Uncategorized

Nasihat Imam Adz-Dzahabi tentang Berbakti Kepada Orang Tua

Berbakti kepada kedua orang tua adalah hutang. Sayangnya, kita membayarnya dengan cara yang tidak baik, penuh noda dan bergelimang aib. Kita sendiri sibuk mencari surga, padahal ia berada di bawah telapak kaki ibu kita.

Ibu telah mengandung kita semala 9 bulan yang bagaikan 9 tahun. Ia yang kala melahirkan kita begitu menderita, mempertaruhkan nyawa. Ia yang telah menyusui kita, menahan kantuk untuk kita, memandikan kita dengan tangannya yang lembut, dan selalu mendahulukan kita untuk urusan makan.
Ibu, tangannya adalah pangkuan yang nyaman bagi kita. Ia yang telah mencurahkan sepenuh kasih sayangnya kepada kita. Jika kita terlihat sakit atau menderita, niscaya ia akan berduka, sedih dan menangis tiada tara. Ia pasti mengeluarkan semua yang dimilikinya untuk mencari dokter untuk menyembuhkan kita.
Ibu, seandainya ia diminta memilih apakah kita yang mati saja atau ia yang meninggal dunia, pastilah ia akan berteriak memilih agar kita semua bisa senantiasa hidup. Betapa sering kita ber-muamalah dengannya dengan akhlak yang tercela, tetapi ia selalu memohonkan taufiq bagi kita semua di dalam setiap doanya.
Ibu, ketika renta menghampirinya, ia begitu membutuhkan kita. Akan tetapi, kita justru menganggapnya tidak berharga. Ketika kita kenyang oleh makanan dan minuman, ia berada di dalam kelaparan dan kehausan.
Kita mengedepankan keluarga kita, anak-anak kita, daripada berbuat baik kepada dirinya. Kita lupa semua kerja kerasnya. Urusannya kita anggap berat, meski menurutnya urusannya adalah ringan. Umurnya kita anggap terlalu lama, meski aslinya begitu pendek. Kita mengucilkannya, mengasingkannya, padahal ia sama sekali tidak mendapati pertolongan dari Allah kecuali melalui diri kita.
Pun demikian, Penolong kita (Allah Subhanahu Wa Ta’ala) telah melarang berkata-kata yang menyakitinya. Penolong kita telah menegur dengan teguran yang sangat halus. Di dunia anak-anak kita akan mendurhakai kita, di akhirat akan kita dapati keadaan yang begitu jauh dari Rabb semesta alam.
ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتۡ يَدَاكَ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَيۡسَ بِظَلَّٰمٖ لِّلۡعَبِيدِ ١٠
Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tanganmu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya,” (QS Al-Hajj: 10).
Sumber:

Adz-Dzahabi. 2007. Al-Kabair: Dosa-Dosa Besar. Penerjemah: Abu Zufar Imtihan Syafii. Solo: Pustaka Arafah, hal.: 72-73.

BACA JUGA:  Bolehkah Wanita Itikaf? Berapa Lama?

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button