Adab

Marahnya para Nabi dan Rasul dalam Quran dan Sunnah

1. Marahnya Nabi Nuh Alaihissalam
وَقَالَ نُوحٞ رَّبِّ لَا تَذَرۡ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ دَيَّارًا ٢٦
Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi,” (QS Nuh: 26).
2. Marahnya Nabi Ibrahim Alaihissalam
فَرَاغَ عَلَيۡہِمۡ ضَرۡبَۢا بِٱلۡيَمِينِ (٩٣)   
“Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat),” (QS Ash-Shaffat: 93).
3. Marahnya Nabi Musa Alaihissalam
فَرَجَعَ مُوسَىٰٓ إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ غَضۡبَـٰنَ أَسِفً۬ا‌ۚ قَالَ يَـٰقَوۡمِ أَلَمۡ يَعِدۡكُمۡ رَبُّكُمۡ وَعۡدًا حَسَنًا‌ۚ أَفَطَالَ عَلَيۡڪُمُ ٱلۡعَهۡدُ أَمۡ أَرَدتُّمۡ أَن يَحِلَّ عَلَيۡكُمۡ غَضَبٌ۬ مِّن رَّبِّكُمۡ فَأَخۡلَفۡتُم مَّوۡعِدِى (٨٦)   
“Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. berkata Musa: “Hai kaumku, Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka Apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?,” (QS Thaha: 86).
4. Marahnya Nabi Yunus Alaihissalam
وَذَا ٱلنُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَـٰضِبً۬ا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقۡدِرَ عَلَيۡهِ فَنَادَىٰ فِى ٱلظُّلُمَـٰتِ أَن لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَـٰنَكَ إِنِّى ڪُنتُ مِنَ ٱلظَّـٰلِمِينَ (٨٧)   
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap[967]: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim,” (QS Al-Anbiya: 87).
5. Marahnya Nabi Sulaiman Alaihissalam
رُدُّوهَا عَلَىَّ‌ۖ فَطَفِقَ مَسۡحَۢا بِٱلسُّوقِ وَٱلۡأَعۡنَاقِ (٣٣)  
“Bawalah kuda-kuda itu kembali kepadaku”. lalu ia potong kaki dan leher kuda itu,” (QS Shaad: 33).
6. Marahnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam
Hadist 01: Rasullah marah ketika perang Khandak karena orang-orang kafir menyibukkan beliau dan para sahabat sehingga mereka terlambat untuk melaksanakan shalat Ashar.
شَغَلُوْنَا عَنِ الصًّلَاةِ الْوُسْطَ مَلَأ الله قُبُوْرَهُمْو صُدُوْرَهُمْ تَارَ
“Mereka telah menyibukkan kita dari shalat Ashar. Semoga Alllah mengisi kubur dan dada mereka dengan api,” (HR Muslim).
Inilah yang menjadi sebab turunnya firman Allah:
حَـٰفِظُواْ عَلَى ٱلصَّلَوَٲتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلۡوُسۡطَىٰ وَقُومُواْ لِلَّهِ قَـٰنِتِينَ (٢٣٨)   
“Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu,” (QS Al-Baqarah: 238).
Hadist 02: Marahnya Rasulullah bukan karena urusan pribadi, tetapi karena dilanggarnya kehormatan Allah
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
مَا خُيِّرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلَّا اخْتَارَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَأْثَمْ فَإِذَا كَانَ الْإِثْمُ كَانَ أَبْعَدَهُمَا مِنْهُ وَاللَّهِ مَا انْتَقَمَ لِنَفْسِهِ فِي شَيْءٍ يُؤْتَى إِلَيْهِ قَطُّ حَتَّى تُنْتَهَكَ حُرُمَاتُ اللَّهِ فَيَنْتَقِمُ لِلَّهِ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Uqail dari Ibnu Syihab dari Urwah dari Aisyah radliallahu ‘anha, mengatakan;
“Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam tidak pernah diberi tawaran untuk memilih dua perkara, melainkan beliau memilih yang paling ringan selama tidak mengandung dosa, namun jika mengandung dosa, beliau adalah manusia yang paling jauh darinya. Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena kepentingan pribadi, dan jika kehormatan Allah dilanggar, beliau marah karenanya,” (HR Bukhari: 6288).
Hadist 03: Marahnya Rasulullah karena takut timbulnya fitnah, yakni ketika seorang muslim enggan shalat berjamaah karena bacaan shalat sang imam terlalu panjang.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ قَالَ
قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَأَتَأَخَّرُ عَنْ الصَّلَاةِ فِي الْفَجْرِ مِمَّا يُطِيلُ بِنَا فُلَانٌ فِيهَا فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا رَأَيْتُهُ غَضِبَ فِي مَوْضِعٍ كَانَ أَشَدَّ غَضَبًا مِنْهُ يَوْمَئِذٍ ثُمَّ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ فَمَنْ أَمَّ النَّاسَ فَلْيَتَجَوَّزْ فَإِنَّ خَلْفَهُ الضَّعِيفَ وَالْكَبِيرَ وَذَا الْحَاجَةِ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Isma’il bin Abu Khalid dari Qais bin Abu Hazim dari Abu Mas’ud berkata,
“Seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak ikut shalat shubuh berjama’ah disebabkan fulan yang memanjangkan bacaan saar shalat bersama kami.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam marah, dan aku belum pernah melihat beliau marah sebelumnya melebihi marahnya pada hari itu. Kemudian Beliau bersabda:
“Wahai sekalian manusia, sungguh di antara kalian ada orang yang dapat menyebabkan orang lain berlari memisahkan diri. Maka barangsiapa memimpin shalat bersama orang banyak hendaklah dia melaksanakannya dengan ringan. Karena di belakang dia ada orang yang lemah, orang tua yang lanjut usia dan orang yang punya keperluan,” (HR Bukhari: 663).
Hadist 04: Marahnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam karena ada seseorang yang menyimpan kitab Taurat. Jika karena menyimpan Taurat saja Rasulullah marah, bagaimana dengan mengganti hukum Islam—Quran dan Sunnah—dengan hukum yang lain?
حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ قَالَ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا مُجَالِدٌ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ فَقَرَأَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَضِبَ فَقَالَ أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي
Telah bercerita kepada kami Suraij bin An-Nu’man berkata; telah bercerita kepada kami Husyaim telah mengabarkan kepada kami Mujalid dari Asy-Sya’bi dari Jabir bin Abdullah
‘Umar bin khatab menemui Nabi Shallallahu’alaihiwasallam dengan membawa tulisan yang dia dapatkan dari Ahli Kitab. Nabi Shallallahu’alaihiwasallam terus membacanya dan marah seraya bersabda: “Bukankah isinya hanya orang-orang yang bodoh Wahai Ibnu Khattab? Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, saya datang kepada kalian dengan membawa cahaya yang terang. Janganlah kalian bertanya kepada mereka tentang sesuatu! Bagaimana jika mereka mengabari kalian kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka (menyampaikan) kebatilan lalu kalian membenarkannya? Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa alaihissalam hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikutiku,” (HR Ahmad: 14623).
Hadist 05: Marahnya Rasulullah karena ada orang yang hendak mengganti hukum Allah, yakni ketika beberapa sahabat ingin memberi hukuman selain potong tangan kepada pencuri dari kalangan ningrat.
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ
أَنَّ قُرَيْشًا أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ فَقَالُوا مَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا مَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ حِبُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللَّهِ ثُمَّ قَامَ فَاخْتَطَبَ فَقَالَ إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ مَسْعُودِ ابْنِ الْعَجْمَاءِ وَابْنِ عُمَرَ وَجَابِرٍ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَيُقَالُ مَسْعُودُ بْنُ الْأَعْجَمِ وَلَهُ هَذَا الْحَدِيثُ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Abu Syihab dari ‘Urwah dari Aisyah bahwa orang-orang Quraisy disibukkan dengan seorang wanita dari banu Makhzum yang telah mencuri.
Mereka berkata; Siapa yang sanggup berbicara kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam perihal wanita ini? Lalu mereka berkata; Tidak ada yang berani kecuali Usamah bin Zaid orang yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Usamah pun berbicara kepada beliau. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apakah engkau akan meminta syafa’at (keringanan) atas salah satu dari hukuman Allah?” Kemudian beliau berkhutbah seraya bersabda: “Sesungguhnya penyebab hancurnya umat sebelum kalian adalah jika ada di antara mereka orang yang mulia mencuri, mereka membiarkannya dan jika ada orang yang lemah mencuri, maka mereka menjatuhkan hukuman kepadanya. Demi Allah, seandainya Fathimah bintu Muhammad mencuri, niscaya aku akan memotong tangannya.”
