Minhajul Muslim: Hukum Taharah dan Macam Thaharah
Pembaca rahimakumullah, apa hukum taharah? Apa saja macam thaharah? Inilah yang akan kita bahas pada majelis kita hari ini, kajian Minhajul Muslim karya Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah. Teruskan membaca!
HUKUM TAHARAH
Pembaca rahimakumullah, apa hukum taharah? Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah berkata:
Taharah hukumnya wajib berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Dalil wajibnya taharah dari Al-Quran adalah sebagai berikut:
Dan jika kalian dalam kondisi junub, maka bersucilah kalian, (QS Al-Maidah: 6).
Dan pakaian kalian sucikanlah, (QS Al-Mudatsir: 4).
Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang bersuci, (QS Al-Baqarah: 222).
Dalil wajibnya taharah dari As-Sunnah adalah sebagai berikut:
Kunci salat adalah taharah, (Sunan At-Tirmizi: 3. Sunan Abu Dawud: 61. Musnad Ahmad: 1006).
Tidak diterima suatu salat tanpa taharah, (Sahih Muslim: 224).
Taharah atau bersuci adalah sebagian dari iman, (Sahih Muslim: 223).
MACAM THAHARAH
Pembaca rahimakumullah, apa saja macam – macam thaharah? Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berkata:
Taharah ada dua macam: 1) zahir (lahir) dan 2) batin.
Taharah Batin
Tentang taharah bati, menurut beliau, ada dua macam, yaitu taharah nafsi (atau menyucikan jiwa) dan taharah qalbi (menyucikan hati).
Taharah Nafsi
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berkata tentang taharah nafsi:
Taharah batin adalah menyucikan jiwa (taharah nafsi) dari dampak dosa dan maksiat.
Bagaimana caranya? Kata beliau:
Dan itu (menyucikan jiwa/taharah nafsi) dengan taubat yang jujur dari seluruh dosa dan maksiat.
Taharah Qalbi
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berkata tentang taharah qalbi:
Taharah batin adalah menyucikan hati (taharah qalbi) dari kotoran syirik, keragu-raguan (dalam masalah akidah), hasad, benci, ndongkol, curang, sombong, ujub, riya, dan sum’ah.
Bagaimana cara menyucikan hati? Kata beliau:
Dan itu (menyucikan hati) dengan ikhlas, yakin, mencintai kebaikan, lemah lembut, jujur, tawadhu, serta mengharapkan perjumpaan dengan Allah ta’ala di setiap niat dan amal saleh.
Taharah Zahir (Lahir)
Jenis taharah kedua adalah taharah zahir atau taharah lahir. Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi berkata:
Taharah zahir adalah bersuci dari kotoran dan menyucikan diri dari hadas.
Bagaimana bersuci dari kotoran? Kata beliau:
فطهارةُ الخبثِ تكونُ بإزالةِ النَّجاساتِ بالماءِ الطَّهورِ منْ لباسِ المصلي، وبدنهِ، ومكانِ صلاتهِ
Bersuci dari kotoran adalah dengan menghilangkan najis[1] memakai air, supaya kotoran/najis itu hilang dari:
– pakaian orang yang salat,
– badan orang yang salat, serta
– tempat salat.
Bagaimana menyucikan diri dari hadas? Kata beliau:
Menyucikan diri dari hadas[2] itu dengan:
– Wudhu
– Mandi
– Tayamum.
Demikianlah pelajaran pertama dari bab Taharah, kitab Minhajul Muslim, karya Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah. Telah kita bahas di sini tentang hukum taharah, macam thaharah, serta bagaimana cara bersuci dari najis dan bersuci dari hadas. Semoga bermanfaat. Baarakallahu fiikum
Karangasem, 3 Januari 2024
Irfan Nugroho (Materi ini disampaikan di Mahad RQ Irmas Bani Saimo Bulu Sukoharjo. Semoga Allah mengampuni, merahmati, serta menempatkan ibunya di surga. AMIN)
Catatan:
[1] Najis adalah zat atau benda yang dianggap kotor oleh syariat, yang jika badan, pakaian, atau tempat salat seseorang ketempelan najis, dia tidak boleh salat kecuali setelah menghilangkannya atau membersihkannya, tidak perlu berwudu atau mandi.
[2] Hadas adalah perbuatan mengeluarkan najis, kecuali mengeluarkan mani, yang mana mani adalah zat yg suci, tetapi kegiatan yg menyebabkan keluar mani disebut hadas besar. Orang yang berhadas tidak boleh salat kecuali setelah menghilangkan kotoran/najis, dan berwudu atau tayamum atau mandi. Wallahua’lam