AdabAqidah

Rambu² Interaksi Manusia dengan Jin

Pembaca rahimakumullah, viral bahwa arwah Vina gentayangan sehingga merasuki tubuh sahabatnya. Pertanyaannya, apakah ada konsep arwah gentayangan di dalam Islam? Bagaimana dengan jin? Bagaimana menyikapinya? Teruskan membaca!

APAKAH ARWAH GENTAYANGAN ADA?

Pembaca rahimakumullah, tidak ada konsep arwah gentayangan di dalam Islam. Tidak ada konsep hadirnya arwah leluhur atau ruh kiai/ustadz/syaikh Fulan atau siapa pun yang sudah meninggal dunia.

Ruh manusia yang sudah meninggal berada di alam yang berbeda dari manusia. Ruh orang beriman berada di Illiyin, sedang ruh orang kafir berada di Sijjin. Baca Surat Al-Mutaffifin tentang hal ini. Hilal Bin Yasaf berkata:

سَأَلَ ابْنُ عَبَّاسٍ كَعْبًا وَأَنَا حَاضِرٌ عَنْ سِجِّينٍ، قَالَ:

Ibnu Abbas bertanya kepada Ka’ab, dan saya hadir waktu itu, tentang Sijjin. Maka Ka’ab berkata:

هِيَ الْأَرْضُ السَّابِعَةُ، وَفِيهَا أَرْوَاحُ الْكُفَّارِ

Sijjin adalah bumi lapis ketujuh, yang di dalamnya terdapat ruh-ruh orang kafir.

وَسَأَلَهُ عَنْ عِلّيين فَقَالَ:

Dan beliau (Ibnu Abbas) juga bertanya tentang Illiyin, maka Ka’ab berkata:

هِيَ السَّمَاءُ السَّابِعَةُ، وَفِيهَا أَرْوَاحُ الْمُؤْمِنِينَ

Illiyin adalah langit ketujuh, yang di dalamnya terdapat ruh-ruh orang beriman, (Tafsir Ibnu Katsir).

Orang yang sudah meninggal, ruhnya tidak bisa kembali ke dunia. Allah berfirman:

وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِندَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ

Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin, (QS As-Sajdah: 12).

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Ketika seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakannya,” (Sahih Muslim: 1631).

Terputus amalnya itu artinya tidak bisa beramal lagi setelah mati, tidak bisa berbuat kebaikan, juga tidak bisa berbuat kejahatan. Jika ada keyakinan bahwa arwah seseorang yang sudah meninggal dunia, entah itu Vina, Nike Ardila, kiai, Syaikh, atau ustadz Fulan hadir atau muncul di dunia, maka itu bertentangan dengan sabda Nabi ﷺ di atas.

LALU SIAPA YG MENGAKU ARWAH ITU?

Pembaca rahimakumullah, jika arwah gentayangan tidak ada, lalu siapa yg mengaku sebagai arwah Fulan, ruh fulanah, dll?

BACA JUGA:  Kriteria Memilih Teman dan Adab Berteman – Mukhtashar Minhajul Muslim

Ia adalah jin. Jin bisa menyamar menjadi manusia atau makhluk lain selain Nabi Muhammad ﷺ. Allah berfirman tentang perbuatan setan ketika perang Badar:

وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَكُمْ

Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu,” (QS. Al Anfaal: 48).

Tentang ayat ini, Imam Ibnu Katsir berkata:

أَنَا جَارٌ لَكُمْ، وَذَلِكَ أَنَّهُ تَبَدَّى لَهُمْ فِي صُورَةِ سُرَاقة بْنِ مَالِكِ بْنِ جُعْشُم، سَيِّدِ بَنِي مُدْلج، كَبِيرِ تِلْكَ النَّاحِيَةِ

(Jin kafir itu berkata:) “Saya adalah pelindung kalian.” Padahal waktu itu setan menampakkan diri dalam bentuk Suraqah bin Malik bkn Ju’syam, petinggi Bani Mudlij, pembesar daerah tersebut.

APAKAH JIN ITU ADA?

Seorang muslim wajib beriman atau percaya atau yakin bahwa jin itu ada. Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk, (QS Al-Hijr: 26)

وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ

Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas, (QS Al-Hijr: 27).

