Maulid Nabi yang Tak Hanya Basah di Bibir, tapi Kering di Hati dan Miskin Amaliyah di Jasmani
Oleh Irfan Nugroho
Pamekasan, 3 Januari 2014. Maulid Nabi dirayakan dengan menggelar pawai lampion oleh santriwan dan santriwati yang berhamburan keluar rumah di malam hari, berbaur antara laki-laki dan perempuan, lengkap dengan tarian dan nyanyian baik dari peserta pria maupun wanita.
Di hari yang sama di Kediri, Maulid Nabi dirayakan dengan menggelar “sedekah massal” dengan cara menyebar uang recehan di dalam masjid untuk diperebutkan oleh anak-anak.
Semoga tidak sebatas perayaan atau peringatan. Semoga pagi ini dan hari-hari selanjutnya kita bisa memenuhi permintaan beliau Shalallahu ‘alaihi Wasallam untuk senantiasa berpegang teguh pada Quran dan Sunnah.
Semoga ke depan kita bisa shalat tahajud, shalat fajar, shalat wajib berjamaah di masjid, dzikir pagi, tadarus, shalat dhuha, sedekah sembunyi2, menjenguk orang sakit, mendoakan saudara2nya tanpa sepengetahuannya, berdakwah, ber-amar maruf nahyi munkar, idad, jihad, dan menjalankan seluruh risalah Islam yang dibawa oleh junjungan kita tercinta, Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, bukan sekedar nyanyian shalawat yang basah di mulut, tapi kering di hati dan miskin pengamalan di jasmani.
Karena bukti dari cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah dengan menjalankan risalah Islam secara menyeluruh dan menjauhi segala larangannya.
“Katakanlah (wahai Muhammad): ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian,” (Ali Imran: 31).