Uncategorized
Kedudukan Al-Wala wal Bara di dalam Islam
Oleh Syekh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
Di antara hak tauhid adalah mencintai ahlinya, yaitu para Muwahiddin, serta memutuskan hubungan dengan para musuh-musuhnya, yaitu kaum musyrikin.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
{إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ (55) وَمَن يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ (56)} [المائدة : 55-56]
(55) Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (56) Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang,” [QS Al-Maidah: 55-56].
{۞ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَىٰ أَوْلِيَاءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ} [المائدة : 51]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim,” [QS Al-Maidah: 51].
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ…} [الممتحنة : 1]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia,” [QS Al-Mumtahanah: 1].
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ…} [الأنفال : 73]
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain,” [QS Al-Anfal: 73].
{لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ} [المجادلة : 22]
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka,” [QS Al-Mujadilah: 22].
Dari ayat-ayat di atas jelaslah tentang wajibnya loyalitas kepada orang-orang mukmin, dan memusuhi orang-orang kafir, serta wajibnya menjelaskan bahwa loyalitas kepada sesama umat Islam adalah kewajiban yang amat besar, dan loyal kepada orang kafir adalah bahaya besar.
Kedudukan Al-Wala Wal Bara di dalam Islam sangatlah tinggi, karena ia adalah tali iman yang paling kuat, sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم:
أَوْثَق عُرَى الْإِيمَانِ أَنْ تُحِبَّ فِي اللَّهِ ، وَتُبْغِضَ فِي اللَّهِ
“Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah,” [HR Ahmad: 18157].
Dan dengan Al-Wala wal Bara, kewalian Allah dapat tercapai, sebagaimana di dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahuanhu:
“Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi wala’ karena Allah, dan bermusuhan karena Allah, maka sesungguhnya hanya dengan itu kewalian Allah dapat diperoleh. Dan seorang hamba tidak akan merasakan lezatnya iman, sekalipun banyak salat dan berpuasa, sampai ia melakukan hal tersebut (cinta, benci, dan bermusuhan karena Allah). Dan telah menjadi umum persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang demikian itu tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi para pelakunya,” [HR At-Thabrani].
Maka jelaslah bahwa menjalin Wala’ atay loyalitas dan ukhuwah selain karena Allah tidak ada gunanya di sisi Allah.