Uncategorized
Melalui Anak, Setan Menyerang Manusia (Plus Doa Meminta Keturunan)
Oleh Sheikh Muhammad Suwaid
Ada perseteruan antara manusia dengan setan berkenaan dengan anak cucu manusia. Setan sendiri telah bersumpah untuk terus berusaha menjauhkan manusia dari jalan Allah dan menghalangi mereka untuk menaatiNya. Hal ini dijelaskan Allah agar kita mengerti betul tentang persoalan ini sehingga kita bisa mewaspadai hal itu.
Allah telah memberikan kesempatan kepada kita untuk mendidik anak-anak kita – pada periode kanak-kanak yang masih suci – sebelum setan mendapat giliran untuk memengaruhinya. Jika kedua orang tua gagal menggunakan kesempatan ini, maka perjalanan mendasar yang begitu penting dan sangat kuat itu telah hilang. Keduanya perlu melakukan upaya yang jauh lebih keras lagi di masa berikutnya untuk memperbaiki anak-anak mereka.
“Dia (iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil”. Tuhan berfirman: “Pergilah, Barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, Maka Sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka,” (QS Al-Isra: 62-64).
Imam Muslim meriwayatkan hadist dari Iyadh bin Hamad bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hambaKu sebagai orang-orang yang lurus, lalu datanglah setan yang kemudian memerdayai mereka.”
Berkenaan dengan hal ini, ada sebagian orang yang diuji Allah dengan tidak dikaruniai nikmat anak. Ini semata-mata karena adanya hikmah di balik itu yang memang sengaja direncanakan oleh Allah agar hati orang yang diuji itu senantiasa menghadapkan diri kepadaNya dan agar selalu berdoa memohon anak, terutama anak yang shalih. Allah berfirman:
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa,” (QS Asy Syuura: 49-50).
Namun masyarakat jahiliyah mencari penyelesaian masalah ini dengan mencari pengganti lain, yaitu dengan mengadopsi anak orang lain, lalu dididik dan dinisbatkan kepada diri mereka seperti layaknya anak kandung. Ayat-ayat Al-Quran jelas melarang praktik seperti ini sekaligus memerintahkan mengembalikan sesuatu kepada tempatnya, yaitu menisbatkan seorang anak kepada ayahnya sendiri.
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar[1198] itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang benar). Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; Itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, Maka (panggilah mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu[1199]. dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS Al-Ahzab: 4-5).
“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah waris yang paling baik,” (QS Al-Anbiya: 89).