Aqidah
Agama Syiah: Etimologi, Terminologi, dan Sejarah Kemunculannya
Agama Syiah secara Etimologi (Bahasa)
Secara bahasa atau etimologi, syiah bermakna Al-Atba’u (pengikut), al-ansharu (penolong), dan al-khassatu (teman dekat).
Pemakaian nama syiah di dalam Al-Quran
Kata syiah dan turunannya yang bermakna secara bahasa, yang termaktub dalam Al-Quran al-Karim adalah:
1. Secara bahasa, Syiah bermakna firqah (kelompok), umat atau jamaah (kumpulan) orang. Allah ﷻberfirman:
ثُمَّ لَنَنْزِعَنَّ مِنْ كُلِّ شِيْعَةٍ اَيُّهُمْ اَشَدُّ عَلَى الرَّحْمٰنِ عِتِيًّا ۚ
ṡumma lananzi’anna ming kulli syī’atin ayyuhum asyaddu ‘alar-raḥmāni ‘itiyyā
Kemudian pasti akan Kami tarik dari setiap syiah siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, (Quran Surat Maryam Ayat 69).
Maksud dari “setiap syiah” adalah “dari setiap kelompok jemaah dan umat.”
2. Secara bahasa, Syiah bermakna firqah (golongan). Allah ﷻberfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَانُوْا شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِيْ شَيْءٍۗ
innallażīna farraqụ dīnahum wa kānụ syiya’al lasta min-hum fī syaī`,
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi Syiah-syiah, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka, (Quran Surat Al-An’am Ayat 159)
Maksud dari “Mereka menjadi Syiah-syiah” adalah golongan-golongan.
Referensi: Tafsir Al-Manar: VIII/214
3. Secara bahasa, Syiah bermakna serupa. Allah ﷻberfirman:
وَلَقَدْ اَهْلَكْنَآ اَشْيَاعَكُمْ فَهَلْ مِنْ مُّدَّكِرٍ
wa laqad ahlaknā asy-yā’akum fa hal mim muddakir
Dan sungguh, telah Kami binasakan Asy-Syiah dari kalian. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (Quran Surat Al-Qamar ayat 51).
Maksud dari “Asy-Syiah dari kalian” adalah “yang serupa dengan kalian dalam kekufuran, dari umat-umat yang terdahulu.”
Referensi: Jamiul Bayan: XXVII/112
4. Secara bahasa, Syiah bermakna pengikut, teman dekat, dan penolong. Allah ﷻberfirman:
وَدَخَلَ الْمَدِيْنَةَ عَلٰى حِيْنِ غَفْلَةٍ مِّنْ اَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيْهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلٰنِۖ هٰذَا مِنْ شِيْعَتِهٖ وَهٰذَا مِنْ عَدُوِّهٖۚ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِيْ مِنْ شِيْعَتِهٖ عَلَى الَّذِيْ مِنْ عَدُوِّهٖ ۙفَوَكَزَهٗ مُوْسٰى فَقَضٰى عَلَيْهِۖ قَالَ هٰذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِيْنٌ
wa dakhalal-madīnata ‘alā ḥīni gaflatim min ahlihā fa wajada fīhā rajulaini yaqtatilāni hāżā min syī’atihī wa hāżā min ‘aduwwih, fastagāṡahullażī min syī’atihī ‘alallażī min ‘aduwwihī fa wakazahụ mụsā fa qaḍā ‘alaihi qāla hāżā min ‘amalisy-syaiṭān, innahụ ‘aduwwum muḍillum mubīn
Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari Syiahnya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Fir‘aun). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata, “Ini adalah perbuatan setan. Sungguh, dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan,” (Quran Surat Al-Qasas ayat 15).
Referensi: Tahdzib Al-Lughah: III/63
Agama Syiah secara Terminologi (Istilah)
Tentang definisi syiah, ada perbedaan pendapat:
1. Syiah adalah setiap orang yang berwali kepada Ali dan Ahli Baitnya. Sebagaimana perkataan Al-Fairuz Abadi, “Nama ini sesungguhnya telah umum atas setiap orang yang berwali kepada Ali dan Ahli Baitnya, sehingga jadilah nama khusus bagi mereka.”
