Sadarlah Terhadap Dirimu Sendiri
Oleh Imam Ibnul Jauzi
Ketahuilah wahai saudaraku dan siapa saja yang mau mendengar nasihatku, dosa mempunyai dampak yang buruk. Dan pahitnya dampak ini lebih parah berlipat-lipat kali dibandingkan kenikmatannya, serta Dzat Yang akan membalas selalu mengintai. Tak ada yang bisa mendahului-Nya, dan tak ada yang luput dari-Nya.
Maka sungguh sangat mengherankan orang yang menyalahi dirinya sendiri. Dia membuat dirinya sendiri ridha dengan syahwat, kemudian dia mencari keridhaan Tuhannya dengan ketaatan, lalu dia berkata, “Satu kebaikan dan satu keburukan.”
Celaka engkau! Engkau menafkahkan dari kantongmu, namun dari barangmu pula engkau menghancurkan, dan engkau telah mencoreng rona kedudukanmu sendiri. Berapa banyak luka yang membawa kematian, berapa banyak kesalahan yang membawa kebinasaan, dan berapa banyak orang yang tidak bisa menyepelekan tidak bisa lagi tertolong.
Celaka engkau! Sadarlah terhadap dirimu sendiri! Apa lagi yang engkau tunggu untuk taubatmu? Apa yang engkau nantikan untuk kembali padaNya? Apa kamu menunggu meratanya uban? Lihatlah, Dia telah membuat tulang badan menjadi rapuh. Bukankah setelah kepergian istri, anak, dan kerabat, melainkan pasti akan tiba pula masanya engkau menyusul mereka?!
Taruhlah misalnya apa yang engkau angankan dari dunia ini sudah terwujud, lalu setelah itu apa? Bisa jadi itu datang dengan cepat, lalu itu pun akan menyibukkan dirimu dengan segera juga, lalu tetesan kenikmatan akan berakhir juga dengan sesuatu yang tersemat di tenggorokan. Atau bisa jadi engkau akan berpisah, meninggalkan orang yang kamu cinta, atau dialah yang akan meninggalkanmu. Duhai, sungguh tegukan yang sangat pahit, di mana saat itu engkau ingin sekiranya engkau sama sekali tidak pernah ingin melihatnya!
Duhai celaka bagi orang yang amalnya tertutup sehingga tidak bisa merenung, dan bagi orang yang terhalang untuk mengambil air, padahal dia bisa melihat mata airnya! Tidakkah dalam kubur-kubur itu terdapat peringatan? Tidakkah dalam berlalunya masa itu terdapat yang bisa menghentikannya dari lalai? Di manakah orang yang bisa memiliki dan menggapai angan-angan yang dia angankan?
Dengan wajah seperti apa engkau akan bertemu Tuhanmu? Apakah hawa nafsu yang berhasil kau gapai bisa menyamai kata teguran?
Demi Allah, sesungguhnya bila engkau diberi kebaikan setelah mendapat teguran, mungkin saja engkau belum secara sempurna mencabut kebencian dari hati yang paling dalam. Lalu bagaimanakah bila teguran itu malah disusul oleh hukuman?! Wallahu alam bish shawwab