Sahihul Adab: 12 Adab Makan di dalam Islam
Pembaca rahimakumullah, berikut adalah terjemahan matan Sahihul Adab Al-Islamiyah tentang adab makan. Materi dalam bahasa Arab ditulis oleh Syaikh Wahid Abdussalam Bali. Teruskan membaca. Semoga bermanfaat!
Tasmiyah di Awal Makan
Pembaca rahimakumullah, adab makan yang pertama adalah:
Tasmiyah di awal makan.
Di dalam Ash-Shahihain dari Umar bin Abi Salamah Radhiyallahu Anhu yang berkata:
Ketika saya masih kecil, saya berada di bawah kepengasuhan Rasulullah ﷺ.
Dan suatu ketika tangan saya berseliweran di atas nampan. Maka Rasulullah ﷺ berkata kepada saya:
Nak, sebutlah Nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu. Makanlah dari yang paling dekat dengan dirimu.
Kemudian Umar bin Abi Salamah berkata:
Sejak saat itu, saya saya selalu makan dengan menetapi adab yang seperti itu, (Sahih Bukhari: 5376. Sahih Muslim: 2022).
PENJELASAN:
Perkataan Umar bin Abi Salamah (الصَّحْفَةِ) atau Sohfah adalah nampan wadah makanan yang bisa membuat kenyang lima orang.
Sabda Nabi (سَمِّ اللَّهَ) maksudnya, “Ucapkan, ‘Bismillah.’”
PELAJARAN:
Pelajaran yang bisa diambil dari hadis dalam adab makan yang pertama ini di antaranya:
Perhatian Nabi terhadap anak-anak serta pengajaran beliau kepada mereka.
Anjuran untuk mengajari anak-anak.
Hukumnya sunah untuk mengucapkan “bismillah” di awal makan.
Hukumnya sunah untuk makan dengan tangan kanan.
Hukumnya sunah bagi setiap manusia untuk makan dari yang paling dekat dengannya.
Cepatnya para sahabat dalam mematuhi perintah-perintah Nabi ﷺ.
Bagaimana Jika Lupa Bismillah di Awal Makan?
Adab makan yang kedua adalah tentang bagaimana jika lupa bismillah di awal makan. Syaikh Wahid Abdussalam Bali Hafizahullah berkata:
Apabila lupa mengucapkan bismillah di awal makan, hendaknya mengucapkan, “Bismillahi awwalahu wa akhirahu.”
Imam At-Tirmizi meriwayatkan suatu hadis, dan beliau menilainya sebagai Hasan Sahih, dari Aisyah Radhiyallahu Anha yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Apabila salah seorang dari kalian makan, hendaknya mengucapkan, ‘Bismillah.’ Namun apabila dia lupa (mengucapkan bismillah) di awal makan, hendaknya dia mengucapkan, ‘Bismillahi fi awwalihi wa akhiri,’” (Sunan At-Tirmizi: 1858)
PELAJARAN
Beberapa pelajaran yang bisa disimpulkan dari hadis di atas di antaranya:
“Disunahkan untuk menyebut Asma Allah ta’ala ketika makan.”
“Siapa saja yang lupa dari membaca bismillah di awal makan, hendaknya dia mengucapkan, ‘Bismillahi fi awwalihi wa aakhirihi.’”
“Keutamaan tasmiyah, atau mengucapkan bismillah (di setiap aktivitas yang sifatnya mubah)”
Makan dengan Tangan Kanan
Adab makan yang ketiga, menurut Syaikh Wahid Abdussalam Bali di dalam Sahihul Adab Al-Islamiyah adalah:
Makan dengan tangan kanan.
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Sahih beliau dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jangan sekali-kali salah seorang dari kalian makan dengan tangan kirinya, dan jangan pula minum dengannya (tangan kiri), karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya,” (Sahih Muslim: 2020).
Imam Muslim meriwayatkan di dalam Sahih beliau dari Iyas bin Salamah bin Akwa’i dari ayahnya Radhiyallahu Anhu yang bercerita kepadanya:
Seseorang makan di sisi Rasulullah ﷺ dengan tangan kirinya.
Rasulullah ﷺ pun bersabda kepadanya, “Makanlah dengan tangan kananmu.”
Orang itu pun berkata, “Saya tidak bisa (makan dengan tangan kanan).”
Beliau ﷺ pun bersabda, “Ya sudah, kalau begitu kamu tidak akan bisa (makan dengan tangan kanan).”
