Masuk surga sekeluarga dengan menegakkan shalat
Oleh Irfan Nugroho
Adalah kewajiban kita semua untuk menggapai surga Allah dan menjauhi nerakaNya. Dan akan terasa nikmat apabila orang-orang yang kita cintai di dunia juga bersama-sama kita menuju JannahNya yang indah tiada terkira.
Di dalam setiap amal ketaatan yang bersifat individual, ada pula tuntutan untuk menjadikan orang lain, khususnya keluarha kita, beramal sebagaimana kita. Itulah kenapa Allah memerintahkan kita:
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوٓا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُونَ اللَّهَ مَآ أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” [QS. At-Tahrim: 6].
Di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahuanhu – ketika menjelaskan ayas tersebut – mengatakan:
“Berusahalah pada ketaqwaan, dan hindarilah dari berbuat maksiat kepada Allah, dan perintahkan keluargamu untuk mengingat Allah.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Imam Mujahid dan Imam Qatadah dengan sedikit penambahan:
“…dan jika kalian melihat ada kemaksiatan oleh anggota keluargamu, maka hentikanlah dan laranglah.”
Imam Adh-Dhahak dan Muqatil menjelaskan ayat di atas dengan mengatakan, “Adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk mengajari anggota keluarganya terdekat, juga budaknya yg wanita dan pria, tentang apa yang diwajibkan oleh Allah atasnya dan apa yang dilarang oleh Allah atasnya.”
Ketika membaca pernyataan Imam Adh-Dhahak dan Muqatil di atas, pikiran kita kini teringat pada Firman Allah:
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat,” [QS. Asy-Syu’ara’: 214].
Jika kita menilik asbabun nuzul (konteks turunnya ayat tersebut), maka bisa kita ketahui bahwa ia adalah perintah kepada Rasulullah, di masa-masa awal kenabiannya, untuk memulai dakwah Islam dari keluarga beliau.
Imam Bukhari Rahimahullah sampai membuat bab tersendiri tentang tafsir ayat di atas. Suatu kala Rasulullah menaiki bukit dan menyeru kepada penduduk sekitar:
يا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا
يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا
يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا
وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا
وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا
“Wahai Kaum Quraisy” atau ucapan semacamnya, peliharalah diri kalian karena aku tidak dapat membela kalian sedikitpun di hadapan Allah.
“Wahai Bani ‘Abdi Manaf, aku tidak dapat membela kalian sedikitpun di hadapan Allah.
“Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib aku tidak dapat membela kamu sedikitpun di hadapan Allah.
“Wahai Shofiyah bibi Rasulullah, aku tidak dapat membela kamu sedikitpun di hadapan Allah.
“Wahai Fathimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa yang kamu mau dari hartaku, sungguh aku tidak dapat membela kamu sedikitpun di hadapan Allah,” (HR Bukhari).
Saudaraku seiman, sungguh, tiada penolong di hari akhir selain pertolongan Allah. Rasulullah yang mulia pun mewanti-wanti keluarganya agar tidak “manja” dengan (kalau dalam bahasa Jawa “njagakne”) syafaat beliau di hari akhir.
Sungguh tepat kiranya Allah berfirman:
وَالْعٰقِبَةُ لِلتَّقْوٰى
” Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS Thaha: 132).
Kesudahan yang baik, a good final destination, a happy ending, hanyalah untuk mereka yang bertakwa. Lalu, siapakah orang yang bertakwa itu? Salah satu indikatornya adalah mereka yang mendirikan shalat dan menyeru keluarganya untuk mendirikan shalat.
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعٰقِبَةُ لِلتَّقْوٰى
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa,” [QS. Ta Ha: 132].
Ketika menjelaskan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir mengatakan, “Dan hindarkanlah keluarga kalian dari siksa Allah dengan memerintahkan mereka melakukan shalat.”
Kapan kita mulai mengajari mereka shalat?
إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِينَ وَإِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِينَ فَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا
“Jika mereka sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya,” (HR Abu Dawud).
رَبِّ اجْعَلْنِى مُقِيمَ الصَّلٰوةِ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَآءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku,” [QS. Ibrahim: 40].