Uncategorized
Khutbah Jumat 07 Juni 2013: Syukur, dan Belajar Bersyukur dari para Salaf
إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا و سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له و من يضلله فلا هادي له أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله. يأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون. يأيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة و خلق منها زوجها و بث منهما رجالا كثيرا و نساء و اتقوا الله الذي تساءلون به و الأرحام إن الله كان عليكم رقيبا. يأيها الذين آمنوا اتقوا الله و قولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم و يغفر لكم ذنوبكم و من يطع الله و رسوله فقد فاز فوزا عظيما. ألا فإن أصدق الحديث كتاب الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم و شر الأمور محدثاتها و كل محدثة بدعة و كل بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار. اللهم فصل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Ma’asyiral Muslimiin, jamaah shalat jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala…
Alhamdulilahirabbil’alamiin… Segala pujian hanya tertuju kepada Allah, Rabb semesta alam. Tak ada yang lain yang lebih patut untuk kita puja-puji atas semua nikmat yang telah kita peroleh selain puja-puji kepada Allah. Hanya karena Allah-lah kita hidup, hanya karena Allah-lah kita masih tetap menjadi seorang muslim, hanya karena Allah-lah kita masih bisa makan, minum, belajar, bekerja, dan belajar dan sebagainya. Maka, tak ada yang lebih pantas bagi kita untuk senantiasa, tak putus-putus melantunkan puji syukur Alhamdulilah atas semua ini.
Shalat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam. Oleh karena perantara beliaulah Allah memberikan kita semua nikmat yang paling besar, yakni nikmat Islam dan iman, yang ada kalanya kita masih jarang mensyukurinya.
Doa kita hendaknya juga tak henti-hentinya mengalir kepada keluarga beliau, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabiin, ulama, mujahidin, dan seluruh umat Islam yang ada di seluruh penjuru dunia. Aamin yaa rabbal alamin.
Jama’ah shalat jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah…
Jika mau fair, kita bisa disebut sebagai orang yang durhaka. Ya, durhaka sebagaimana durhakanya malin kundang terhadap ibunya. Hanya saja, kita durhaka bukan terhadap ibu atau orang tua kita, namun kepada Sang Pencipta kita, Sang Pencipta ibu-bapak kita, Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Betapa tidak, kita bangun tidur langsung mendapat pasokan oksigen tiada batas, mendapat fasilitas dari Allah berupa jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh, fasilitas paru-paru untuk sirkulasi udara di dalam tubuh, fasilitas mata untuk menangkap citra di sekitar kita, teling, hidung, mulut dan lain sebagainya. Namun betapa sering kita lupa untuk terus menerus mensyukurinya? Naudzubillahi min dzalik.
وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur…” (QS Saba: 13).
Jama’ah shalat jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah…
Syukur terwujud melalui tiga hal, melalui tiga sarana, yakni melalui hati, melalui lisan, dan melalui anggota badan. Syukur hendaknya terwujud dengan mengakui dalam hati, memuji Allah dengan lisan, serta menggunakan anggota badan untuk berbuat kebaikan dengan nikmat yang telah Allah berikan.
1. Mengakui dalam hati
2. Mengucapkan dengan lisan
3. Menggunakan anggota badan untuk mengerjakan ketaatan
Demikianlah bagaimana seharusnya syukur itu terwujud. Dan penggunaan tiga unsur tersebut juga merupakan perwujudan keimanan seseorang, yakni mempercayai dalam hati, mengucapkan keimanan dengan lisan, dan menampakkan keimanan dengan amal anggota badan.
Oleh karena itulah, pembahasan syukur akan senantiasa terkait erat dengan iman.
Maka mari kita perhatikan firman Allah dalam Surat An-Nisa: 147
مَّا يَفْعَلُ اللَّـهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ
“Mengapa Allah harus menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman?” (QS An-Nisa: 147).
Inilah dua prasyarat agar kita terhindar dari siksa Allah kelak di akhirat, yakni syukur yang sebenar-benarnya, dan keimanan yang lurus.
