Fiqih

Tauhid Rububiyah dan Pengakuan orang-orang Musyrik terhadapnya

Photo: Wikipedia.Org

Oleh Sheikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam rububiyah, ikhlas beribadah kepadaNya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Dengan demikian, tauhid ada tiga macam: tauhid Rububiyah, Rauhid Uluhiyah, serta tauhid Asma’ wa Sifat. Setiap macam dari ketiga macam tauhid itu memiliki makna yang harus dijelaskan agar perbedaan antara ketiganya menjadi terang.

Pertama: Tauhid Rububiyah
Yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Allah berfirman:

“Allah menciptkan segala sesuatu…” (Az-Zumar: 62).

Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang, dan makhluk lainnya. Allah berfirman:

“Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh),” (Huud: 6).

[709]  yang dimaksud binatang melata di sini ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.
[710]  menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim.

Dan bahwasanya Allah adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta, Allah yang mengangkat dan menurunkan. Allah Yang Memuliakan dan Menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang dan malam, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Allah berfirman:

“Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup[191]. dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas),” (Ali Imran: 26-27)

BACA JUGA:  Kalau Ikhlas, Apakah Utang Riba Jadi Halal?
[191]  sebagian Mufassirin memberi misal untuk ayat Ini dengan mengeluarkan anak ayam dari telur, dan telur dari ayam. dan dapat juga diartikan bahwa pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu umat adalah menurut hukum Allah.

Allah telah menafikkan sekutu atau pembantu dalam kekuasaanNya. Sebagaimana Allah menafikkan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki. Allah berfirman:

“Inilah ciptaan Allah, Maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang Telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang- orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata,” (Luqman: 11)

“Atau siapakah dia yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezki-Nya? Sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?” (Al Mulk: 21)

Allah menyatakan pula tentang keesaanNya dalam rubibiyahNya atas segala alam semesta. Allah berfirman:

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta Alah,” (Al-Fatihah: 2).

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang Telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas ‘Arsy[548]. dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam,” (Al-A’raaf: 54).

[548]  bersemayam di atas ‘Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

Allah menciptakan semua makhlukNya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyahNya. Bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah juga mengakui keesaan rububiyahNya.

“Katakanlah: “Siapakah yang Empunya langit yang tujuh dan yang Empunya ‘Arsy yang besar? Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak bertakwa? Katakanlah: “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “(Kalau demikian), Maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (Al-Mu’minun: 86-89).

Jadi jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya. Ahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebhi fitrah pengakuan terhadap yang lainNya. Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah:

BACA JUGA:  7 Syarat Pemimpin di dalam Islam Menurut Imam Al-Mawardi

“Berkata rasul-rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan (siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?” mereka berkata: “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, Karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata,” (Ibrahim: 10).

Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun. Namun demikian, di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa kepadanya:

“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu Telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan Sesungguhnya Aku mengira kamu, Hai Fir’aun, seorang yang akan binasa,” (Al-Isra: 102).

Allah juga menceritakan tentang Firaun dan kaumnya:

“Dan mereka mengingkarinya karena kedzhaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya,” (An-Naml: 14).

Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di zaman ini, seperti komunis. Mereka hanya menampakkan keingkaran karena kesombongannya. Akan tetapi pada hakikatnya, secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada yang membuatnya, dan tidak ada pengaruh pun kecuali pasti ada yang mempengaruhinya. Firman Allah:

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka Telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan),” (At-Thuur: 35-36).

Perhatikanlah alam semesta ini, baik yang di atas maupun yang di bawah dengan segala bagian-bagiannya. Anda pasti mendapati semua itu menunjukkan kepada Pembuat, Pencipta, dan Pemiliknya. Maka mengingkari di dalam akal dan hati terhadap pencipta ini semua sama halnya mengingkari ilmu itu sendiri dan mencampakkannya, keduanya tidak berbeda.

Adapun pengingkaran adanya Tuhan oleh orang-orang komunis saat ini hanyalah karena kesombongan dan penolakann terhadap hasil renungan dan pemikiran akal sehat. Siapa yang seperti ini sifatnya maka dia telah membuang akalnya dan mengajak orang lain untuk menertawakan dirinya. Wallahu’alam bish shawwab.

BACA JUGA:  Minhajul Muslim: Sunah Muakadah dan Gairu Muakadah Salat

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button