Salamah berkata, “Orang itu tidak mau makan dengan tangan kanan karena sombong.”
Salamah berkata, “Orang itu akhirnya benar-benar tidak bisa mengangkat tangan kanannya ke mulut,” (Sahih Muslim: 2021).
PELAJARAN
Hukum atau pelajaran yang bisa disimpulkan dari hadits di atas antara lain:
“Hendaknya seorang muslim tidak menyerupai musuh-musuh Allah, mulai dari setan, yahudi, nasrani, dan lainnya.
“Setan itu juga makan dan minum.”
“Setan memiliki tangan kanan dan kiri.”
“Siapa saja yang makan dengan tangan kiri, dia telah menyerupai setan dalam perbuatan tersebut, karena setan makan dan minum dengan tangan kiri.
“Peringatan agar kita tidak menyelisihi Rasul ﷺ.”
Makan dari yang Paling Dekat
Pembaca rahimakumullah, adab makan yang keempat menurut Syaikh Wahid Abdussalam Bali di dalam Sahihul Adab Al-Islamiyah, adalah:
Makan dari yang paling dekat.
Di dalam Ash-Shahihain dari Umar bin Abi Salamah Radhiyallahu Anhu yang berkata:
“Dulu ketika saya masih kecil dan berada di dalam asuhan Rasulullah ﷺ. Pernah suatu waktu tanganku berseliweran di atas Shohfah. Maka Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku:
“Wahai anak kecil, ucapkan bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah makanan yang ada di hadapanmu.”
Kemudian Umar bin Abi Salamah Radhiyallahu Anhu berkata:
“Maka seperti itulah cara saya makan setelah itu,” (Sahih Bukhari: 5376. Sahih Muslim: 2022).
PELAJARAN
Beberapa hukum atau pelajaran yang bisa disimpulkan dari hadis di atas di antaranya:
Perhatian Nabi ﷺ dalam mendidik manusia.
Disukainya mengucapkan bismillah ketika makan.
Disukainya bagi orang yang makan untuk makan dari sisi yang dekat dengannya, bukan di sisi yang di dekat orang lain (jika makan bersama).
Cepatnya para sahabat dalam mencontoh Nabi ﷺ.
Makan dari Pinggir Piring
Pembaca rahimakumullah, adab makan yang kelima menurut Syaikh Wahid Abdussalam Bali di dalam Sahihul Adab Al-Islamiyah adalah:
Makan dari pinggir nampan atau piring.
Imam Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad hasan dari Abdullah bin Busyr Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Hendaknya kalian makan dari pinggir dan mengakhirkan bagian yang tengah dan tinggi, karena itu adalah sebab keberkahan,” (Sunan Abu Dawud: 3773).
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad sahih dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda:
“Makanlah dari pinggir nampan. Jangan makan dari tengah nampan, karena berkahnya makanan itu turun di bagian tengahnya,” (Musnad Ahmad: 2439).
Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahhullah ketika menjelaskan tentang barokah berkata:
“Barokah artinya tumbuh dan berkembang. Tempatnya di tengah. Dianjurkan untuk mengakhirkan makan bagian tengah suatu hidangan agar keberkahan itu tetap ada dari awal hingga akhir. Maka tidak baik jika menghilangkan keberkahan itu (di awal makan).”
PELAJARAN:
Pelajaran yang bisa diambil dari dua hadis dalam adab makan yang satu ini adalah di antaranya:
Hukumnya mustahab atau disukai atau sunnah untuk makan dari pinggir nampan atau piring
Larangan makan dari bagian yang tinggi di tengah nampan
Anjuran untuk makan dari pinggir piring dan mengakhirkan yang tengah
Lengkapnya syariat Islam dalam semua aspek kehidupan.
Tidak Makan dengan Bersandar
Pembaca rahimakumullah, adab makan yang keenam menurut Syaikh Wahid Abdussalam Bali di dalam Sahihul Adab Al-Islamiyah adalah:
Tidak makan dengan bersandar.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Juhaifah Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
“Aku tidak makan sambil bersandar,” (Sahih Bukhari: 5398).
PENJELASAN
Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah berkata:
“Berdasarkan hal ini, boleh makan sambil bersila dan hukumnya tidak makruh karena tidak tegas adanya larangan dari beliau ﷺ, dan bersila tidak termasuk bersandar, kecuali seseorang duduk di atas bantal atau yang semisal (sehingga orang menjadi betah dan makan secara berlebihan), seperti yang diutarakan oleh Al-Khattabi.”
