Kunci Kebahagiaan bagi Umat Islam
Seorang psikolog di University of Stanford, Sonja Lyumbomirsky, menulis buku “The How of Happiness” sebagai upayanya untuk menemukan kebahagiaan.
Salah satu teorinya dalam menemukan kebahagiaan adalah, ‘Fokus pada diri sendiri – bukan kepada orang lain – akan membuat kita merasa lebih berbahagia.‘
Padahal, 15 abad yang silam Alquran telah menjelaskan teori di atas. Coba perhatikan firman Allah berikut:
Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai) bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal,” [QS. Ta Ha: 131].
Ada sedikit kemiripan makna, tetapi kalau dikupas, ada begitu banyak hikmah yang terkandung di dalam ayat di atas.
Maka wajar jika tujuh abad yang silam Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah Rahimahullah menulis sebuah kitab tebal berjudul “Miftāhud Dārus Sa’adah” (Kunci-Kunci Kebahagiaan), sebuah tema yang hampir sama dengan karangan pemikir Barat di era sekarang.
Kadang kita heran melihat orang-orang Barat menyusun buku panjang lebar tentang konsep kebahagiaan, padahal sebenarnya telah dijelaskan di dalam Quran berabad-abad silam. Atau, konsep-konsep ringkas itu ternyata telah dijabarkan oleh sekian banyak ulama di zaman dulu.
Dan yang lebih mengherankan adalah, sebagian dari kita umat Islam ternyata juga masih ada yang kebingungan mencari bahagia. Padahal, Alquran adalah kitab sucinya, ulama adalah pelitanya.
Jadi, di mana salahnya? Ya, kita masih begitu jauh dari kebiasaan membaca; baik itu membaca Alquran, buku-buku para ulama, apalagi karangan orang-orang Barat.
Tidak masalah jika tidak membaca karangan orang-orang Barat, karena membaca buku para ulama saja itu sudah terbilang bagus, apatah lagi jika ditambah dengan membaca Alquran secara rutin.
“Ingat, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram,” [QS. Ar-Ra’d: 28].
Wallahu’alam…
Akhukum fillah
Irfan Nugroho