Dr. Mustofa Muslim berkata:

وهم مخلوقون من نار قبل أن يخلق الإنسان من طين

Mereka (jin) adalah makhluk yang diciptakan dari api sebelum diciptakannya manusia dari tanah, (Alukah: 75841).

Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

Malaikat diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari api yang menyala-nyala. Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan ciri-cirinya untuk kalian, (Sahih Muslim: 2996).

APAKAH JIN MENDAPAT BEBAN SYARIAT?

Oleh karena jin adalah salah satu makhluk ciptaan Allah dan juga sama² hamba Allah, maka mereka juga terkena beban syariat. Seorang muslim harus beriman bahwa jin itu mendapat beban syariat, sebagaimana manusia. Allah ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menauhidkan Allah, (QS Adz-Dzariyat: 56).

Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di di dalam Taisirul Karimir Rahman berkata ketika menafsirkan QS Al-Jin ayat 1 dan 2:

في هذه السُّورةِ فوائِدُ كثيرةٌ؛ مِنها: وُجودُ الجِنِّ وأنَّهم مُكَلَّفون مَأمورونَ مُكَلَّفون مَنهِيُّون، مُجازَونَ بأعمالِهم

Di dalam surat ini terdapat faidah yang banyak, di antaranya adalah bahwa jin itu ada, dan bahwa mereka itu mukallaf, mereka mendapat perintah dan larangan, dan mereka mendapat balasan atas perbuatan mereka.

BACA JUGA:  Akidah Islam: Pengertian Rabb Menurut Pandangan Umat yang Sesat

APAKAH ADA JIN MUSLIM DAN JIN KAFIR?

Oleh karena jin juga terkena beban syariat, maka di antara mereka ada yang muslim dan ada yang kafir. Seorang muslim harus tahu bahwa jin itu ada yang muslim dan ada yang kafir, persis seperti manusia. Allah mengisahkan perkataan jin di dalam QS Al-Jin ayat 11:

وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَٰلِكَ ۖ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda, (QS Al-Jin: 11).

Sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata tentang “Kami menempuh jalan yang berbeda-beda”:

مِنَّا الْمُؤْمِنُ وَمِنَّا الْكَافِرُ

Di antara kami (jin) ada yang mukmin dan di antara kami (jin) ada yang kafir, (Tafsir Ibnu Katsir).

Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah berkata:

الجن كالإنس تماما في هذه الناحية فمنهم المسلم والنصراني واليهودي بل إن مسلميهم كمسلمي الإنس أيضًا قدرية وشيعة وأهل سنة وأهل بدعة وغير ذلك ومنهم الطائع والعاصي والتقي والفاجر

Jin itu seperti manusia persis dalam hal akidah. Di antara mereka ada yang muslim, Nasrani, dan Yahudi. Dan di antara Jin muslim sendiri ada yang keislamannya seperti manusia. Ada yang mengikuti aliran Qadariyah, Syiah, Ahlussunah, Ahli Bid’ah, dan yg lainnya. Diantara mereka ada yang penurut, ada yang pembangkang, ada yang bertakwa, dan ada yang fajir.

MULIA JIN ATAU MANUSIA?

Siapa yang lebih mulia jin ataukah manusia? Dalam hal ini ada pengklasifikasian.

1 – Manusia yg saleh lebih mulia daripada jin yang saleh.
2 – Jin yg saleh lebih mulia daripada manusia yg kafir.

Tentang hal ini, Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan, (QS Al Isra: 70).

Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi rahimahullah berkata:

إن الجن حتى الصالحين منهم لأقل قدرا و وأدنى كرامة وأنقص شرفًا من الإنسان

Sungguh, jin itu – bahkan jin yang saleh, martabat, kehormatan, dan kemuliaannya lebih rendah daripada manusia (yang saleh).

Meski demikian, beliau juga berkata:

صالحو الجان أفضل وأكرم من كفار بني آدم ومشركيهم

Jin saleh lebih utama dan lebih mulia daripada Anak Adam yang kafir atau musyrik.

MEMINTA KEPADA JIN?

