Uncategorized
Semoga Kita tidak Termasuk dalam Tiga Kelompok Manusia Berikut
Oleh Irfan Nugroho
Di dalam Kitab Adabul Mufrad karya Imam Bukhari Rahimahullah, di dalam hadist nomor: 500 (versi Shahih) atau nomor: 644 (versi asli) dari sahabat Jabir bin Abdullah Radhiyallahuanhu disebutkan:
أن النبي صلى الله عليه وسلم رقى المنبر فلما رقى الدرجة الأولى قال آمين ثم رقى الثانية فقال آمين ثم رقى الثالثة فقال آمين فقالوا يا رسول الله سمعناك تقول آمين ثلاث مرات قال لما رقيت الدرجة الأولى جاءني جبريل صلى الله عليه وسلم فقال شقي عبد أدرك رمضان فانسلخ منه ولم يغفر له فقلت آمين ثم قال شقي عبد أدرك والديه أو أحدهما فلم يدخلاه الجنة فقلت آمين ثم قال شقي عبد ذكرت عنده ولم يصل عليك فقلت آمين
Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika itu sedang menaiki mimbar. Maka tatkala menaiki tangga yang pertama beliau berkata, “Aamiin”.
Kemudian ketika menaiki tangga yang kedua beliau berkata, “Aamiin.” Lalu ketika menaiki tangga yang ketiga beliau berkata, “Aamiin.”
Maka para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah! Kami telah mendengar engkau berkata, ‘Aamiin’ tiga kali.”
Nabi bersabda, “Tatkala saya menaiki tangga yang pertama maka datanglah Jibril ‘alaihissallam lalu berkata, “Celakalah seorang hamba yang bertemu dengan bulan Ramadhan lalu dia meninggalkannya sedangkan dia tidak mendapat ampunan,” lalu saya berkata, “Aamiin.”
Kemudian (Jibril) berkata, “Celakalah seorang hamba yang mendapati orang tuanya atau salah satunya (dalam keadaan tua), tapi tidak dapat masuk ke dalam surga (karena tidak berbakti),” lalu saya berkata, “Aamiin.”
Kemudian dia (Jibril) berkata, “Celakalah seorang hamba yang ketika namamu disebut tapi dia tidak membacakan shalawat kepadamu,” lalu saya berkata, “Aamiin,” [Shahih lighairihi di dalam kitab At-Ta’lifu Ar Raghibu (2/283). Tidak tercantum dalam Kutubus Sittah].
Ada tiga kategori manusia yang disumpahi oleh Malaikat Jibril dengan sumpah yang buruk:
1. Orang yang bertemu dengan bulan Ramadan tapi tidak memohon ampunan dari Allah
Mereka yang masuk ke dalam kelompok ini adalah mereka yang;
a. Tidak berpuasa di bulan Ramadan tanpa adanya uzur yang syar’i, antara lain: Sakit parah, haidh, nifas, hamil, menyusui, tua renta, hilang akal, belum baligh, dalam perjalanan, atau orang kafir.
b. Mereka yang berpuasa tetapi berangkat dari niat yang keliru. Mereka memang tidak makan dan tidak minum sedari azan subuh hingga azan maghrib. Juga bisa jadi, mereka begitu lantang mengucapkan, “Nawaitu shoumma ghadin an adai fardhi syahri ramadhaana hadihish sanati lillahi ta’ala,” tetapi ucapan itu hanya di lisan sedang hatinya terdapat niatan berpuasa karena selain Allah, bisa karena perkewuh, pamer, atau yang lainnya. Mereka lupa dengan wejangan Kanjeng Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِه
“Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharap pahala dari Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,” [HR Bukhari].
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَر
“Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan pahala dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga, dan berapa banyak orang yang shalat tarawih tidak mendapatkan bagian dari ibadahnya kecuali hanya begadang saja,” [HR Ahmad: 8501].
2. Orang yang gagal memaksimalkan keberadaan orang tuanya sebagai cara untuk memasuki surga
رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُهُ قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا ثُمَّ لَمْ يَدْخُلْ الْجَنَّة
“Dia celaka! Dia celaka! Dia celaka!” lalu beliau ditanya; “Siapakah yang celaka, ya Rasulullah?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Barangsiapa yang mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari keduanya, tetapi dia tidak berusaha masuk surga (dengan berusaha berbakti kepadanya dengan sebaik-baiknya),” [HR Muslim: 4628].
Bagaimana seseorang bisa meremehkan berbuat baik kepada orang tua jika ridha Allah tergantung pada ridha Orangtua, murka Allah tergantung pada murka orangtua?
رِضَا الرَّبِّ فِي رِضَا الْوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Tuhan tergantung ridha orang tua, dan kemurkaan Tuhan tergantung murka orang tua,” [Hasan mauquf dan shahih marfu’ didalam kitab Ash-Shahihah: 515].
3. Orang yang tidak bershalawat ketika Nabi Muhammad disebut
Mereka adalah orang yang ketika disebut nama Muhammad di hadapannya, tetapi enggan mengucap shalawat kepada beliau. Tak terbesit di dalam hatinya untuk mengungkapkan cinta kepada manusia paling mulia yang pernah ada, Muhammad bin Abdullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.
Jika untuk sekedar mengucapkan shalawat saja ia malas, apatah lagi mewujudkan rasa cinta itu di dalam kehidupannya. Shalawat adalah ungkapan cinta, ia menuntut adanya upaya keras untuk mengikuti segala ajarannya, persis seperti perkataan Imam Hasan Al-Basri, seorang pemuka ulama di kalangan tabi’in, “Beberapa orang mengaku cinta kepada Nabi, tetapi mereka enggan mengikuti dan mengamalkan ajarannya, hingga mereka diuji dengan QS Ali Imran: 31,” [Tafsir Ibnu Katsir].
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِىْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْؕ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْم
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” [QS. Ali ‘Imran: 31].