menilai Hadis?
Pertanyaan:
Ini tentang status hadis. Ada beberapa hadis yang para ulama berbeda-beda dalam menilai statusnya, apakah sahih, daif, atau palsu. Jadi, siapa yang harus saya ikuti kalau seperti ini?
Jawaban oleh Tim Fatwa IslamWeb, diketuai oleh Syekh Abdullah Faqih Asy-Syinqiti
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Saya bersaksi bahwa tiada Illah yang hak untuk diibadahi kecuali Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.
Tugas seorang Muslim yang awam, yang tidak punya kemampuan untuk menimbang pernyataan para ulama dalam penilaian hadis, apakah sahih atau lemah, atau di bidang apa saja selama dalam ranah ilmu agama, adalah bertanya kepada ulama yang dia percayai keagamannya dan keilmuannya. Kemudian, dia boleh bertindak atas apa yang dijelaskan oleh ulama tersebut, sesuai dengan firman Allah:
فَسْئَلُوٓا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,” [QS. An-Nahl: 43].
Cukup baginya untuk mengikuti ulama yang dia percaya seorang orang yang terpercaya di dalam suatu cabang ilmu agama. Tidak diragukan lagi bahwa ulama di zaaman dahulu lebih berhak untuk diikuti dalam hal ini karena kedekatan mereka secara kronologis dengan sumber-sumber orisinal ilmu-ilmu Islam, juga karena fakta bahwa mereka lebih berilmu dan lebih cakap di bidang ilmunya masing-masing.
Wallahualam bish shawwab
Fatwa No: 332323
Tanggal: 23 Muharam 1438 (24 Oktober 2016)
Sumber: IslamWeb.Net
Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an At-Taqwa Sukoharjo)