Jamaah shalat jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah…
Ada beberapa hikmah yang bisa kita sama-sama pelajari untuk kemudian sama-sama kita amalkan dari apa yang disebut dengan bersyukur.
Pertama,
Mari hendaknya kita senantiasa bersyukur, agar nikmat yang telah Allah berikan kepada kita menjadi bertambah. Di muka telah kami sebutkan firmah Allah:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih,” (QS Ibrahim: 07).
Telah banyak para khatib, mubaligh, dan dai yang menyampaikan ayat tersebut di atas, namun betapa sering kita lupa untuk bersyukur, mensyukuri nikmat-nikmat Allah dengan sebenar-benarnya syukur.
Maka mari kita renungkan beberapa nasihat para ulama salaf tentang ayat tersebut.
DR Ahmad Farid, seorang ulama besar dari Saudi, yang terkenal dengan tulisan-tulisan beliau tentang masalah hati menjelaskan bahwa “Allah menggantungkan tambahan nikmat pada syukur.”Maksudnya, ada nikmat-nikmat yang sebenarnya untuk kita, namun masih digantungkan oleh Allah, dan nikmat yang digantungkan tersebut akan jatuh kepada kita hanya jika kita bisa bersyukur dengan sebenar-benarnya syukur.
Tabi’in besar dari negeri Iraq, bernama Imam Hasan Al-Bashri pernah mewasiatkan kepada kita, “Allah memberikan suatu nikmat kepada hamba-Nya, lalu ia mengucapkan Alhamdulilah, maka apa yang Allah berikan akan lebih banyak dari apa yang telah diterima seorang hamba.”
Dan masih terkait dengan penjelasan ayat tersebut, sahabat besar Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Nikmat itu dialirkan melalui syukur. Syukur erat kaitannya dengan penambahan nikmat dan keduanya disertakan dalam satu ikatan. Maka dari itu, tambahan dari Allah tidak akan berhenti selama syukur tersebut tidak pernah putus.”
Jamaah shalat jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah…
Hikmah kedua dari bersyukur adalah bahwa syukur merupakan tujuan utama diciptakannya manusia.
Dalam menjelaskan tentang tujuan utama penciptan manusia, maka kita akan senantiasa teringat dengan firman Allah dalam Surat Adz-Dzariyat: 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku,” (QS Adz-Dzariyat: 56).
Tidak ada yang bertentangan antara pernyataan bahwa syukur adalah tujuan utama penciptaan manusia, dengan makna dari QS Adz-Dzariyat ayat 56 tersebut karena “menyembah Allah” (Lii ya’buduun) adalah bersyukur itu sendiri karena musti kita ingat, bahwa syukur bukan hanya mengucapkan Alhamdulilah secara lisan apalagi di dalam hati, melainkan menuntut adanya amaliyah badaniyah yang tidak lain tidak bukan adalah ibadah itu sendiri.
Allah Subhanahu Wa Ta’la pun berfirman:
وَاللَّـهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia (Allah) memberikan pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur,” (QS An-Nahl: 78).
Maka jamaah shalat jumat rahimatulullah, tidakkah disini, di ayat ini, jelas bahwa Allah menciptakan telinga, penglihatan, hati, dan manusia seluruhnya agar kita bersyukur, bersyukur dengan hati, bersyukur dengan lisan, dan bersyukur dengan amal badaniyah.
Lantas, bagaiama kita bersyukur dengan hati, lisan, dan amal perbuatan?
Maka mari kita sama-sama belajar tentang hal tersebut dari para sesepuh kita, para salaf, para generasi awal umat ini karena dari merekalah kita belajar tentang bagaimana Islam yang sesungguhnya, tentang bagaimana bersyukur sejatinya.
Tabi’in ulama besar Umar bin Abdul Aziz, dan cucu dari Amirul Mukminin Umar bin Khattab, pernah berpesan kepada kita, “Ikatlah nikmat-nikmat Allah dengan bersyukur kepadanya.”
Sahabat Ali bin Abi Thalib berwasiat kepada kita, “Nikmat itu dialirkan melalui syukur. Syukur erat kaitannya dengan penambahan nikmat, dan keduanya disertakan dalam satu ikatan. Jadi, tambahan dari Allah tidak akan berhenti selama syukur seorang hamba tidak pernah putus.”
