Akhlak Salaf: Zuhudnya Abu Ubaidah dan Muadz bin Jabal
Oleh Abdul Aziz bin Nashir al-Julayyil dan Bahauddin bin Fatih Aqil
Dalam kitab Zuhud karya Ibnu Mubarak rahimahullah, ia berkata: Ma’mar menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah, dari bapaknya, ia berkata:
‘Umar radhiyallahu ‘anhu datang ke negeri Syam dan disambut oleh para pemimpin dan pembesar.
Umar berkata: ‘Di mana saudaraku Abu Ubaidah?
Mereka menjawab: ‘Ia datang sekarang.’
Lalu ia datang dengan menaiki unta yang diikat hidungnya dengan tali, lalu ia memberi salam kepadanya.
Kemudian ia berkata kepada semua orang: ‘Berpalinglah kalian dari kami.’
Lalu ia berjalan bersamanya hingga sampai ke tempat tinggalnya.
Umar mampir kerumah Abu Ubaidah, namun Umar tidak melihat di dalamnya benda-benda selain pedang, perisai dan tunggangannya.
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepadanya: ‘Andaikan engkau menjadikan sesuatu, atau berkata sesuatu.
Lalu Abu Ubaidah radhiyallahu ‘anhu menjawab: ‘Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ini akan menyampaikan kita ke tempat terakhir.’ (Siyar A’lam Nubala`: 1/16)
Dari Nu’aim bin Hammad, dari Ibnu Mubarak, dari Muhammad bin Mutharrif, dari Abu Hazim, dari Abdurrahman bin Sa’id bin Yarbu’, dari Malik Ad-Daar, bahwa Umar radhiyallahu ‘anhu mengambil 400 dinar lalu berkata kepada gulam (pegawainya):
‘Pergilah dengannya kepada Abu Ubaidah, kemudian tunggu beberapa saat di rumahnya hingga engkau melihat apa yang dia lakukan.
Maka ghulam itu pergi menemui Abu Ubaidah seraya berkata:
‘Amirul Mukminin berkata kepadamu, ambilah ini.
Lalu Abu Ubaidah berkata: ‘Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla menyambung dan memberi rahmat kepadanya.’
Lalu ia melanjutkan: ‘Wahai jariyah, pergilah dengan tujuh (dinar) ini dan berikan kepada fulan, lima (dinar) ini kepada fulan hingga habis.
Lalu ghulam itu kembali kepada Umar radhiyallahu ‘anhu dan mengabarkan kepadanya, ternyata Umar sudah menyiapkan hal serupa untuk Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu.
Maka Umar mengutus pegawainya pergi kepada Muadz hingga setelah bertemu, maka Mu’adz radhiyallahu ‘anhu berkata: ‘Semoga Allah Shubhanahu wa ta’ala menyambungnya. Wahai jariyah, pergilah ke rumah fulan dengan ini, rumah fulan seperti ini.
Lalu muncul istri Muadzh radhiyallahu ‘anhu seraya berkata: ‘Demi Allah, kita adalah orang miskin maka berikanlah untuk kami.’ Dan tidak tersisa lagi di kain selain dua dinar maka dinar tersebut ia berikan kepada istrinya.
Pegawai Umar pun pulang dan mengabarkan hal tersebut kepada Umar radhiyallahu ‘anhu.
Maka ia merasa senang dengan hal itu dan berkata: ‘Sesungguhnya mereka adalah bersaudara satu sama lain.’ (Syi’ar Alam An Nubala: 1/456)
Sumber: Aina Nahnu Min Akhlaqish Salaaf