Uncategorized

Sisi Negatif Dunia #2: Dunia itu Sedikit

Oleh Ziyad Abu Irsyad
Sesungguhnya nikmat dunia yang nampak pada kita begitu banyak ini, yang terhampar dari ujung timur hingga ujung barat ini, pada hakekatnya adalah nikmat duniawi yang jumlahnya hanya sedikit sekali jika dibandingkan dengan nikmat akhirat. Sangat jauh sekali perbandingannya hingga beribu-ribu bahkan berjuta kali lipat. 
Hal itu sebagaimana yang diberitakan oleh Allah dalam firmanNya:
Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit), (QS: Ar-Ra’du: 26).
Allah juga berfirman;
Apakah kamu lebih menyenangi kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit, (At taubah: 38).
Inilah pernyataan Allah yang ditujukan langsung kepada kita bahwa kehidupan nikmat dunia itu sejatinya sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan nikmat di kehidupan akherat.
Ya, hanya sedikit saja. Coba bayangkan, itu perbandingan untuk seluruh dunia dan seisinya, lalu seberapa perbandingan harta dunia yang kita miliki? Jika semua harta dunia yang kita miliki dari usaha dan kerja keras kita dari sejak kita lahir hingga mati nanti dikumpulkan lalu kita bandingkan dengan harta dunia yang tersisa maka tidak ada seberapanya, tidak ada seujung jarinya, atau dibandingkan dengan para milyuner dan jutawan, sudah tentu tidak ada apa-apanya. Apalagi jika dibandingkan dengan nikmat akherat. Sangat dan sangat jauh wahai saudaraku.
Begitu sedikitnya nikmat dunia hingga Rasulullah mengumpamakan dalam haditsnya;
((ما الدنيا في الآخرة إلا كما يدخل أحدكم أصبعه في اليم فلينظر بما ترجع))
[أحمد والترمذي عن المستورد بن شداد]
 
Tidaklah dunia dibanding akhirat melainkan seperti salah seorang dari kalian yang memasukkan jemarinya ke dalam lautan, lalu lihatlah jemari itu dengan air yang bersamanya”
Artinya, air yang menempel di jari itu ibaratnya nikmat dunia dan lautan seisinya nikmat akhirat. Coba bayangkan seandainya dunia itu diibaratkan air sebesar waduk atau telaga saja, itu sudah sangat dan sangat jauh sekali dibandingkan dengan air lautan. Padahal, luas daratan dengan lautan jauh lebih luas lautan. Lalu bagaimana jika diibaratkan dengan air yang menempel di jari kita saat kita menariknya dari air laut.
Satu ember, tidak, satu gayung, tidak…. tidak…. Lalu berapa volumenya? Satu cidukan tangan, tidak. Masih kurang lagi, mungkin hanya beberapa tetes…. Ya, hanya beberapa tetes saja…. sedangkan nikmat akhirat itu ibarat lautan, mungkin jangankan lautan buihnya saja sudah jauh lebih banyak daripada beberapa tetes nikmat dunia. Padahal perbandingannya ini dengan seluruh air laut dan semua isinya.
Maka tidak masuk akal jika seseorang memperebutkan beberapa tetes saja dari nikmat dunia dan meninggalkan lautan nikmatnya akhirat. Begitu bodohnya kita jika lebih memilih yang sedikit daripada yang banyak. Jika dilihat dari kacamata bisnis, ini adalah rugi besar. Apakah kita termasuk di dalamnya? Hanya kita sendiri dan Allah yang tahu.
Namun, begitulah sifat manusia, dia lebih percaya pada apa yang nampak sekarang daripada yang tidak nampak esok hari, lebih yakin dengan yang saat ini dia lihat daripada laba yang dijanjikan di akhir waktu. Lebih suka kontan di dunia daripada diundur untuk hari akhirat. Sehingga, ia terlalaikan dengan apa yang ia lihat, tergoda akan keindahan dan keranumannya, terpesona akan kecantikan dan keelokannya. padahal dunia itu diibaratkan dengan seorang wanita tua renta, yang jika tahu hakekatnya maka ia akan berpaling darinya.
Apalagi setan berusaha untuk memalingkan kita dari tujuan akherat dan agar kita terjerat tipu daya dunia. Setan berusaha merayu kita agar ragu dengan janji akhirat, agar dapat mengacaukan fokus kita dalam mencari nikmat akhirat, dan itu sudah menjadi janji dan sumpahnya sejak ia dikeluarkan dari surga oleh Allah ta’ala. Maka berhati-hatilah wahai saudaraku dalam menilai dan memperlakukan dunia, karena jika tidak, ia akan membinasakanmu.
Jadi, manakah yang akan kita pilih….? Nikmat dunia yang sedikit atau nikmat akhirat yang tiada habisnya. Itu terserah kita. Namun saran kami, jadilah orang yang cerdas dalam memilih…. Wallahu’alam bish shawwab

BACA JUGA:  Fiqih Islam: Sifat Shalat Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam #1

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button