Pembaca rahimakumullah, jin dan manusia adalah sama-sama hamba Allah. Manusia yg saleh lebih mulia daripada jin yang saleh jika tingkat kesalehan keduanya yang sama. Oleh karena itu, meminta perlindungan atau bantuan dari jin adalah perbuatan yang terlarang bahkan termasuk kesyirikan. Allah ta’ala berfirman:

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan, (QS Al-Jin: 6).

BACA JUGA:  Hadits Menutup Aurat, Arti, Penjelasan dan Pelajarannya

Pelajaran dari ayat ini:

من الشرك الاستعاذة بغير الله

1 – Termasuk kesyirikan adalah meminta perlindungan kepada selain Allah (dalam hal ini jin, muslim apalagi kafir).

حرمة الاستعانة بالجن والاستعاذة بهم لأن ذلك كالعبادة لهم

2 – Haram meminta bantuan dan perlindungan kepada jin, karena perbuatan itu termasuk ibadah kepada mereka, (Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi).

الاستِعاذةُ بالأمواتِ أو الأحياءِ غيرِ الحاضِرينَ القادِرينَ على العَوذِ: شِركٌ

3 – Meminta perlindungan kepada orang yang sudah meninggal dunia, atau kepada orang yang masih hidup tetapi orang itu tidak berada di hadapannya, ini adalah kesyirikan.

زَادَ الْجِنُّ الْإِنْسَ ذُعْرًا وَتَخْوِيفًا لَمَّا رَأَوْهُمْ يَسْتَعِيذُونَ بِهِمْ لِيُلْجِئُوهُمْ إِلَى الِاسْتِعَاذَةِ بِهِمْ

4 – Jin jahat akan membuat manusia semakin takut dan panik jika mereka (jin jahat) tahu bahwa manusia justru meminta perlindungan kepada mereka (jin jahat). Mereka (jin jahat) berbuat demikian supaya manusia meminta pertolongan dan perlindungan kepada mereka (jin jahat), (Syaikh Abdurrahman Nasir As-Sa’di).

BERLINDUNG KEPADA ALLAH, BUKAN KEPADA JIN

Orang beriman tidak boleh meminta tolong atau perlindungan kepada jin, maka mereka hanya meminta tolong dan perlindungan kepada Allah.

Bagaimana caranya?

Imam Muslim meriwayatkan dari Kholwah binti Hakim As Sulamiyyah berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قَالَ

Barangsiapa yang singgah di suatu tempat lantas dia mengucapkan:

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“a’udzu bi kalimaatillahit taammaati min syarri maa kholaq”

(Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang diciptakanNya)

لَمْ يَضُرُّهُ شَىْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ

Maka tidak ada sama sekali yang dapat membahayakan dirinya sampai dia berpindah dari tempat tersebut” (Sahih Muslim: 2708).

Imam Abu Dawud, Imam Ahmad, dan Imam An-Nasai meriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwa apabila Rasulullah ﷺ safar kemudian masuk waktu malam, beliau berdoa:

يَا أَرْضُ رَبِّي وَرَبُّكِ اللَّهُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّكِ وَشَرِّ مَا فِيكِ وَشَرِّ مَا خُلِقَ فِيكِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَدِبُّ عَلَيْكِ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ أَسَدٍ وَأَسْوَدَ وَمِنْ الْحَيَّةِ وَالْعَقْرَبِ وَمِنْ سَاكِنِ الْبَلَدِ وَمِنْ وَالِدٍ وَمَا وَلَدَ

Wahai bumi, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Aku berlindung kepada Allah dari keburukanmu dan keburukan yang ada pada dirimu, juga dari keburukan yang diciptakan pada dirimu dan keburukan yang merayap di atasmu. Aku berlindung kepada Allah dari singa dan manusia, juga dari ular dan dari binatang berbisa, juga dari penghuni negeri (jin yg menghuni bumi), iblis, dan anak-anaknya (setan), (Sunan Abu Dawud: 2603).

Karangasem, 23 Mei 2024
Irfan Nugroho (Semoga Allah mengampuni ibunya, merahmatinya dan menempatkannya di surga. Aamiin)

Irfan Nugroho

Hanya guru TPA di masjid kampung. Semoga pahala dakwah ini untuk ibunya.

Tema Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button