Uncategorized

Tafsir Al-Quran Surat An-Naas #3 – Jin & Manusia, Dibisiki & Membisiki


Oleh Imam Ibnu Katsir

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ ٥ مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ ٦
Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia,” (QS An-Nisa: 5-6).
Terkait ٱلَّذِي يُوَسۡوِسُ فِي صُدُورِ ٱلنَّاسِ ٥  apakah ayat ini khusus untuk manusia sebagaimana yang nampak jelas dari sisi redaksinya, atau berlaku umum untuk golongan manusia dan golongan jin? Dalam hal ini terdapat dua pendapat; 1) Khusus manusia atau 2) termasuk juga golongan jin.
Menurut pendapat yang kedua, golongan jin termasuk ke dalam kata الناس (manusia) dalam konteks generalisasi. Ibnu Jarir berkata (mendukung pendapat kedua), “Dalam Al-Quran disebutkan kata رجال من الجن  (beberapa laki-laki dari golongan jin). Kata رجال telah digunakan pada mereka (jin) (padahal kata rijaalunbiasanya digunakan untuk manusia), maka tidak menjadi masalah menggunakan kata an-naas “manusia” untuk golongan jin.
Selanjutnya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ ٦
Dari (golongan) jin dan manusia,” (QS An-Naas: 6).
Ayat ini menjelaskan kata الناس (manusia) pada ayat, “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” Jadi, Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan siapa yang membisikkan kejahatan tersebut dengan firmanNya, “Dari (golongan) jin dan manusia.” Tafsir ini memperkuat pendapat yang kedua (yang mengatakan bahwa lafaz الناس dalam ayat kelimat berlaku umum untuk jin dan juga manusia).
Ada yang berpendapat bahwa ayat, “Dari (golongan) jin dan manusia” merupakan tafsir dari lafaz الذي (yang) membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia (jadi yang membisikkan kejahatan pada manusia ada dua; jin dan manusia). Pendapat ini didasarkan pada firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ ١١٢
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia),” (QS Al-An’am: 112).
Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Seseorang datang kepada Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam lalu mengadu, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku benar-benar berbicara dengan sesuatu (kepada diriku) di mana tersungkurnya aku dari langit lebih aku sukai daripada berbicara dengannya.”
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda,
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي رَدَّ كَيْدَهُ إِلَى الْوَسْوَسَةِ

“Allah Mahabesar, Allah Mahabesar. Segala puji bagi Allah yang telah mengembalikan tipu daya (setan itu) kepada bisikan (saja),” (HR Ahmad, 1: 235 dan Abu Dawud: 5112, Shahih menurut Al-Albani).
BACA JUGA:  Fiqih Islam: Tata Cara Tayamum dalam Islam

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button