Adab Berbicara: Menarik Perhatian Pendengar dengan Bertanya
Pemirsa yang semoga dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala, di antara adab seorang muslim ketika berbicara adalah menarik perhatian pendengar atau orang yang diajak bicara dengan menyampaikan pertanyaan kepada pendengar tersebut.
Sheikh Wahid Abdussalam Bali di dalam kitabnya Shahihul Adab Al-Islamiyah beliau menulis:
Menarik perhatian pendengar dengan bertanya.
Imam muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu Alaihi wasallam bersabda:
Tahukah kalian orang-orang yang merugi?
Para sahabat pun menjawab:
“Orang yg bangkrut di antara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan harta.”
Tetapi Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebenarnya, orang yang rugi itu adalah orang yang datang di hari kiamat dengan salat, puasa, dan zakat mal.”
“Tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain.”
“Maka diberikanlah kebaikannya itu kepada seluruh korbannya”
“Tetapi jika kebaikannya habis sebelum seluruh dosanya kepada para korban itu belum berhasil ditebus.”
“Diambillah dosa-dosa dari para korban untuk kemudian dibebankan kepada dirinya (orang yang bangkrut tadi).”
“Hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam neraka,” [Sahih Muslim: 2581].
Imam muslim juga meriwayatkan di dalam shahih beliau dari Jabir bin Abdullah semoga Allah meridhoi beliau dan ayahnya bahwa Rasulullah ﷺ pernah melewati suatu pasar setelah beliau dari dataran tinggi dan beliau waktu itu bersama para sahabat. Saat itu beliau melewati seekor bangkai kambing yang telinganya terputus atau telinganya pendek.
Kemudian beliau memegang ujung telinga yang bisa dipegang mengangkatnya sambil bertanya kepada para sahabat:
“Siapakah di antara lalian yang ingin memiliki ini dengan harga satu dirham saja?”
Para sahabat pun menjawab:
“Kami tidak mau memilikinya sama sekali. Untuk apa.”
Rasulullah ﷺ kembali bersabda:
“Apakah kalian ada yang mau memilikinya (gratis)?”
Para sahabat pun menjawab:
“Demi Allah. Seandainya ia masih hidup, ia memiliki aib atau cacat, karena telinganya terputus atau menempel, apalagi ia sudah menjadi bangkai.”
Rasulullah ﷺ kemudian bersabda:
“Maka demi Allah, Allah menilai dunia ini lebih hina daripada kalian menilai bangkai ini,” [Sahih Muslim: 2957].
PENJELASAN
1. Sabda beliau, “Tahukah kalian orang-orang yang merugi?” maksudnya orang-orang yang merugi di akhirat.
2. “orang yang tidak punya dirham”. Dirham itu setara sekitar tiga gram perak.
3. Sabda beliau, “menuduh” artinya menuduh berzina atau yang semisal.
4. Sabda beliau, “makan harta orang lain” maksudnya mengambil harta orang lain secara batil.
5. “Maka beliau melewati ‘jad-yi'”, “jad-yi adalah anak kambing.
6. “asakka” maksudnya kupingnya pendek atau ada juga yang mengartikannya kupingnya terputus.
PELAJARAN
Syaikh Khalid Al-Juhani hafizahullah menyimpulkan beberapa poin pelajaran dari dua hadis di atas:
“Anjuran untuk menarik perhatian pendengar dengan menyampaikan pertanyaan.”
“Penegasan tentang iman terhadap hari akhir.”
“Peringatan tentang bahaya menuduh orang lain berzina dan menghina orang lain.”
“Peringatan tentang bahaya memakan harta manusia dengan cara yang jahat.”
“Peringatan tentang bahaya membunuh.”
“Di hari kiamat, manusia tidak dinilai kecuali dengan amal kebaikannya.”
“Anjuran untuk menjaga kebaikan dengan meninggalkan perbuatan menghina, menuduh, dan memakan harta orang lain dengan cara yang batil.”
“Di antara metode pengajaran Nabi SAW adalah memberikan permisalan dengan obyek yang bisa dilihat atau diindera.”
“Hendaknya orang berilmu itu menyibukkan diri untuk memberi pengajaran kepada manusia tentang kebaikan.”
“Hinanya dunia di sisi Allah.”
“Hendaknya seorang hamba bersemangat dalam apa-apa yang bermanfaat baginya di negeri akhirat.”
Kitab: Al-La-ali Al-Bahiyyatu, Syarhu Sahihul Adab Al-Islamiyah
Karya: Syaikh Khalid Mahmud Al-Juhani hafizahullah
Penerjemah: Irfan Nugroho (Staf Pengajar di Pondok Pesantren Tahfizhul Quran At-Taqwa Sukoharjo)