Tafsir

Aisarut Tafasir: Surat An-Nas dan Pelajaran darinya

Pembaca rahimakumullah, berikut adalah terjemahan dari Khulashah Tafsir min Kitab Aisarut Tafasir. Pada pelajaran kali ini, kita akan belajar tentang tafsir mudah dan ringkas dari QS An-Nas dan pelajaran yang bisa diambil darinya. Semoga bermanfaat!

Sebelum masuk ke materi Aisarut Tafasir tentang QS An-Nas, silakan baca juga Tafsir Muharar QS An-Nas tentang:

BUNYI SURAT AN-NAS

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

قُلْ

katakanlah

أَعُوذُ

aku berlindung

بِرَبِّ

Tuhannya

ٱلنَّاسِ

manusia

مَلِكِ النَّاسِ

مَلِكِ

Rajanya

ٱلنَّاسِ

Manusia

إِلَٰهِ النَّاسِ

إِلَٰهِ

Tuhannya

ٱلنَّاسِ

Manusia

مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ

مِن

dari

شَرِّ

kejahatan

ٱلْوَسْوَاسِ

pembisik

ٱلْخَنَّاسِ

menunggu-nunggu/bersembunyi

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ

ٱلَّذِى

yang

يُوَسْوِسُ

membisik-bisikan

فِى

dalam

صُدُورِ

dada

ٱلنَّاسِ

Manusia

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

مِنَ

dari

ٱلْجِنَّةِ

jin

وَٱلنَّاسِ

dan manusia

TAFSIR SURAT AN-NAS

Berikut adalah tafsir surat An-Nas seperti yang ditulis oleh Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi di dalam Aisarut Tafasir:

أَعُوذُ: أَيْ أَتَحَصَّن[1] وَأَسْتَجِيرُ[2]

Audzu atau aku berlindung maksudnya, “Saya berlindung di balik benteng dan meminta keselamatan.”

بِرَبّ النَّاسِ: أَيْ خَالِقِهِمْ وَمَالِكِهِمْ

Birabbi an-naas atau kepada Tuhannya manusia maksudnya, “Yang menciptakan mereka dan Raja bagi mereka.”

مَلِكِ النَّاسِ: أَيْ سَيِّدِ النَّاسِ وَمَالِكِهِمْ وَحَاكِمِهِمْ

Maliki An-Nas atau Rajanya manusia maksudnya, “Tuan bagi para manusia, Raja bagi para manusia, Hakim bagi para manusia.”

إِلَهِ النَّاسِ: أَيْ مَعْبُودِ النَّاسِ بِحَقٍّ إِذْ لَا مَعْبُودُ سِوَاهُ

Ilahi An-Nas, atau Ilah bagi para manusia, maksudnya, “Sesembahan yang benar bagi para manusia, karena tidak ada sesembahan (yang benar) selain Allah.”

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ: أَيْ مِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ سَمَّى بِالْمَصْدَرِ لِكَثْرَةِ مُلَابَسَتِهِ لَهُ

Dari kejahatan pembisik, maksudnya, “Dari kejahatan setan. Kata syaithan terbentuk dari kata bentukannya karena syaithan selalu (sering) membuat kejahatan.

الْخَنَّاسِ: أَيْ اَلَّذِي يَخْنِسُ وَيَتَأَخَّر عَنْ الْقَلْبِ عِنْدَ ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى

Al-Khannas atau yang menunggu-nunggu atau bersembunyi, maksudnya, “Yang bersembunyi dan menjauh dari hati ketika seseorang mengingat Allah ta’ala.

فِي صُدُورِ النَّاسِ: أَيْ فِي قُلُوبِهِمْ إِذَا غَفَلُوا عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ تَعَالَى

Di dada manusia, maksudnya, “Di hati mereka, ketika mereka lalai dari berzikir kepada Allah taala.

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ: أَيْ مِنْ شَيْطَانِ اَلْجِنِّ وَمِنْ شَيْطَانِ الْإِنْسِ

Dari jin dan manusia, maksudnya, “Dari setan jin dan setan manusia.”

BACA JUGA:  Kriteria Memilih Teman dan Adab Berteman – Mukhtashar Minhajul Muslim

PELAJARAN SURAT AN-NAS

Pelajaran yang bisa diambil dari Surat An-Nas, menurut Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi adalah sebagai berikut:

وُجُوبُ الِاسْتِعَاذَةِ بِاللَّهِ تَعَالَى مِنْ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ.

Wajibnya istiadzah (meminta perlindungan) kepada Allah ta’ala dari setan manusia dan jin.

تَقْرِيرُ رُبُوبِيَّةِ اللَّهِ تَعَالَى وَأُلُوهِيَّتهَ عَزَّ وَجَلَّ.

Penegasan konsep Rububiyah Allah ta’ala, serta Uluhiyah-Nya azza wa jalla.

بَيَانُ لَفْظِ الِاسْتِعَاذَةِ وَهُوَ أَعُوذ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ كَمَا بَيَّنَتْهُ السَّنَةُ الصَّحِيحَةُ إِذْ تَلَاحِىْ رَجُلَانِ فِي الرَّوْضَةِ النَّبَوِيَّةِ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ

Penjelasan tentang lafaz Istiadzah, yaitu “Audzu billahi minasy syaithanir rajim,” sebagaimana yang dijelaskan di dalam sunah yang sahih ketika ada dua orang yang bertikai di Ar-Raudah Nabawiyah, maka Nabi ﷺ bersabda:

إِنِّي أَعْلَمَ كَلِمَةَ لَوْ قَالَهَا هَذَا لَذَهَبَ عَنْهُ أَيُّ الْغَضَبَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat jika kalau dibaca bisa menghilangkan amarahnya. Yaitu membaca: “A‘ūdzu Billāhi Min-asy-Syaithān-ir-Rajīm.”

Wallahua’lam

Karangasem, 22 Juli 2024

Irfan Nugroho (Staf Pengajar di PPTQ At-Taqwa dan RQ Irmas Bani Saimo Suro Karyo Sukoharjo)

CATATAN KAKI

[1] Dari kata حَصَّنَ – يُحّصِّنُ  yang berarti membentengi.

[2] Dari kata أجار – يُجِيْرُ yang berarti melindungi, menjaga, berteduh, membantu, membebaskan, menolong, dan menyelamatkan.

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button