Dan mari kita belajar sedikit tentang bagaimana belajar besyukur dengan sebenarnya dari generasi terbaik umat Islam.
Tabi’in Al-Hasan Al-Bashri mengajari kita tentang bersyukur dengan menasihati kita, “Allah cinta bila Allah melihat bekas nikmat-Nya ada pada hamba-Nya sebab itu merupakan bentuk syukur dengan perilaku.” Dan disini beliau mengajari kita tentang bagaimana bersyukur dengan anggota badan kita.
Beliau, Al-Hasan Al-Bashri, juga menasihati kita, “Tidaklah Allah memberikan suatu nikmat kepada hamba-Nya, lalu ia mengucapkan Alhamdulilah, melainkan apa yang Allah berikan akan lebih banyak dari apa yang telah hamba tersebut terima.” Dan disini kita sama-sama belajar dari beliau tentang bersyukur melalui lisan.
Dan termasuk salah satu mensyukuri nikmat melalui lisan adalah membiasakan diri dengan menjawab pertanyaan, “Apa kabar hari ini?” dengan “Alhamdulilah…” sebagaimana terbiasa diamalkan oleh para sahabat Rasulullah.
Kemudian, Abu Hazim, seorang sahabat yang juga tokoh tabi’in, menjelaskan dengan sangat bagus bagaimana cara bersyukur dengan anggota badan.
Beliau mengajarkan bahwa bersyukurnya dua mata dengan menasihati kita, “Jika kamu melihat kebaikan dengan kedua matamu, maka umumkanlah. Jika kami melihat kejelekan (keburukan diri sendiri maupun orang lain), maka rahasiakanlah.”
Tentang bersyukurnya kedua telinga, beliau menasihati kita, “Jika kamu mendengar kebaikan, maka jagalah (ingatlah dan amalkanlah). Jika kamu mendengar keburukan, maka cegahlah.”
Tentang bersyukurnya kedua tangan, beliau menasihati kita, “Jangan ambil sesuatu yang bukan hak kedua tanganmu; dan jangan mencegah hak Allah dengan keduanya.” Maksudnya jangan melakukan maksiat dengan kedua tangan, dan jangan merasa berat menggunakan kedua tangan untuk ketaatan.
Tentang bersyukurnya perut, beliau menasihati kita, “Hendaklah bagian atasnya diisin dengan makanan, dan bagian bawahnya dengan ilmu.”
Tentang bersyukurnya kedua kaki, beliau menasihati kita, “Bila kamu melihat amal kebaikan orang yang sudah mati, dan amal itu membuatmu iri, maka bersegeralah untuk menggunakan kedua kakimu untuk mengerjakan amal itu.”
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم و السنة و نفعني و إياكم بما فيه من الآيات و الذكر و الحكمة و تقبل مني و منكم تلاوته إنه هو السميع العليم و استغفروه إنه هو الغفور الرحيم.
Khutbah Kedua
Jamaah shalat jumat yang semoga senantiasa dirahmati Allah…
Di penghujung majelis ini, perkenankan kami menyampaikan salah satu amalan syukur, yang meliputi hadirnya syukur hati, syukur lisan, dan syukur badaniyah, yang sangat besar fadhilahnya, sangat agung faidahnya, yang langsung diajarkan oleh sosok mulia Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam.
اَللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِيْ مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ.
Doa tersebut diambil dari hadist hasan, yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Hibban. Dalam hadist lengkapnya, Rasulullah menjelaskan bahwa “Barang siapa yang membacanya di pagi hari, maka sungguh ia telah bersyukur pada hari itu. Barang siapa yang membacanya di sore hari, maka ia sungguh telah bersyukur pada malam itu.”
Maka di akhir khutbah ini, kami hendak menasihati diri kami sendiri terutama, dan jamaah shalat jumat di sini pada umumnya, untuk melazimi membaca doa tersebut selepas shalat ashar atau di sore hari, maupun selepas shalat subuh, atau di pagi hari.
Mari kita tutup khutbah ini dengan berdoa….