Ia mengatakan; Dalam hal ini ada hadits serupa dari Mas’ud bin Al ‘Ajma`, Ibnu Umar dan Jabir. Abu Isa berkata; Hadits Aisyah adalah hadits hasan shahih. Dipanggil juga dengan Mas’ud Al A’jam dan ia meriwayatkan hadits ini,” (HR Tirmidzi: 1350).
Hadist 06: Marahnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam karena ada tragedi pembantaian terhadap penghafal Quran.
حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا ثَابِتُ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا عَاصِمٌ قَالَ سَأَلْتُ أَنَسًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ الْقُنُوتِ قَالَ قَبْلَ الرُّكُوعِ فَقُلْتُ إِنَّ فُلَانًا يَزْعُمُ أَنَّكَ قُلْتَ بَعْدَ الرُّكُوعِ فَقَالَ كَذَبَ ثُمَّ حَدَّثَنَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَنَتَ شَهْرًا بَعْدَ الرُّكُوعِ يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ قَالَ بَعَثَ أَرْبَعِينَ أَوْ سَبْعِينَ يَشُكُّ فِيهِ مِنْ الْقُرَّاءِ إِلَى أُنَاسٍ مِنْ الْمُشْرِكِينَ فَعَرَضَ لَهُمْ هَؤُلَاءِ فَقَتَلُوهُمْ وَكَانَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَهْدٌ فَمَا رَأَيْتُهُ وَجَدَ عَلَى أَحَدٍ مَا وَجَدَ عَلَيْهِمْ
Telah bercerita kepada kami Abu an-Nu’man telah bercerita kepada kami Tsabit bin Azid telah bercerita kepada kami ‘Ashim berkata aku bertanya kepada Anas radliallahu ‘anhu tentang (membaca do’a) qunut sebelum ruku’. Aku katakan; “Seseorang berpendapat bahwa anda mengatakan qunut setelah ruku’?”. Maka dia menjawab; “Orang itu berdusta”.
Kemudian dia bercerita kepada kami dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa Beliau pernah membaca do’a qunut setelah ruku’ untuk memohon kebinasaan orang-orang yang masih hidup dari Bani Sulaim”.
Dia berkata; “Beliau mengutus empat puluh atau tujuh puluh, (dia ragu jumlah pastinya), para penghapal al-Qur’an kepada beberapa orang musyrikin lalu Beliau menawarkan para penghafal al-Qur’an itu kepada mereka namun mereka membantainya. Saat itu antara mereka dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sudah ada perjanjian. Aku belum pernah melihat Beliau marah seperti marahnya Beliau terhadap para pembantai itu,” (HR Bukhari: 2934)
Hadist 07: Marahnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam karena ada orang yang menghina beliau dalam bentuk meragukan kebijakannya.
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ عَنْ أَبِي حَمْزَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
قَسَمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا قِسْمَةً فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ إِنَّ هَذِهِ لَقِسْمَةٌ مَا أُرِيدَ بِهَا وَجْهُ اللَّهِ قُلْتُ أَمَا وَاللَّهِ لَآتِيَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ وَهُوَ فِي مَلَإٍ فَسَارَرْتُهُ فَغَضِبَ حَتَّى احْمَرَّ وَجْهُهُ ثُمَّ قَالَ رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَى مُوسَى أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdan dari Abu Hamzah dari Al A’masy dari Syaqiq dari Abdullah dia berkata; “Suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membagi-bagi suatu pembagian, lalu seorang laki-laki dari Anshar berkata; “Sungguh pembagian ini tidak dimaksudkan untuk mengharap ridla Allah”. Lalu aku berkata; ‘Demi Allah, sungguh aku akan mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu aku pun menemui beliau ketika beliau bersama orang-orang, dan membisikkannya kepada beliau.’ Maka beliau marah hingga aku lihat tampak kemarahan pada wajah beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Semoga Allah merahmati Musa, karena dia biasa disakiti lebih banyak dari ini dan dia tetap sabar,” (HR Bukhari: 5817).
