Khutbah

Khutbah Jumat tentang Kehidupan Akhirat

Ust. Arfan Muhammad Arif, H.L
Khutbah Pertama

Jamaah shalat Jum’at yang berbahagia….

Sudah tidak diragukan lagi bahwa segala  yang hidup pasti akan berujung pada kematian, maka kematian merupakan akhir bagi yang hidup, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,


“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Ar-Rahman: 26-27)

Dengan demikian, bagi manusia dua tempat yaitu tempat berjalan dan persinggahan, dialah kehidupan dunia, dan tempat tinggal selamanya dan itulah alam  Akhirat. Sepanjang apapun masa kehidupan di dunia dan sepanjang apapun kehidupan mereka yang ada di dalamnya, ia hanya sebatas persinggahan semata. Orang yang berakal adalah mereka yang memandang dunia sebagai tempat untuk berbekal dan menanam untuk akhirat yang kekal. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, Di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu Telah Sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tAnda-tAnda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berpikir.” (Yunus: 24)

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al-‘Ankabut: 64)

Ali bin Abi Thalib berkata: “Dunia pergi dengan cara membelakangi, sementara akhirat pergi dengan cara menghadang, pada keduanya terdapat anak-anak, maka jadilah kalian anak-anak akhirat, dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia, karena sesungguhnya hari ini adalah amal tanpa perhitungan dan esok adalah hari perhitungan tanpa amal.” (HR. Bukhari)

“Dari Zaid bin Tsabit rhadiyallahu ‘anhu beliau berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utumanya, maka Allah akan mencerai-beraikan segala perkaranya dan menjadikan kefakiran itu tepat berada diujung kedua matanya dan tidaklah dia mendapatkan dari dunia kecuali apa yang telah ditetapkan baginya. dan barangsiapa yang niatnya untuk akhirat maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengumpulkan seluruh kebutuhannya, dan menjadikan hatinya penuh dengan kekayaan dan dia mendapatkan dunia dalam keadaan berserah diri.” (HR. Ibnu Majah)

BACA JUGA:  Khutbah Jumat: Membela Diri terhadap Kezaliman

Wahai kaum Muslimin…

Berlomba-lombalah kalian dalam beramal untuk akhirat agar  kalian mendapatkan dunia dan akhirat. Janganlah kalian terpengaruh oleh dunia yang kemudian kalian merugi di dunia dan akhirat, karena sesungguhnya dunia adalah kebun akhirat, maka jika kalian tidak menanam untuk akhirat, kalian tidak akan menuai apa-apa di kehidupan akhirat. Imam Ibnu Rajab Al-Hanbaliy ketika menjelaskan hadits Ibnu ‘Umar di mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing” beliau berkata, “Hadits ini merupakan landasan yang menjelaskan tentang pentingnya memiliki angan-angan yang pendek untuk dunia, karena tidak pantas bagi seorang yang beriman menjadikan dunia sebagai negara, tempat tinggal agar dia merasa tenang di dalamnya, tetapi seharusnya dia berada di dalamnya bagaikan berada di atas sayap perjalanan, artinya sebagai awal untuk sebuah perjalanan.” (Jami’ul ulum wal hikam)

Para hadirin sekalian…

Sesungguhnya kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya. di saat manusia menyaksikannya akan berkata, “Aku berharap untuk hidup seperti dalam kehidupanku yang dahulu”, itu disebabkan karena kehidupan akhirat adalah kehidupan abadi yang tak diputus oleh kematian. di dalamnya berbagai macam hal yang sangat disenangi oleh jiwa dan dipandang indah oleh mata, tempat selamat dari berbagai kekurangan, bencana, tiada rasa sakit di dalamnya, tiada kematian, tiada putus asa, dan tiada umur yang tua sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,

Sesungguhnya tempat untuk tongkat salah seorang dari kalian merupakan bagian dari surga, maka itu lebih baik dari dunia dan segala yang ada di atasnya.” (HR. Bukhari)

Ya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam benar, sesungguhnya tempat tongkat di dalam surga lebih baik dari seluruh dunia dari awal hingga akhirnya dan seluruh kenikmatan dan kesenangannya. Jika tempat tongkat ini lebih baik dari dunia dan seluruh isinya, lalu bagaimana Anda mengukurnya dengan seluruh penghasilan yang Anda dapatkan dalam jangka waktu  sangat sedikit di dunia?!  Jika tempat tongkat lebih baik dari seluruh isi dunia, lalu bagaimana Anda mampu mengukur kedudukan terendah di dalam surga yang jarak antara dia dengan kedudukan tertinggi sama dengan 2000 tahun perjalanan dunia, di mana tempat terjauh dapat terlihat sebagaimana tampaknya tempat terdekat?! Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika menjelaskan sifat para ahli surga dan kenikmatan yang dia dapatkan di dalamnya berfirman,


“Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),  maka dia memperoleh ketenteraman dan rezeki serta jannah kenikmatan.” (Al-Waqi’ah: 88-89)

BACA JUGA:  Khutbah Jumat: Kehidupan Setelah Mati

Dia juga berfirman,

“Dan dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera  di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang Telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan. Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai Pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.” (Al-Insan: 12-21)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kelompok pertama yang masuk ke dalam surga, wajah mereka bagaikan bulan purnama, mereka tidak meludah di dalam, mereka tidak bercerai-berai, tidak buang air (besar dan kecil) di dalamnya, tempat makan dan minum mereka terbuat dari emas, sisir-sisir mereka terbuat dari emas dan perak, bebatuan yang mereka gunakaan adalah bebatuan termewah, keringat mereka sewangi kasturi, tiap-tiap individu di antara mereka terdapat dua orang istri di mana aliran air yang mengalir di kerongkongan mereka tampak dibalik ulit mereka yang jernih disebabkan karena kecantikan mereka, tiada perbedaan dan permusuhan di antara mereka, hati mereka adalah satu dan meraka senantiasa bertasbih kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala setiap pagi dan petang.” (HR. Bukhari dan Muslim)


Khutbah Kedua

Jamaah Jumat Rahimatulullah…

Ketika kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang sesungguhnya, maka para ulama salaf Al-shalih menjadikannya sebagai ladang untuk kehidupan akhirat. Umar bin Abdul ‘Aziz dalam salah satu khutbahnya pernah berkata, “Sesungguhnya dunia bukanlah tempat kalian yang kekal, Allah telah menetapkannya untuk hancur, dan Allah telah menetapkan bahwa di antara para penghuninya ibarat seorang musafir, betapa banyak orang yang hidup dengan bangga lupa akan kehancuran, dan betapa banyak orang yang tinggal dalam keadaan mewah dan sangat sedikit yang menyadari perjalanannya, maka perbaikilah perjalanan kalian dan jadikanlah perjalanan tersebut lebih baik dari perstiwa transmigrasi, dan berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah ketakwaan.” (Jami’ Al-‘Ulum wal Hiam)

Yahya bin Muadz Al-Raziy berkata, “Dunia adalah khamar syetan, barangsiapa yang mabuk karenanya, maka dia tidak akan sadar kecuali dia dalam keadaan  sakaratul maut dalam keadaan menyesal dan bersama dengan oraang-orang yang merugi.”

BACA JUGA:  Dosa Besar 10: Tidak Berpuasa Ramadan tanpa Uzur (Khutbah Jumat)

Habib Abu Muhammad senantiasa bernasihat setiap hari sebagaimana nasihat Al-Muhdhar akan kematiannya, pemandiannya, dan lain sebagianya. di mana setiap pagi dan sore beliau senantiasa menangis, kemudian istri beliau ditanya akan sebab dari tangisannya tersebut, istrinya menjawab, “Demi Allah, beliau merasa jika hidup di sore hari, maka beliau takut tidak lagi bisa berada pada sore hari. dan jika berada di pagi hari beliau takut tidak bisa lagi berada pada sore hari.”

Setiap kali Muhammad bin Wasi’ hendak tidur beliau berkata kepada keluarganya, “Aku meninggalkan Allah bagi kalian, sebab jangan sampai aku tertidur lalu tidak bangun kembali,” hal ini telah menjadi kebiasaan beliau setiap kali hendak tidur.

Abu Bakar Al-Muzaniy berkata, “Jika seseorang di antara kalian mampu untuk tidak tidur terlebih dahulu sebelum menuliskan seluruh janjinya, maka hendaklah dia kerjakan, sebab dia tidak mengetahui jangan sampai dia tidur sebagai penghuni dunia dan bangun sebagai penghuni akhirat.”

Uwais Al-Qarniy, jika dikatakan kepadanya, ‘Bagaimana engkau menghabiskan waktu? Beliau menjawab, “Bagaimana mungkin seseorang dapat menghabiskan waktunya sementara ketika dia berada di sore hari dia menganggap dirinya tidak lagi berada di pagi hari, dan jika berada di pagi hari dia mengaggap dirinya tidak lagi berada di sore hari, dan apakah dia mendapat berita gembira surga atau neraka?”

Adakah  di antara kita orang yang tidak menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat?! Adakah di antara kita orang yang rela dengan segala bentuk kesenangan dunia yang fana ini, lalu merugi di akhirat yang merupakan kehidupan yang sesungguhnya?!. Adakah di antara kita orang yang tidak ingin menjadi ahli surga di akhirat?!.

Karena itu wahai kaum Muslimin, berbekallah kalian. Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan ketahuilah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjanjikan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat bagi Mukmin yang senantiasa beramal sebagaimana dalam firman-Nya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97)

Doa penutup…

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button