Karena Setiap Yang Bernyawa Pasti Mati, Jangan Tunda Shalat
Irfan Nugroho
Adzan Subuh telah berkumandang dan pertandingan sepakbola Liga Champions sedang berlangsung hingga membuat seorang munafik merasa berat untuk melaksanakan shalat Subuh.
Ketahuilah bahwa tak seorang pun mampu menjamin apakah ia masih akan tetap hidup saat selesai pertandingan tersebut karena ‘Setiap yang bernyawa pasti mati,” (Ali Imran: 185).
Sungguh ‘mati mendadak adalah penyesalan bagi orang yang durhaka (terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya),’ (HR Ahmad).
Kala itu adzan Dzuhur berkumandang, dan mereka ingin ‘memaksimalkan’ jam istirahat makan siang dengan menunda shalat Dzuhur.
Maka ketahuilah bahwa tak satu pun manusia mampu menjamin mereka akan tetap hidup hingga selesai jam makan siang karena ‘Setiap yang bernyawa pasti mati,’ (Ali Imran: 185).
Sungguh ‘mati mendadak adalah penyesalan bagi orang yang durhaka (terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya),’ (HR Ahmad).
Adzan Ashar berkumandang, dan orang yang menyia-nyiakan amal kebaikannya memutuskan untuk shalat di rumah saja karena jam kantor segera selesai.
“Barangsiapa meninggalkan shalat Ashar, maka sia-sialah amal kebaikannya,” (HR Bukhari).
Lantas ketahuilah bahwa tak satu pun orang mengetahui apakah mereka akan selamat dalam perjalanan pulang karena ‘Setiap yang bernyawa pasti mati,” (Ali Imran: 185).
Sungguh ‘mati mendadak adalah penyesalan bagi orang yang durhaka (terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya),’ (HR Ahmad).
Adzan Maghrib telah didengungkan, dan orang-orang munafik sedang bermalas-malasan untuk menjalankan shalat.
Mereka masih asyik bercengkrama dengan teman sebaya, melepas lelah setelah capai bermain sepakbola di sore hari.
Maka ketahuilah bahwa tak ada yang mengetahui apakah mereka masih akan tetap hidup setelah lelahnya hilang karena ‘Setiap yang bernyawa pasti mati,’ (Ali Imran: 185).
Dan sungguh, ‘mati mendadak adalah penyesalan bagi orang yang durhaka (terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya),’ (HR Ahmad).
Adzan Isya’ akhirnya berkumandang, dan ‘kotak idiot’ televisi itu terus saja dinikmati oleh orang-orang munafik yang senantiasa merasa berat untuk menjalankan shalat Isya.
Ketahuilah bahwa bisa saja mereka mati di depan televisi dalam keadaan meninggalkan shalat Isya,’ karena ‘Setiap yang bernyawa pasti mati,’ (Ali Imran: 185).
Dan ketahuilah bahwa ‘Mati mendadak adalah penyesalan bagi orang yang durhaka (terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya),’ (HR Ahmad).
Nak, orang-orang tersebut masih muda, mereka juga sehat, dan sebenarnya mereka mampu untuk memenuhi panggilan shalat, panggilan menuju kemenangan tepat pada waktunya.
Maka alasan apa yang membuat mereka menghiraukan kumandang adzan, dan harus menunda-nunda amalan yang menjadi tiang Dienul Islam ini jika ternyata maut bisa datang kapan saja karena “setiap yang bernyawa pasti mati,” (Ali Imran: 185).
Nak, “Mati mendadak adalah kesenangan bagi orang-orang yang beriman dan penyesalan bagi orang-orang yang durhaka (terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya),” (HR Ahmad).
Nak, inilah sebuah penyesalan di Akhirat kelak, yakni “Pada hari ketika betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk sujud, namun mereka tidak mampu melakukannya. Pada saat itu, pandangan mereka tertunduk penuh hina. Dan (ketahuilah) sesungguhnya mereka dulu (ketika masih hidup di dunia) diseru untuk bersujud, dan (saat itu) mereka dalam keadaan sejahtera,” (Al-Qalam: 42-43).
“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (Ibrahim: 40). (26 Rabi’ul Akhir 1433 H)
“Pada hari ketika betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk sujud, namun mereka tidak mampu melakukannya. Pada saat itu, pandangan mereka tertunduk penuh hina. Dan (ketahuilah) sesungguhnya mereka dulu (ketika masih hidup di dunia) diseru untuk bersujud, dan (saat itu) mereka dalam keadaan sejahtera,” (Al-Qalam: 42-43).
assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh …ijin share gan, ane baru nemu tadi di grup arrahmah, salam ukhuwah
bagus nih artikelnya :)share terus yg bermanfaat ya sobat 🙂