Uncategorized

Melatih Diri Untuk Berkurban

Oleh Ziyad Abu Irsyad

Hari ini bertepatan dengan hari raya Idul Adhaa, atau yang biasa disebut dengan Idul Kurban. Hari ketika umat islam yang memiliki kemampuan sangat dianjurkan untuk berkurban.

Kurban sendiri diambil dari bahasa Arab, qaruba, qurban wa qurbaanan, yang bermakna mendekatkan diri. Artinya, berkurban dengan hewan yang disyariatkan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah ta’ala.

Oleh sebab itu, berkurban adalah suatu bentuk ibadah yang semestinya kita berusaha untuk menjalankannya dan menjaga amalannya agar selalu ikhlas dan sesuai dengan syariatNya, karena di zaman ini, entah karena tidak tahu ilmunya atau karena meremehkan ibadah kurban ini, maka banyak yang melanggar kriteria hewan kurban yang syar’i.

Begitu juga banyak yang berkurban supaya dianggap dermawan, ingin pamer dan diekspos media, dishare di medsos (media sosial) dan lain sebagainya.

Namun demikian, ibadah Kurban hendaknya tidak harus menunggu kita memiliki kekayaan atau kemampuan secara materi. Kita semua, dan saya yakin, bahwa kita semua sebenarnya bisa berkurban.

Barangkali, kita belum lupa akan berita tahun lalu ketika seorang ibu yang sudah tua, yang bekerja sebagai pemulung, ternyata mampu untuk berkurban dengan seekor kambing yang besar. Kita yang mungkin penghasilannya jauh lebih banyak dari ibu itu mestinya bisa berkurban. Masalahnya sekarang adalah, seberapa besar tekad kita untuk melakukan ibadah tersebut. Kisah ibu pemulung tersebut hendaknya menjadi motivasi bagi kita untuk sering dan banyak berkurban di kemudian hari.

Nah, agar kita dapat berkurban bahkan bisa setiap tahunnya, pertama hendaknya mari kita tumbuhkan azzam atau kemauan yang kuat untuk dapat melaksanakan ibadah kurban. Tanpa azzam yang kuat, meski kita punya kemampuan secara finansial, maka kita akan lebih memilih menggunakan uang yang kita punya untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Betapa ibu pemulung itu tidak akan mampu berkurban kecuali karena ia memiliki tekad yang kuat.

Kedua, memahami dan mengetahui pahala dan balasan bagi orang yang berkurban. Hal ini akan lebih memotivasi kita untuk melakukan kurban, menjadikan kita lebih memilih pahala akhirat daripada kehidupan dunia, lebih mementingkan balasan Allah daripada menghamburkan uang untuk sesuatu yang kadang tidak bermanfaat. Diantara beberapa fadilah atau keutamaan berkurban adalah pelakunya akan mendapat ampunan Allah. Kurban adalah sarana mendapatkan keridhaan Allah dan tanda keislaman, amalan yang paling Allah cintai di hari raya Idul Adha, hewan kurban tersebut akan bersaksi bagi pihak yang berkurban pada hari kiamat nanti, selain pahala yang besar, dan lain sebagainya.

BACA JUGA:  Kencing Bayi yang Masih Menyusu dan Cara Bersuci Darinya

Ketiga, menabung. Salah satu bentuk usaha kita agar dapat berkurban adalah dengan menabung. Ada banyak cara menabung seperti misalnya sekarang yang lagi ramai adalah mengikuti arisan berkurban, juga menggilir jatah kurban diantara keluarga dan lain sebagainya. Kemarin, sepasang pemulung tua membutuhkan waktu dua tahun dalam menabung untuk membeli hewan kurban bagi masing-masingnya. Jika mereka saja mampu melakukannya, mengapa kita tidak?

Terkadang kita mudah mengeluarkan uang untuk menuruti syahwat, namun ketika diminta menabung untuk berkorban ternyata terasa begitu sulit. 

Sebagai contoh, dalam sehari beberapa di antara kita begitu mudah mengeluarkan uang untuk membeli satu bungkus rokok seharga kurang lebih Rp12.000,- namun ternyata beberapa dari kita merasa berat untuk menabung sebanyak Rp. 10.000,- setiap harinya. 

Padahal, jika dihitung dalam setahun, 12000x30x12 maka akan menghasilkan nominal sebesar Rp4.320.000. Jika kita hanya menabung Rp10.000 perhari, maka akan didapati nominal sebesar Rp3.600.000 setahun. Uang segitu tentu sudah bisa digunakan untuk mendapatkan kambing yang paling besar untuk saat ini dan bisa juga sapi dengan cara patungan tujuh orang.

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak berkurban. Apapun profesi kita,sebenarnya jika kita sungguh-sungguh, maka in sya Allah kita pasti bisa berkurban. Dan jika kita membiasakan diri untuk berkurban dengan hewan udhiyah, maka selanjutnya kita akan mudah berkurban untuk yang lainnya, baik itu tenaga, harta dan bahkan nyawa sekalipun, sebagaimana bapak kita nabi Ibrahim alaihis salam yang mengorbankan nyawa anaknya demi mematuhi perintah Allah ta’ala.

Maka berkurban yang paling tinggi adalah ketika kita mengorbankan nyawa kita untuk meninggikan kalimat Allah agar tegak di muka bumi ini. Dan itulah sebenar-benar berkurban….

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button