Awalnya Meremehkan Shalat, Lalu Meninggalkannya…
Irfan NugrohoPernahkah terbayang olehmu, nak… Bahwa suatu saat engkau akan dipanggil untuk menghadap (menemui) bapak presiden di Istana Kepresidenan?
Apalagi jika ternyata beliau memanggilmu untuk memberimu sejumlah uang yang jarang-jarang kau pegang.
Senang, bukan? Lantas, akankah kau datang terlambat jika juru protokoler kepresidenan memintamu untuk datang tepat waktu? Hmm… Ga, kan?
Maka kemudian, nak… Ingatlah bahwa posisi Allah tentu jauh lebih segala-galanya jika dibandingkan dengan sosok manusia lemah yang kemudian dipanggil dengan julukan ‘presiden.’
Maka kemudian, kenapa kau masih juga menunda-nunda, bermalas-malasan, dan meremehkan panggilan-Nya?
Panggilan untuk melaksanakan sebuah aktivitas sakral, yang jauh lebih utama daripada sekedar protokoler kepresidenan dalam Istana Negara.
Inilah panggilan shalat wajib lima waktu, nak… Panggilan yang ternyata sering kau remehkan, kau hiraukan, kadang kau lupakan, dan kadang pula kau tinggalkan.
Seandainya Islam ini adalah sebuah bangunan, maka Shalat adalah tiang penyangga bangunan ini karena Rasulullah menggambarkan demikian,
“Puncak segala sesuatu adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak tertingginya adalah jihad fie sabilillah…” (HR Tirmidzi).
Inilah penyangga keislamanmu, nak… Bayangkan bagaimana jadinya bila sebuah bangunan ditopang oleh tiang-tiang yang tidak kokoh, reyot, dan lapuk?
Bukan tidak mungkin bangunan itu rubuh, bisa karena gempa, atau bahkan hanya karena hembusan angin saja.
Demikianlah sedikit gambaran tentang pentingnya shalat, nak…
Inilah pentingnya shalat, sehinggak ketika engkau melaksanakannya dengan malas-malasan atau karena ingin pamer, maka engkau akan dikatakan munafik.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud pamer dihadapan manusia,” (An-Nisa: 42).
Inilah pentingnya shalat, nak… Hingga kemudian jika engkau meremehkannya, lalu meninggalkannya, dan terbiasa meninggalkannya, maka engkau layak dikatakan kafir, atau “tak tersisa Islam sama sekali dalam benakmu,” (sebagaimana perkataan Umar Bin Khattab ketika menjelaskan hadist berikut).
“Perjanjian antara kita (Rasulullah dan orang-orang beriman) adalah shalat. Siapapun yang meninggalkannya, maka ia telah kafir (keluar dari iman dan tidak mempunyai keimanan di dalam dirinya),” (HR Ahmad & Tirmidzi).
Maka kemudian, nak… Shalat adalah ibadah yang sangat penting. Sangat penting hingga jika kau shalat dengan bermalas-malasan, engkau dijuluki munafik; dan jika kau meninggalkannya, engkau menjadi kafir.
Jangan sekali-kali engkau meremehkannya, nak…
Jika urusan yang maha penting ini saja kau remehkan, maka kelak engkau juga akan meremehkan hal-hal yang lain. Jadi, seriuslah! Jangan kau remehkan shalat, nak…
Wallahu alam bish shawab.
Shalat adalah ibadah yang sangat penting. Sangat penting hingga jika kau shalat dengan bermalas-malasan, engkau dijuluki munafik; dan jika kau meninggalkannya, engkau menjadi kafir.
terima kasih atas nasihatny pak… subhanallah jadi terenyuh n ucapkan istighfar jk t'lh lalai dalam solatsalam blogger^^
memang sesuatu amalan ditinggalkan karena merasa hal itu tidak penting atau diremehkan. Sebuah kebiasaan akan memudar jika tidak ada upaya utk membiasakannya. Tausiyah yg bagus sob, keep posting ya 🙂
postingan yg menarik, gan..terimakasih..