PELAJARAN
Hukum yang bisa disimpulkan dari hadis ini di antaranya:
Makruh hukumnya untuk makan dengan duduk bersandar.
Penerjemah:
- Bersandar menurut Syaikh Wahid Bali adalah:
- Condong kepada salah satu sisi badan
- Bersandar dengan salah satu tangan
Duduk di atas bantal sehingga orang menjadi nyaman dan betah untuk berlama-lama makan sehingga makan berlebihan.
Tidak Mencela Makanan
Di antara adab seorang muslim ketika makan adalah seperti yang ditulis oleh Syekh Wahid Abdussalam dari Hafizahullah di dalam kitabnya Shahihul Adab Al Islamiyah:
Tidak Mencela Makanan.
Di dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu yang mengatakan bahwa:
“Nabi ﷺ tidak pernah menghina makanan sama sekali. Apabila beliau menyukainya, beliau akan memakannya. Apabila beliau tidak menyukainya, beliau akan meninggalkannya,” (Sahih Bukhari: 3536. Sahih Muslim: 2064).
PENJELASAN
Imam An-Nawawi Rahimahullah ketika menjelaskan contoh ungkapan yg berisi penghinaan terhadap makanan yaitu:
“Ini terlalu asin. Ini kurang asin. Ini kecut. Ini terlalu keras, ini terlalu lembek. Ini belum matang, juga ungkapan lain yang semisal.”
PELAJARAN
Beberapa hukum atau pelajaran yang bisa disimpulkan dari hadis ini di antaranya:
Kesempurnaan akhlak Nabi ﷺ.
Apabila seseorang menghina makanan yang tidak dia sukai, sungguh dia telah menolak rezeki Allah kepadanya.
Sepertiga untuk Makanan, Sepertiga untuk Minuman, dan Sepertiga untuk Udara
Adab makan yang kedelapan adalah:
Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara.
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan, dan beliau menilainya sebagai hadis Hasan Sahih, dari Miqdam bin Ma’di Karbi Radhiyallahu Anhu yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
Tidak ada wadah yang diisi manusia, yang lebih buruk daripada wadah berupa perut. Sebenarnya, Bani Adam ini cukup hanya dengan makan beberapa suap agar tulang punggungnya bisa kembali tegak. Akan tetapi apabila seseorang tidak bisa cukup hanya dengan beberapa suap, hendaknya sepertiga (perutnya) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara,” (Jami At-Tirmizi: 2380).
PELAJARAN
Hukum atau pelajaran yang bisa diambil dari hadis ini, menurut Syekh Khalid Mahmud Al-Juhani hafizahullah di dalam al-Laaliu Al-Bahiyyatu:
Hendaknya orang Islam tidak makan hingga kekenyangan.
Hendaknya orang Islam apabila makan, cukup agar dirinya bisa kembali hidup atau berdiri tegak (tidak sampai harus telentang atau bersandar pada tangan di belakang akibat perut yang terlalu penuh dengan makanan).
Kalau seseorang ingin makan hingga lebih dari beberapa suap, yang afdal adalah membagi perutnya jadi tiga, seperti yang disebutkan dalam hadis.
Syariat Islam ini komprehensif, mencakup semua sendi kehidupan. Hikmah lain dari hadis di atas, menurut Mausuah Ahadits Nawabiyah, di antaranya:
Tujuan makan adalah menjaga kesehatan dan kekuatan, untuk menjaga keselamatan nyawa manusia.
Satu dari sekian prinsip pokok dalam kesehatan, dan ini sifatnya pencegahan, adalah sedikit makan, atau makan sebatas yang diperlukan saja agar seseorang memiliki kekuatan untuk menjalankan pekerjaan yang harus dilakukan.
Hukum makan itu ada beberapa:
- Wajib, yaitu untuk menjaga kehidupan, dan jika tidak makan justru menimbulkan bahaya (bagi kesehatan).
- Boleh, yaitu makan di luar kebutuhannya yang wajib, tetapi tidak dikhawatirkan akan timbul bahaya bagi kesehatan.
- Makruh, yaitu apabila seseorang makan, dikhawatirkan akan timbul bahaya.
- Haram, yaitu apabila diketahui ada bahaya jika seseorang nekad makan.
