Uncategorized

Mengukur Bobot Seseorang dengan Timbangan Taqwa

Oleh Sheikh Abdullah Azzam
Ia adalah Ibnu Mas’ud. Di hadapan Allah, berat betisnya adalah lebih berat daripada Gunung Uhud.

Ketika beberapa pembesar Quraisy mengajukan usul untuk mengadakan majelis hanya bersamanya saja karena enggan bermajelis bersama para budak – seperti Bilal, ‘Ammar, Shuhaib dan Salman – Allah berfirman:

وَٱصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِٱلْغَدَوٰةِ وَٱلْعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُۥ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًۭا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas,” (QS Al-Kahfi: 28).
Bilal dan Shuhaib sendiri pernah bertemu dengan Abu Sufyan, dedengkot kaum Quraisy di masa itu. Bilal lantas berujar, “Demi Allah, pedang-pedang Allah belum sedikit pun menghantam musuh-musuh Allah.”

Mendengar ucapan Bilal tersebut, Abu Sufyan lalu marah dan pergi menemui Abu Bakar dan mengadukannya. Abu Bakar lantas bergegas pergi menemui Rasulullah untuk menyampaikan keluhan Abu Sufyan (atas sikap Bilal) tersebut.

Maka dari itu, Rasulullah bersabda:

“Wahai Abu Bakar, bisa jadi kamu sudah membuat mereka marah. Sungguh, jika kamu membuat mereka marah, berarti kami juga telah membuat Rabb-mu marah (kepada orang-orang kafir),” (HR Muslim).

Demi Allah, Bilal yang dulunya dijual dengan harga yang lebih murah daripada harga sebuah meja lantas naik ke suatu posisi di mana jika ia marah, Rabbul ‘Izzati pun marah.

Mizan (parameter) yang dipakai Rasulullah ini dipergunakan pula oleh para sahabatnya. Pada masa kekhalifahannya, tunjangan yang diberikan oleh Umar bin Khattab dari Baitul Mal kepada Usamah bin Zaid adalah jauh lebih besar daripada yang diberikan kepada anaknya sendiri, Abdullah bin Umar.

BACA JUGA:  Menggunakan Nama Hamidah untuk Wanita, Bolehkah?

Lalu, Abdullah bin Umar pun memrotes kebijakan ayahnya tersebut, “Wahai ayah, mengapa engkau memberikan Usamah lebih banyak daripada aku?”

Umar berkata, “Dahulu ayahnya lebih dicintai Rasulullah daripada ayahmu ini. Dan dia sendiri lebih dicintai Rasulullah daripada dirimu sendiri. Karena itu, aku tidak menyamakanmu dengannya dalam pemberian.”

Karena itu, ketika Suhail bin Amru, Abu Sufyan dan Bilal berdiri di muka pintu Umar bin Khattab, adalah Bilal yang dipersilakan masuk ke dalam rumah Umar, sedang Suhail bin Amru dan Abu Sufyan tidak.

Lalu Abu Sufyan marah-marah sembari mengomel, “Aku tidak pernah merasakan hari seperti hari ini sekali pun. Kita mengetuk pintu rumah Umar, malah yang diijinkan masuk justru budak-budak jelata tersebut.”

Suhail berkata dengan tenang, “Janganlah engkau marah. Mereka dulu didakwahi, kita pun didakwahi. Tetapi mereka menerima dengan segera, sedangkan kita berlambat-lambat di dalam menerimanya.”

Ketika Umar duduk dalam suatu majelis, sementara Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam dan Suhail bin Amru berada di sampingnya, datanglah sejumlah orang dari golongan muhajirin. Umar lalu menjauhkan tempat duduk Suhail dan Abdurrahman dari posisi duduk mereka sebelumnya.

Kemudian datang lagi sejumlah orang dari golongan Anshar, lalu Umar menjauhkan tempat duduk kedua orang tersebut dari posisinya. Maka demikianlah mereka terus dijauhkan sehingga mereka menempati posisi akhir di dalam majelis tersebut.

Abu Sufyan dan Abdurrahman benar-benar sakit hati dibuatnya. Lalu mereka berdua berkata, “Wahai Amirul Mukminin, kami telah melihat apa yang engkau perbuat kepada kami. Lalu apakah ada jalan bagi kami untuk mengejar ketertinggalan kami dari mereka?”

Umar bin Khattab menjawab, “Aku tidak melihat jalan lain bagi kalian kecuali kalian pergi ke sana – Umar menunjuk ke arah Syam.” Maka keduanya pun berangkat menuju peperangan Yarmuk. Jumlah kaum muslimin saat itu kurang lebih 70 orang.

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button