Fiqih

Sighah atau Lafaz Transaksi Jual Beli dalam Syarah Al-Mumti ‘ala Zadil Mustaqni

Pembaca rahimakumullah, berikut adalah ringkasan dan penjelasan dari Zadul Mustaqni di dalam Syarah Al-Mumti karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Kita akan membahas sighah atau lafaz transaksi jual beli. Teruskan membaca!

Matan Zadul Mustaqni

Tertulis di dalam Zadul Mustaqni Kitabul Bai:

وهي الصيغة القولية وبمعاطاة وهي الفعلية

Lafaz transaksi jual beli ada dua, yaitu shigah qauliyah dan pemberian atau yang disebut dengan shigah fi’liyah.

Penjelasan Matan

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata:

إذًا للعقد صيغتان: صيغة قولية، وصيغة فعلية

Jadi, aqad atau transaksi jual beli memiliki dua macam lafaz atau sighah, yaitu shigah qauliyah (perkataan) dan shigah fi’liyah (perbuatan).

Kata Syaikh:

الصيغة القولية هي الإيجاب والقبول

Shigah qauliyah adalah ijab dan qabul.

الصيغة الفعلية هي المعاطاة، وهي أن يعطي كل واحد الثاني بدون قول

Shigah fi’liyah artinya saling memberi, maksudnya setiap pihak saling memberi kepada pihak kedua tanpa ada perkataan.

ولها ثلاث صور

Muathah atau saling memberi ini ada tiga jenis:

الأولى: أن تكون معاطاة من الجانبين

Pertama: Muathah atau saling memberi itu dari kedua belah pihak (penjual dan pembeli).

الثانية: أن تكون معاطاة من البائع

Kedua: Muathah atau pemberian dari penjual (kemudian pembeli mengucapkan dengan kata-kata, misal, saya terima).

والثالثة: أن تكون معاطاة من المشتري

Ketiga: Muathah atau pemberian dari pembeli (penjual memberi barang kepada pembeli tanpa kata-kata, kemudian pembeli memberikan uang sambil mengucapkan kata-kata).

والخلاصة: أن لعقد البيع صيغتين: قولية وفعلية.

Maka kesimpulannya: Bahwa akad jual beli itu ada dua macam sighah (lafaz), yaitu qauliyah (perkataan) dan fi’liyah (perbuatan).

القولية: هي الإيجاب والقبول

Qauliyah maksudnya ijab dan qabul.

والإيجاب هو اللفظ الصادر من البائع أو من يقوم مقامه

Ijab adalah lafaz yang muncul dari penjual atau dari wakilnya.

والقبول هو اللفظ الصادر من المشتري أو من يقوم مقامه، وقد ذكرنا شروط القبول

Qabul adalah lafaz yang muncul dari pembeli atau dari wakilnya dan di bagian sebelumnya sudah kita bahas syarat qabul.

وأما الصيغة الثانية فهي الصيغة الفعلية وهي المعاطاة

Adapun sighah yang kedua adalah sighah fi’liyah, yaitu muathah.

BACA JUGA:  Hukum Makan-Makan dengan Orang Kafir

Mengapa di dalam lafaz jual beli tidak sak-klek (letterleg) dan cenderung bebas? Dijelaskan oleh Syaikh Muhamamd bin Shalih Al-Utsaimin mengutip dari Ar-Raudh Ma’a Hasiyah Ibnul Qasim: 4/331):

وعلل الشارح (١) بعلة ينبغي أن نفهمها قال: «لعدم التعبد فيه»، أي: لأنه لا تعبد بالصيغة، فكل ما دل على العقد فهو عقد

Pensyarah Zadul Mustaqni berkata bahwa dalam masalah ini ada illat (argumen/alasan) yang hendaknya kita pahami, bahwa “(Di dalam lafaz transaksi jual beli) tidak ada unsur ta’abbudiyah atau ibadah).” Jadi, karena tidak ada unsur ibadah di dalamnya, sehingga mengharuskan adanya lafaz-lafaz tertentu, maka apa saja yang menunjukkan pada suatu aqad, maka itu disebut aqad (transaksi).

Wallahu’alam bish shawwab

Karangasem, 13 September 2023

Irfan Nugroho (Staf Pengajar di PPTQ At-Taqwa Sukoharjo)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button