- Mustahab, yaitu seseorang makan untuk membantu dirinya dalam beribadah dan menjalankan ketaatan kepada Allah.
Tidak Meniup Makanan atau Minuman
Adab makan seorang muslim yang kesembilan adalah:
Tidak meniup makanan atau minuman.
Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah meriwayatkan dengan sanad sahih dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma yang berkata:
Rasulullah ﷺ melarang meniup makanan dan minuman, [Musnad Ahmad: 2813].
Imam At-Tirmidzi meriwayatkan dan beliau menilainya Hasan Shahih dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu anhu yang berkata:
“Nabi ﷺ melarang meniup minuman.” Lalu seseorang berkata kepada beliau:
“Saya melihat ada kotoran di bejana.”
Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tumpahkanlah.”
Kemudian orang itu berkata:
“Tetapi saya ini tidak puas kalau minum hanya satu nafas (satu tegukan).”
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Kalau begitu jauhkan bejana itu dari mulut (apabila ingin minum beberapa tegukan),” (Jami At-Tirmizi: 1887, Sunan Abu Dawud: 3722).
PENJELASAN
Maksud sabda beliau, “Kalau begitu jauhkan bejana itu dari mulutmu” adalah:
(Jauhkan) dari mulutmu, supaya tidak ada yang masuk atau jatuh ke bejana ketika Anda bernafas, yang jika hal itu terjadi, bejana/air tersebut akan terkontaminasi kotoran (dari hidung yang harus mengambil/mengeluarkan nafas saat meneguk air).
PELAJARAN
Pelajaran atau hukum yang bisa disimpulkan dari kedua hadis di atas di antaranya:
Tidak boleh meniup makanan atau minuman panas.
Siapa saja yang mendapati ada sesuatu pada bejana (makanan/minuman), dia tidak boleh meniupnya, cukup sesuatu itu ditumpahkan/dibuang.
Bolehnya minum dengan sekali teguk (jika harus minum beberapa teguk, jangan bernafas di dalam bejana atau bejananya dijauhkan dari mulut/hidung ketika bernafas).
Kesempurnaan syariat Islam dan luasnya syariat ini di semua sendi kehidupan.
Tidak Membiarkan Makanan yang Jatuh
Adab makan seorang muslim selanjutnya adalah:
Tidak meninggalkan makanan yang jatuh.
Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhuma bahwa Nabi ﷺ bersabda:
Sesungguhnya setan akan mendatangi salah seorang diantara kalian setiap saat, hingga dalam masalah makan.
Apabila suapan makanan salah seorang diantara kalian jatuh, ambillah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih, jangan dibiarkannya dimakan setan,
Apabila telah selesai hendaklah dia jilati jari-jemarinya. Karena dia tidak tahu makanan mana yang membawa berkah, (Sahih Muslim: 2033).
Tidak Boleh Serakah ketika Makan Bersama
Pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala, Syaikh Wahid Abdussalam Bali hafizahullah menulis di dalam kitabnya Shahihul Adab Al-Islamiyah bab Adab Makan:
“Tidak makan dua butir kurma sekaligus (kemaruk), atau makanan lain, jika makan dengan seseorang, kecuali setelah meminta izin darinya.”
Di dalam Ash-Shahihain dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma yang berkata:
“Nabi ﷺ melarang seseorang untuk makan dua butir kurma sekaligus (kemaruk saat makan berjamaah) kecuali sudah mendapat izin dari teman-temannya,” [Sahih Bukhari: 2089, Sahih Muslim: 2045].
PELAJARAN
Hukum atau pelajaran yang bisa diambil dari hadis ini:
Makruh hukumnya makan dua kurma atau dua kismis sekaligus (kemaruk), atau makanan yang lainnya, di saat dia makan secara berjamaah, kecuali dia sudah mendapat izin dari mereka.
Kesempurnaan syariat Islam dan komprehensifnya syariat Islam karena mencakup semua sendi kehidupan.
Materi adab makan telah disampaikan di Masjid Al-Barokah Bagusan Mandan pada Sabtu, 18 Mei 2024, dan baru sampai di adab ke-7.
Materi ini sudah disampaikan di Masjid At-Taqwa Cuwono pada Ahad, 19 Mei 2024 dan sampai pada adab yang ke-9.
Materi ini sudah disampaikan di Masjid Al-Kautsar Panggilan Baran pada Selasa, 21 Mei 2024 sampai adab ke-8