Adab

Terapi Marah, Gelisah, dan Kesulitan Hidup

۸- عِلَاجُ الْكَرْبِ

Terapi jika tertimpa kesulitan hidup

1. Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ عِنْدَ الْكَرْبِ

Bahwa dulu Rasulullah ﷺ apabila tertimpa kesulitan, beliau mengucapkan:

لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

“LAA ILAAHA ILLALLAHUL ‘ADZIIM AL HALIIM LAA ILAAHA ILLALLAH RABBUL ‘ARSYIL ‘AZHIIM, LAA ILAAHA ILLALLAH RABBUS SAMAAWATI WA RABBUL ARDLI WA RABBUL ASRSYL KARIIM

(Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Penyantun. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Penguasa arasy yang agung), [Sahih Bukhari dan Sahih Muslim].

2. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Bakrah Nafi yang berkata:

وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعَوَاتُ الْمَكْرُوبِ

Rasulullah ﷺ bersabda tentang beberapa doa bagi orang yang tertimpa kesulitan:

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

“ALLAHUMMA RAHMATAKA ARJUU FALAA TAKILNII ILAA NAFSII THARFATA ‘AININ WA ASHLIH LII SYA`NII KULLAHU LAA ILAAHA ILLA ANTA

(Ya Allah ya Tuhanku, aku mengharap rahmat-Mu, karena itu janganlah Engkau serahkan urusanku kepada diriku sendiri (janganlah Engkau berpaling dariku) sekejap mata, perbaikilah semua urusanku, tidak ada Tuhan selain Engkau), [Sunan Abu Dawud].

3. Nabi Yunus alaihissalam ketika ditelan ikan paus beliau bersujud dan berzikir kepada Allah:

لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim,” [QS Al-Anbiya: 87].

4. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Asma binti Umais Radhiyallahu Anha berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya:

أَلَا أُعَلِّمُكِ كَلِمَاتٍ تَقُولِينَهُنَّ عِنْدَ الْكَرْبِ أَوْ فِي الْكَرْبِ

“Maukah aku ajarkan kamu kalimat-kalimat yang dapat kamu baca ketika dalam keadaan susah?” Ucapkanlah:

أَللَّهُ أَللَّهُ رَبِّي لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا

“ALLAAHU, ALLAAHU RABBII, LAA USYRIKU BIHI SYAIAN”

BACA JUGA:  Adab Majelis di dalam Minhajul Muslim

“Allah, Allah adalah tuhanku, aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apa pun,” [Sunan Abu Dawud].

۱۱- عِلَاجُ الْقَلَقِ وَالْفَزَعِ فِي النَّوْمِ

Terapi gelisah dan terbangun dari tidur dalam kondisi terperanjat

1. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Amru bin Syuaib dari kakeknya bahwa Rasulullah ﷺ pernah mengajari mereka beberapa kalimat yang hendaknya dibaca ketika ada rasa takut:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُون

“Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna, dari kemarahanNya dan hukumanNya, juga dari kejahatan hambaNya, juga dari hembusan setan-setan, dan hadirnya setan kepada diriku,” [Sunan Abu Dawud dan Jami At-Tirmizi].

١٤- عِلَاجُ الْغَضَبِ

Terapi marah

عِلَاجُ الْغَضَبِ يَكُونُ بِطَرِيقَيْنِ:

Terapi marah bisa dilakukan dengan dua jalan:

الطَّرِيقُ الْأَوَّلُ :

Pertama:

الْوِقَايَةِ وَتَحْصُلُ بِاجْتِنَابِ أَشْبَابِ الْغَضَبِ. وَمِنْ هَذِهِ الْأَسْبَابِ

Mencegah dan menjauhi sebab-sebab marah. Di antara sebab-sebab marah adalah:

الْكِبْرِ، وَالْإِعْجَابُ بِالنَّفْسِ، وَالِافْتِخَارِ، وَالْحِرْصِ الْمَذْمُومِ، وَالْمِزَاحُ فِي غَيْرِ مُنَاسَبَةٍ، وَالْهَزْلُ وَمَا شَابَهَ ذَلِكَ.

Sombong, ujub atau kagum pada diri sendiri, iftikhar atau pongah, pantang diremehkan, reaktif tanpa mau konfirmasi, balas dendam, dan yang semisal.

الطَّرِيقُ الثَّانِي

Kedua:

الْعِلَاجِ إِذَا وَقَعَ الْغَضَبُ وَيَنْحَصِرُ فِي أَرْبَعَةِ أَنْوَاعٍ

Terapi marah apabila sudah pecah kemarahan. Hal ini bisa diringkas ke dalam empat poin:

۱ – الْإِسْتِعَاذَةُ بِاَللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.

۲ – الْوُضُوءُ

Berwudhu

تَغْيِيرُ الحالَةِ الَّتِي عَلَيْها الغَضْبانُ
بِالجُلُوسِ، أوِ الاضْطِجاعَ، أوِ الخُرُوجِ، أوْ الإمْساكِ عَنِ الكَلاَمِ، أوْ غَيْرِ ذَلِكَ

Mengubah posisi ketika marah, yaitu dengan duduk atau berbaring, atau keluar (jika marah di suatu ruangan), atau diam dari bicara, atau yang lainnya.

٤ – اسْتِحْضَارُ مَا وَرَدَ فِي كَظْمِ الْغَيْظِ مِنَ الثَّوَابِ وَمَا وَرَدَ فِي عَاقِبَةِ الْغَضَبِ مِنَ الْخِذْلَانِ

Mengingat-ingat dalil tentang pahala menahan marah, juga dalil tentang dampak buruk marah, seperti rasa kecewa dan terlantar.

Irfan Nugroho

Guru TPA di masjid kampung. Mengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Nguter Sukoharjo. Penerjemah profesional dokumen legal atau perusahaan untuk pasangan bahasa Inggris - Indonesia dan penerjemah amatir bahasa Arab - Indonesia. Alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) tahun 2008 dan 2013.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button