2. Syiah adalah orang-orang yang menolong Ahli Bait dan meyakini Imamahnya Ali, dan Khalifah yang sebelum beliau adalah menzalimi beliau.
3. Syiah adalah orang-orang yang lebih mengutamakan Ali daripada Utsman.
4. Syiah adalah setiap kelompok yang mengutamakan Ali atas Khalifah Ar-Rasyidin sebelumnya, dan ia berpendapat bahwa Ahlul Bait adalah orang yang paling berhak menjadi khalifah.
Dari empat pendapat di atas, pendapat yang paling rajih adalah pendapat keempat, karena kesesuaiannya dengan konteks syiah sebagai suatu kelompok yang mempunyai pemikiran-pemikiran dan ideologi-ideologi.
Referensi: Firaqun Mu’ashirah: II/132-133
Sejarah Munculnya Agama Syiah
Ada perbedaan pendapat tentang periode munculnya Syiah.
1. Syiah muncul sejak zaman Rasulullah, ketika mereka menyeru kepada persatuan dan kelompok Ali
Pendapat ini dijadikan dalil oleh Muhammad Husain Az-Zainu, dari kalangan ulama Syiah dan lainnya.* Dalil ini disebutkan juga oleh An-Naubakhti dalam kitab Firaq-nya** dan dita’kidkan oleh Al-Khumaini*** pada masa kita sekarang. Bahkan Hasan Asy-Syairazi berpendapat, “Islam tidak lain hanyalah Syiah, dan Syiah tidak lain adalah Islam. Islam dan Syiah adalah dua nama yang sama, karena hakikat yang satu yang telah Allah turunkan dan telah disebarkan oleh Rasulullah.”****
Referensi:
– Asy-Syiah Wa At-Tasyayu: 19
– Firaqu Asy-Syiah li An-Naubakhti: 39
– Al-Khumah Al-Islamiyah: 136
– As-Salamu Al-Husainiyah: 11
2. Syiah muncul ketika Perang Jamal, yaitu ketika Ali, Thalhah, dan Zubair saling Bertempur
Pendapat ini dijadikan dalil oleh Ibnu An-Nadaim, beliau berkata, “Orang yang berjalan dan mengikuti Ali dijuluki Syiah mulai saat itu.”
Referensi: Al-Fahrasat Li Ibni An-Nadaim: 249
3. Syiah muncul pada saat Perang Shiffin
Ini adalah pendapat sebagian ulama Syiah, sebagaimana pendapat Al-Khunsari, Abu Hamzah, dan Abu Hatim, begitu juga para ulama lainnya, seperti Ibnu Hazm dan Ahmad Amin.
Referensi: Asy-Syiah Wa At-Tasyayu: 25
4. Syiah muncul setelah terbunuhnya Husain bin Ali
Ini adalah pendapat Kamal Mustafa Asy-Syaibi, dia adalah orang Syiah dan berpendapat bahwa Syiah muncul setelah terbunuhnya Husain.
Referensi: Ash-Shilatu Baina At-Tasawuf wa At-Tasyayu: 23
5. Syiah muncul pada akhir kepemimpinan Utsman dan kuat pada masa Ali
Adapun pendapat pertama, yaitu yang mengatakan bahwa Syiah itu sudah ada sejak zaman Nabi, adalah pendapat yang melampaui batas, bohong, dan tidak dapat diterima oleh nalar maupun ucapan, karena Rasulullah ﷺdiutus oleh Allah untuk mengeluarkan manusia dari kezaliman menuju cahaya, dan dari paganisme kepada tauhid.
Adapun pendapat yang benar adalah pendapat yang ketiga, yaitu yang berpendapat bahwa Syiah muncul setelah perang Shiffin, yaitu ketika pecahnya khawarij dan berkumpulnya mereka di Nahrawain.
Referensi Firaqun Mu’ashirah: II/134-135
Ditulis ulang dari buku Dirasatul Firaq yang disusun oleh Tim Ulin Nuha Ma’had Aly An-Nur