Hadist 08: Marahnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam kepada orang yang banyak bertanya.
حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَشْيَاءَ كَرِهَهَا فَلَمَّا أَكْثَرُوا عَلَيْهِ الْمَسْأَلَةَ غَضِبَ وَقَالَ سَلُونِي فَقَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَبِي قَالَ أَبُوكَ حُذَافَةُ ثُمَّ قَامَ آخَرُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَبِي فَقَالَ أَبُوكَ سَالِمٌ مَوْلَى شَيْبَةَ فَلَمَّا رَأَى عُمَرُ مَا بِوَجْهِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْغَضَبِ قَالَ إِنَّا نَتُوبُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Musa telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid bin Abu Burdah dari Abu Burdah dari Abu Musa Al Asy’ari berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang beberapa perkara yang tidak beliau sukai, tatkala mereka memperbanyak pertanyaan, maka beliau marah dan mengatakan: “Bertanyalah kalian kepadaku.” Lantas ada seseorang berdiri dan bertanya, ‘Ya Rasulullah, Siapa ayahku? ‘ Rasulullah menjawab: “Ayahmu Hudzafah.” Kemudian ada laki-laki lain berdiri dan bertanya, “Wahai Rasulullah, siapa ayahku? ‘ Rasulullah menjawab: “Ayahmu Salim, budak Syaibah.” Di kala Umar melihat apa yang terjadi pada wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena marah, Umar berkata, “Kami bertaubat kepada Allah ‘azza wajalla,” (HR Bukhari: 6747).
Hadist 09: Marahnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam karena ada seseorang yang melanggar aturan Allah, yaitu ketika Ali bin Abi Thalib mengenakan pakaian sutera.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ مَيْسَرَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ
كَسَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُلَّةَ سِيَرَاءَ فَخَرَجْتُ فِيهَا فَرَأَيْتُ الْغَضَبَ فِي وَجْهِهِ قَالَ فَشَقَقْتُهَا بَيْنَ نِسَائِي
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah; Telah menceritakan kepada kami Ghundar dari Syu’bah dari ‘Abdul Malik bin Maisarah dari Zaid bin Wahb dari ‘Ali bin Abu Thalib ia berkata;
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberiku pakaian yang dijahit dengan sutera, lalu aku keluar dengan memakainya, tiba-tiba aku melihat wajah beliau marah. Maka pakaian itu aku potong untuk aku bagikan kepada para wanita di keluargaku,” (HR Muslim: 3864).
Hadist 10: Marahnya Rasulullah karena ada orang yang tidak puas dengan ajaran beliau, hal ini bisa berupa bid’ah, atau ghuluw (berlebih-lebihan).
و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُسْلِمٍ عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
رَخَّصَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَمْرٍ فَتَنَزَّهَ عَنْهُ نَاسٌ مِنْ النَّاسِ فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَضِبَ حَتَّى بَانَ الْغَضَبُ فِي وَجْهِهِ ثُمَّ قَالَ مَا بَالُ أَقْوَامٍ يَرْغَبُونَ عَمَّا رُخِّصَ لِي فِيهِ فَوَاللَّهِ لَأَنَا أَعْلَمُهُمْ بِاللَّهِ وَأَشَدُّهُمْ لَهُ خَشْيَةً
Dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib; Telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Al A’masy dari Muslim dari Masruq dari ‘Aisyah dia berkata;
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberikan keringanan kepada kaum muslimin dalam suatu masalah, tetapi mereka tidak mau menerimanya. Akhirnya berita itu sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga membuat beliau marah -dan kemarahan itu tampak pada wajah beliau.”

 

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Mengapa orang-orang tidak mau menerima keringanan yang telah diberikan kepada mereka melalui perantaraku? Demi Allah, aku adalah orang yang paling mengenal Allah dan yang paling dekat kepada Nya,” (HR Muslim: 4346). Wallahu’alam bish shawwab. 
 
Akhukum fillah

BACA JUGA:  Apakah Perkataan Aku Bukan Suamimu Talak?

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button